All Chapters of Can't I Be Free?: Chapter 1 - Chapter 7
7 Chapters
Prolog
Selamat datang, Di panggung beralaskan karpet merah ini aku berpijak, manikku memandang barisan-barisan kursi berwarna merah marun senada dengan karpet yang sedari tadi kalian injak. Lampu follow spot yang menyorot ke arahku secara langsung telah membantuku untuk membuat penonton fokus memperhatikanku. Bukan fokus karena penampilan luarku yang dibalut dress hitam pekat yang terkesan glossy dan sepatu heels berwarna putih yang membuatku terlihat lebih tinggi tapi fokuslah akan pengantar cerita yang akan aku ceritakan. Tentunya cerita ini sangat menarik. Cerita yang menyedihkan, menyenangkan, mengharukan atau yang membahagiakan. Semua bumbu-bumbu penyedap rasa itu akan aku ceritakan. Benar-benar lengkap bukan? Ya, tentu saja. Aku akan membuktikannya. Tapi sebelum bercerita, aku akan menyampaikan sebuah puisi sederhana sebagai pembuka cerita yang akan disampaikan olehku.  Makhluk Tuhan  Setiap hari adalah luka Setumpuk cercaan menimpa 
Read more
BAB 1-Bunga Tidur
**** Angin berhembus dengan pelan. Berangsur-angsur menelusuk hingga ke tulang. Dingin, itulah kesan pertama yang terlontar dari seorang gadis bersurai indah yang sedang berjalan seorang diri menelusuri lorong panjang. Suasana tempat itu sangat sunyi. Karena dilanda keingintahuan yang besar gadis itu pun mempercepat jalannya. Semakin menelusuri tempat itu ia pun merasa kebingungan karena lorong gelap ini seperti tidak berujung. Tapi ia tidak menyerah dan melanjutkan perjalanan agar keingintahuannya bisa terpecahkan. Ketika gadis itu berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menghambat perjalanannya. Jalan menuju tempat itu dipenuhi dengan lumpur sehingga menuntutnya agar terus berjalan dengan sekuat tenaga. Di saat ia berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti karena ada cahaya yang menyilaukan. “Cahaya apa itu?” Gadis tersebut bertanya-tanya dalam hatinya. Semakin ia mendekat cahaya itu terasa sangat m
Read more
BAB 2-Semester Awal
****Udara pagi terasa sejuk di kulit. Langit cerah kian menyapa. Awan putih terbentang dengan indah. Terlebih ketika mentari yang masih malu-malu untuk memunculkan sinarnya dan embun-embun yang terlihat sedang menari-nari di atas daun segar. Kicauan burung yang merdu menambahkan kesan indah di pagi hari itu. Namun langkah-langkah kaki yang bersemangat mulai memecahkan kesunyian dan berbagai aktivitas mulai berdatangan di pagi yang menyenangkan. Selain itu, suara klakson kendaraan yang berlalu lalang pun mulai bermunculan walaupun sedikit mengganggu. Keira si gadis introvert berangkat ke sekolah dengan riangnya. Sepeda biru yang terlihat sudah usang, tak mematahkan semangat untuk mengayuh pedal sepedanya. Sekarang adalah semester pertamanya di kelas sebelas. Inilah saatnya ia memulai lembaran baru di kelas sebelas dengan harapan bisa mendapatkan prestasi. Keira termasuk siswa yang rajin dan cukup pintar. Hanya saja ia tak cukup bergaul dengan teman-temannya. 
Read more
BAB 3-Kecemasan
****Mari bercerita tentang malam. Ada apa dengan malam? mungkin bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan. Maklum, malam selalu identik dengan hitam, gelap, dan kelam. Malam sering menyisakan cerita panjang yang memilukan. Tapi tak selamanya malam itu kelam. Malam juga bisa menghadirkan kebahagiaan. Seperti yang dialami Keira, si gadis introvert. Malam terlihat tenang mengiringi keindahan suasana rumah panti di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan. Diseruputnya teh hangat dengan penuh kenikmatan. Lalu ia beranjak menuju tirai jendela kamarnya dan dipandangnya langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan. Tapi Keira tak menghiraukan itu. Langit di mala
Read more
BAB 4-Permohonan Maaf
****Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam. “Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon. Meow...meow...meow“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut. “Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu. “Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak. Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui T
Read more
BAB 5-Mendebarkan
****Hari semakin larut. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu satu jam di kafe. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Telepon Tsania berdering terus. Pasti telepon dari ibunya yang sangat khawatir pada Tsania. “Angkat aja teleponnya,” celetuk Laura tiba-tiba. Tsania pun langsung mengangkatnya. Tutt... “Halo, Mah. “ “Kamu di mana, Sayang? Ini udah malem banget,” “Tsania bentar lagi sampe rumah kok, Mah. Ini lagi di jalan,” “Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya!” “Iya, Mah.” Tutt... Telepon dimatikan Tsania. “Yuk pulang bareng!” ajak Laura pada Tsania. “Ga usah, Ra. Aku bisa pesen ojek online kok,” kata Tsania menolak tawaran Laura. “Tapi ini udah malem banget, Nia.” Ucapnya berpura-pura khawatir. “Iya bener, mending
Read more
BAB 6-Dia Pergi
**** Cahaya matahari berlomba-lomba memasuki sela-sela rumah panti hingga menyoroti  Keira sedang yang menyapu di ruang tengah. Dari kejauhan, Bu Ajeng merasa keheranan pada Keira.  “Oalah Kei...Kei...,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia pun langsung menghampiri Keira.  “Lah Kei, kok belum siap-siap. Bukannya kamu sekarang sekolah ya,” kata Bu Ajeng sambil mengambil lap lalu membersihkan kaca jendela yang tepat berada di belakang Keira.  “Nanggung, Bu bentar lagi selesai.” Jawabnya sambil menyapu. Bu Ajeng menggeleng. Ia menghentikan aktivitasnya. Lalu menoleh, “Yaudah biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siap-siap sana gih! Nanti telat loh,” suruh Bu Ajeng. Keira berhenti menyapu, “Ga usah, Bu. Biar Kei aja yang beresin. Ibu sarapan aja,” jawabnya lagi.  “Udah sekarang siap-siap aja, Kei.” Suruh Bu Ajeng lagi. Tetap saja Keira menolaknya. Ia tidak
Read more
DMCA.com Protection Status