Share

50. Sampai Mati

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-16 03:05:17

"Mami Eris ngusir kamu?" tanya Rai, ia duduk di ranjang menghadapi Gendhis yang berdiri tegang tanpa suara.

Gendhis membasahi bibirnya, tak langsung memberi jawaban. Ia melangkah ke arah sofa tamu, menjatuhkan diri di sana.

"Aku pulang ke sini atas kemauanku sendiri, bukan karena diusir," jawab Gendhis.

"Aku tau Mami Eris pasti ngomong yang enggak-enggak ke kamu, makanya kamu mutusin buat keluar dari rumahku, iya kan?"

"Selayaknya seorang keluarga yang nggak rela anggota keluarga lainnya terjerumus ke neraka," sahut Gendhis. "Aku tau diri Rai, jadi, kamu nggak perlu nyari aku ke sini dan ngasih penjelasan apapun," tambahnya.

"Aku ke sini bukan buat ngasih kamu penjelasan. Ini sekadar pengumuman, kamu bisa kasih tau ke yang lain kalau kepemilikan rumah bordil ini udah pindah tangan atas nama Wisanggeni," ujar Rai. "Jadi, kalau ada masalah apapun yang nantinya melibatkan rumah bordil ini, aku yang bertanggungjawab!" tegasnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   153. Tell Me Why?

    Gendhis menaikkan selimut yang menutupi seluruh tubuh telanjangnya. Di sebelahnya, Rai nampak terlelap tidur, damai sekali wajahnya meski dihiasi luka. Teringat bahwa tadi Rai sempat mengeluh lapar, Gendhis bangkit dan memunguti pakaiannya, lalu mengenakan bra serta celana dalamnya saja. Ia buka lemari Rai dan diambilnya satu kemeja hitam untuk dikenakannya. "Rai," Gendhis berbisik di telinga sang mantan suami. "Aku laper," keluhnya. Seakan bermimpi, Rai bergeming, ia hanya memutar tubuhnya tanpa membuka mata. Tak ingin membangunkan sang mantan suami, akhirnya Gendhis bangkit dan turun ke dapur sendirian. Dibukanya lemari pendingin dan dicarinya bahan makanan yang tersisa. "Ada telur, goreng telur aja deh," desis Gendhis bermonolog.Didesak rasa lapar yang semakin menjalari perutnya, Gendhis memasak untuknya sendiri. Ia sampai tidak sadar bahwa Rai bangun dan menyusulnya turun, hingga tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. "Ya Tuhan, Rai!" seru Gendhis setengah memekik, kage

  • Candu Cinta Dokter Muda   152. Jangan Begitu Lagi

    Melihat betapa Gendhis mencemaskannya dan khawatir akan kondisinya, Rai balas memeluk erat tubuh sang mantan istri. Dikecupnya pucuk kepala Gendhis beberapa kali, meluapkan rasa syukur. Betapa kebekuan hubungan mereka selama hampir seminggu ini, lebur sudah dalam hangat pelukan satu sama lain. "Kamu nggak pa-pa kan?" tanya Gendhis mendongak, mengamati wajah tampan lelakinya. "Nggak pa-pa, kita ngobrol sambil jalan pulang," ajak Rai lembut. Dilepasnya pelukannya dari tubuh Gendhis, lantas digenggamnya tangan mungil itu sambil melangkah meninggalkan ruang IGD. "Kita langsung balik ke rumah aja, Bang," katanya memberi perintah pada Ardi. Hanya memberikan anggukan ringan, Ardi membawa mobil ford raptor hitam gagah itu membelah jalanan Jakarta yang sudah hampir menjelang malam. Sementara Rai dan Gendhis tiba-tiba merasa asing, mereka sama-sama bungkam dan tak saling berinteraksi. Gendhis larut dalam pikirannya sendiri meski sesekali ia melirik pada Rai, memperhatikan penampilan sang ket

  • Candu Cinta Dokter Muda   151. Mencemaskanmu

    "Terus gimana kondisinya? Kenapa Abang nggak temenin dia, Bang?" tanya Gendhis gelisah, ia cecar Ardi yang menjemputnya dengan banyak pertanyaan. "Nanti lo liat sendiri aja," balas Ardi singkat, tak menjawab satupun pertanyaan yang Gendhis lontarkan. Gendhis tak lagi bertanya. Kedua sisi jemarinya bertaut, saling meremas cemas. Saat Ardi datang ke rumah untuk menjemputnya, Gendhis baru saja bangun tidur. Ia menyambar baju seadanya, panik karena Ardi berkata bahwa Rai bertemu dengan Mario dan pulang dalam keadaan terluka. "Kenapa Bang Ardi nggak temenin dia sih Bang?" lirih Gendhis masih tak bisa menghilangkan rasa cemasnya."Lo yang lebih tau sistem kerjanya Mario, kan? Mana boleh gue ikut masuk. Ketua boleh masuk pun dengan tangan kosong, nggak bawa apa-apa," terang Ardi. "Apa sih yang ada di pikirannya dia? Belom sembuh juga kan demamnya?" "Yang lebih tau alasannya bukannya lo?" balas Ardi. "Tadi sama sopir langsung dikirim ke IGD, coba cari aja," ucapnya sengaja memarkir mobil

  • Candu Cinta Dokter Muda   150. Bertandang ke Kandang Lawan

    "Nggak nyangka, ternyata ini power orang yang dicintai Sugar," Mario tersenyum meremehkan. Ia duduk di sofa favoritnya, sementara di seberangnya, Rai sudah menunggu dengan ekspresi tak bersahabatnya. "Seorang Mario Andreas Sutopo, menginginkan pelacur gue?" gumam Rai. "Apa kata dunia?" desisnya sengaja memancing obrolan, tak mau berbasa-basi.Bertekad untuk memukul mundur Mario dari kehidupan cintanya bersama Gendhis, Rai meminta Ardi membuat akses agar bisa membuat ia dan Mario bertemu empat mata. Setelah dua minggu lamanya, barulah Rai punya kesempatan itu, sengaja mendatangi Mario di kediamannya, begitu nekad dan berani. Tak bisa dipungkiri, fisik Mario yang tak kalah tampan dan menarik dari Rai membuat sang mantan suami Gendhis ini cukup merasa terganggu. Selain itu, sifat psikopat Mario yang sangat mungkin menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Gendhis menjadi kecemasan utama Rai. Bisa dibilang, Mario adalah saingan sepadan yang tak bisa Rai remehkan. "Sugar adalah perempu

  • Candu Cinta Dokter Muda   149. Terlalu Lelah Bertahan

    "Kamu rada demam, Rai," desis Gendhis meraba kening lelakinya setelah ia papah masuk ke dalam kamar. "Ada obat demam di nakas, di dalam laci paling atas," gumam Rai, ia tutupi matanya dengan lengan, tubuhnya baru terasa lemah setelah tiba di rumah. Telaten, Gendhis menaikkan selimut di tubuh Rai hingga sebatas dada. Diceknya suhu badan Rai menggunakan thermo gun, di atas 38 derajat celcius. Lantas, bergegas Gendhis turun ke ruang makan, ia ambil sedikit nasi dan lauk untuk Rai. "Sebelum minum obat, kamu makan dulu," pinta Gendhis. Tak membantah, Rai menerima suapan Gendhis untuknya. Ia hanya diam, sesekali melirik pada wajah sang mantan istri yang meski diam, terlihat mencemaskannya. "Kamu yakin mau jadi istrinya Mario?" celetuk Rai seusai ia menolak suapan terakhir dari Gendhis. Gerakan tangan Gendhis terhenti, ia tatap Rai dengan sorot yang tak percaya bahwa kalimat itu bisa keluar dari mulut lelaki yang mengaku mencintainya. Bukannya menjawab, Gendhis justru menundukkan kepal

  • Candu Cinta Dokter Muda   148. Memberi Penjelasan

    "Masih ada satu pasien lagi di belakangmu. Biarin dia masuk dulu," ucap Rai setelah tercekat cukup lama. Harus ia akui, keberanian Gendhis mendatanginya langsung seperti ini benar-benar di luar prediksinya. "Aku perlu ngomong," bantah Gendhis enggan beranjak. "Soal apa? Kalau soal Mario, nanti dulu, tapi kalau kamu mau tanya soal kesehatan reproduksimu, atau soal program hamil, silakan," balas Rai profesional."Aku nggak tidur sama Mario," desis Gendhis frontal, ia tak peduli masih ada Suster Tiwi di sebelah Rai. "Setelah kita bercerai, aku nggak pernah disentuh laki-laki lain," sebutnya benar-benar vulgar. Suster Tiwi yang mendengar dengan jelas percakapan antara dokter dan pasien khusus itu menutup mulutnya spontan. Paham situasi, ia melipir keluar ruangan, sengaja menunggu di depan pintu, tak enak jika harus ikut mendengar percakapan yang sangat privasi itu. "Nanti kita ngobrol lagi, biar pasienku yang terakhir masuk dulu," kata Rai berusaha merendahkan suaranya, tak ingin emos

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status