Share

BAB 4. MASA LALU

"Maaf Mbak, Kalau boleh tahu siapa yang melunasinya?"tanya Robinson penasaran.

"Dokter Veronica Mas,"jawabnya jujur.

Lagi lagi Robinson dibuat menyesal atas perbuatan di masa lalu. Wanita itu benar-benar baik, sampai-sampai dia rela melakukan hal yang terbaik buat Nyonya Yasinta.

"Aku pasti tidak akan menemukan wanita sebaik Magdalena dan juga Veronica. Aku memang laki-laki bodoh, yang telah dibutakan oleh hal dunia. Entah setan apa yang merasuki aku, sehingga aku bisa-bisanya menampar Magdalena di pelaminan, membuat semuanya menjadi hancur. Apa yang harus kulakukan sekarang?! Robinson bermonolog sendiri. Menyesalkan segalanya

Robinson memilih untuk duduk di depan ruang rawat inap Nyonya Yasinta. Siapa tahu Robinson melihat dokter Veronica, dia ingin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf padanya.

Meski itu tidak setimpal, namun setidaknya dia merasa lega. Kini Robinson harus meyakinkan pada Veronika kalau Robinson telah berubah. Robinson bukan yang dulu lagi, tega merenggut kebahagiaan orang lain dengan kebahagiaannya sendiri. Berkat Veronica, Robinson semakin menyadari bahwa perbuatannya itu di masa lalu, tak sepantasnya dilakukan. Dan karena dialah, Kini Robinson dapat mengenal namanya kehilangan.

Seorang wanita berjalan menuju ke arah Robinson. Dia sudah pasti Veronica. Robinson sudah bersiap untuk mengajaknya berbicara.

"Dokter Veronica,"Panggil Robinson pelan.

Sekilas Veronica menoleh ke arah Robinson. Namun sepertinya ragu untuk mendekat.

Robinson berjalan mendekatinya, namun Veronica mencoba untuk menghindar. Hingga dia terjatuh karena tidak bisa berlari. Dengan sigap Robinson pun menolongnya.

Veronica menepis tangan Robinson kasar, saat berusaha jongkok dan memegang tangannya. Wajahnya semakin pucat, rasa benci bercampur khawatir mendominasi. hingga Robinson pun bingung harus berbuat apa.

"Dokter, jangan takut, Aku bukan yang dulu lagi."ucap Robinson meyakinkan.

Veronica masih menunduk, dia tak berani menatap Robinson.

"Aku minta maaf, banyak hal yang harus aku sampaikan kepadamu, tapi jika kau belum siap, aku mengerti,"ucap Robinson dengan suara selembut mungkin.

"Maaf, saya harus memeriksa kondisi ibu anda,"katanya dingin. Mungkin ini caranya menutupi untuk luka yang telah Robinson berikan dulu kepadanya.

"Baik, aku bantu ya."Robinson mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu dokter Veronica.

"Tidak, saya bisa sendiri."ucap Veronica kemudian beranjak menuju ruang Nyonya Yasinta.

Sungguh, Robinson tak bisa tenang sekarang. wanita itu benar-benar menyadarkan Robinson dari kekhilafan di masa lalu. Sikap tempramental Robinson, yang membuat kehidupannya saat ini benar-benar tidak tenang.

Setelah beberapa saat dokter Veronica pun keluar dari ruang rawat inap Nyonya Yasinta. Dokter Veronica mendekati Robinson dengan ragu-ragu. Namun, Robinson mencoba tetap lembut dan manis. Karena untuk meredam rasa benci Veronica terhadapnya, dia harus bersikap lembut kepada dokter itu.

"Maaf, bisa ikut ke ruangan saya? ada hal yang perlu saya sampaikan perihal ibu anda."ucap Veronica dengan wajah menunduk.

"Baik,"Robinson mengikuti ke ruangannya.

Veronica duduk tepat di hadapan Robinson. Namun, Ia sama sekali tidak menatap. Dia memilih menjadikan kertas sebagai penghalang untuk tidak menatapnya.

"Ibu anda besok sudah bisa pulang, namun Saya harap anda bisa menjaga pola makannya, karena ibu anda baru saja melangsungkan operasi."dokter Veronica mulai menyampaikan perkembangan perihal Nyonya Yasinta.

Robinson pun menyimak dengan seksama. bagaimanapun sekarang dia adalah dokter, yang segala perkataannya harus dipenuhi demi kesembuhan Nyonya Yasinta.

"Obat juga jangan lupa untuk minum, karena ibu anda termasuk orang yang sulit untuk minum obat, Maaf itu sepengetahuan saya, karena sebelum anda datang, saya yang merawat langsung ibu anda."ucap Veronica masih resmi dan sopan.

"Baik, saya akan penuhi apa yang sudah dokter sampaikan, Terima kasih banyak atas semua yang Anda berikan kepada ibu saya,"Robinson mencoba untuk tersenyum meski Veronika tidak melihatnya.

Robinson beranjak meninggalkan ruang kerja Veronica. lalu kembali ke ruang rawat sang ibu. Tampaknya nyonya Yasinta sudah tertidur pulas, setelah sang dokter memberikan obat kepadanya.

Sementara di tempat lain, tepatnya di kota Paris. Terlihat Magdalena saat ini sedang melakukan aktivitasnya. Saat dirinya sedang asyik memeriksa berkas-berkas yang diberikan oleh asistennya kepadanya, tiba-tiba suara deringan ponsel terdengar jelas di telinganya.

Dia melihat dilayar ponselnya, kalau yang menghubunginya, Nyonya Maria.

"Morning, Mom! Sapa Magdalena dari ujung telepon.

"Morning sayang, kamu apa kabar.

"Lena baik Mom, Gimana dengan Mama dan Papa, Apa kalian baik baik saja.

"Kabar Papa dan Mama, Baik nak. Oh iya, ada sesuatu hal yang ingin mama tanyakan kepada kamu." ucap Nyonya Maria membuat mata Lina semakin penasaran.

"Apa itu Mom?

"Bagaimana perkembangan bisnis hotel dan restoran kita di sana, apa berjalan dengan lancar?"

"Sejauh ini hotel dan restoran berjalan dengan lancar, Mama Tenang saja, serahkan semua kepada Lena." Magdalena meyakinkan Nyonya Maria.

"Syukurlah kalau hotel dan restoran Kita yang ada di sana berjalan dengan lancar, Apa kamu tahu? saat ini nyonya Yasinta baru mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."

"Terus?"

"Sebenarnya Mama kasihan kepada Nyonya Yasinta, karena kejadian itu murni karena kesalahan Robinson. Tapi yang menanggung akibatnya Nyonya Yasinta dan juga Tuan Bastian. Karena semenjak video viral itu, kondisi perusahaan milik keluarga Bastian diambang kebangkrutan. Banyak investor yang menarik sama mereka masing-masing."Nyonya Maria memberitahu.

"Sudah lah Ma, ngapain Mama pikirkan. Saat ini Magdalena hanya ingin melanjutkan hidup Lena tanpa bayang-bayang pria itu."

Nyonya Maria terdiam, dia tidak ingin membuat putrinya semakin ragu menetap tinggal di kota Paris. karena sebelumnya nyonya Maria lah, yang meminta dirinya untuk tinggal di sana. Dan mengelola bisnis hotel dan restoran milik keluarga Nicholas yang ada disana.

"Ya sudah, kalau begitu. Kamu jaga kesehatan, dan jangan lupa untuk istirahat." Nyonya Maria mengingatkan putrinya.

"Baik Ma."sahut Magdalena. Dan setelah selesai berbicara dengan Nyonya Maria, tampak Lena meletakkan ponselnya di atas meja. Pikirannya kembali teringat dengan Robinson.

"Kenapa kamu tega mempermalukan aku dulu? Kenapa begitu? kalau saja itu tidak terjadi, mungkin tidak akan jadi begini." gumam Magdalena di dalam hati.

Ada rasa penyesalan di hati Magdalena, mengingat kejadian yang sudah berlalu. Dia menyayangkan, kondisi bisnis keluarga Robinson menjadi diambang kebangkrutan akibat video viral itu.

Tapi apa boleh buat, semuanya sudah berlalu. Magdalena juga tidak memiliki kontak Robinson lagi. Karena nomor ponsel Magdalena memang sudah sengaja digantinya, agar Robinson dan keluarganya tidak bisa melacak keberadaannya saat ini.

Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Ngapain harus kuingat lagi. Aku harus semangat menjalani hidupku. Aku yakin sehabis hujan pasti ada pelangi." gumam Magdalena di dalam hati.

Kemudian Magdalena bangkit dari tempat duduknya. Berniat untuk segera kembali ke apartemen. Setelah satu harian penuh beraktivitas melakukan tugas dan tanggung jawabnya mengelola bisnis hotel dan restoran milik keluarga.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status