Share

PART 2: Lubang Buaya

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-03-07 10:00:19

Aku menarik oksigen sebanyak-banyaknya setelah pamit undur diri dari ruangan Gun, sadar bahwa sedari tadi telah menahan diri.

"Gimana Mit?" Mba Niken menyongsong di depan pintu ganda kantin khusus karyawan ketika aku baru kembali, lalu terduduk lemas di kursi. "Dia nerima lo kan?"

Boleh tidak aku kabur saja? Laki-laki itu sengaja menjebakku!

Lima tahun kami tidak pernah bertemu, dan tiba-tiba berhadapan dengan Gun seperti ini, jelas membawa pengaruh buruk bagi mental.

Karena aku diam saja, Mba Niken mengguncang lenganku dengan heboh. "Mita, ngomong dong, sumpah lo bikin gue takut, dia nggak ngapa-ngapain lo di sana kan?"

"Mba, lo sengaja jadiin gue tumbal ya?"

Dia meringis tidak enak hati, sayang belum sempat menjawab sebuah suara mendayu nan merdu sudah mendahuluinya.

"Hai Mit, apa kabar?"

Punggungku langsung tegak, siaga.

Seorang perempuan dalam balutan bodycon dress merah menyala masuk dalam sudut penglihatanku, wajahnya yang cantik terpoles makeup tebal tampak tersenyum ceria.

Dia adalah Zara, sepupu sekaligus sainganku sebagai manajer di agensi terdahulu, kami sebenarnya bersaing secara sehat, sampai aku menemukan bukti bahwa Zara bermain api dengan Roy Dihan, seorang celebrity chef yang sedang naik daun sekaligus mantan atasanku.

Dan kini, Zara praktis menggantikan posisiku sebagai manajer Roy, awalnya aku merasa kalut karena laki-laki itu lebih memilih Zara daripada aku, tapi mengingat bagaimana reputasi Zara selama ini, terlepas dari hubungan terlarang mereka, Zara memang pantas mendapatkannya. Dia bisa diandalkan, memiliki kemampuan public speaking yang mumpuni.

Sejak masa sekolah, aku dan Zara memang sering dibanding-bandingkan, Zara yang berprestasi secara akademis praktis jadi kebanggaan keluarga, sementara aku yang dianggap tidak sepandai dirinya kerap dipandang sebelah mata.

Itulah sebabnya aku selalu giat belajar agar mendapat beasiswa dan membuktikan pada keluarga bahwa aku bisa. Terlebih karena aku yatim dan Mama sibuk bekerja, jadi selama masa sekolah aku tinggal bersama orang tua Zara.

Sayangnya cara kerja dunia memang tidak adil, Zara yang cantik, pintar dan bertubuh proporsional bisa mendapat pekerjaan dengan mudah.

"Lo ada salam loh, dari Roy, dia bilang kenapa lo buru-buru resign dan nggak ambil pesangon?"

"Salam balik, semoga sukses sama program barunya." Sebagai mantan manajer, aku tetap menjawab tulus.

Alis Zara yang tersulam rapi terangkat. "Oh, pasti sukses kok, kan Roy lagi trending saat ini, lo nggak lihat FYP isinya dia semua?"

Tentu saja.

Selain Gun Saliba, nama Roy tengah digandrungi banyak orang, terlebih di kalangan gen-Z yang mengidolakan chef tampan. Bedanya jika Gun punya persona misterius yang mulutnya pedas, Roy memiliki keistimewaan senyum lebar yang menggoda.

Persaingan keduanya sudah menjadi rahasia umum, ditambah fakta bahwa agensi yang menaungi mereka pun adalah rival abadi dan berada di satu gedung yang sama.

Itu sebabnya meski aku sudah tidak bekerja bersama Roy, aku masih berpapasan dengan Zara karena kantin Lumeno Ent, dan Mahadewa Corp, berada di area yang sama.

"Rating pas dia jadi bintang tamu di Master Chef aja langsung melejit," kata Zara tertawa jumawa. "Padahal cuma bintang tamu loh, apalagi kalau jadi juri chef resmi, bisa-bisa yang lain jadi nggak tersorot."

Mba Niken mendengus.

"By the way gue dengar lo jadi manajernya Juna Iskandar ya?" tanyanya mengabaikan dengusan itu lalu meringis. "Bukannya cowok itu pakai narkoba dan harus hiatus? Terus apa yang bakal lo kerjain? Bantu ngurus kasusnya?"

"Itu cuma rumor, belum terbukti benar," jawabku menahan Mba Niken untuk bicara. Berita tentang aku yang menjadi manajer Gun pasti belum tersebar dan aku tidak ingin repot-repot mengoreski kekeliruan Zara.

"Tapi dia lagi dalam pengawasan polisi," katanya berdecak, lalu menatapku kasihan. "Seandainya Roy bisa punya dua manajer, gue pasti mau berbagi tugas sama lo. Jadi lo nggak perlu resgin segala."

Sayangnya aku lebih memilih mundur teratur meski akhirnya harus masuk ke lubang buaya bernama Gun Saliba.

"Gue juga bakalan sibuk beberapa minggu ini buat persiapan tunangan."

Kurasa bukan hanya aku yang terkejut, Mba Niken di sampingku pun ikut menatap dengan mata membola.

"Oh? Lo belum tahu ya?" tambah Zara, kembali tertawa manja. "Gue sama Roy memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius."

Tangannya kemudian mengorek sling bag untuk meraih undangan, tapi karena terlalu semangat, sikunya tanpa sengaja menyundul gelas berisi mango punch milik Mba Niken yang tersedia di meja. Benda itu langsung ambruk dan isinya tumpah mengenai sebagian kemeja dan rokku. Aku seketika berdiri sambil memekik tertahan.

"Eh, maaf, maaf, gue nggak sengaja," serunya buru-buru menarik beberapa lembar tisu.

Karena masih terkejut, tanpa sadar aku menepis tangan Zara yang akan menyentuh kemejaku.

"Lo nggak terima kah karena gue nggak sengaja?" seru Zara cukup keras untuk didengar penghuni kantin. "Maaf..."

"Bukan gitu Zar, tapi ini lengket banget," balasaku tidak ingin dituduh sembarangan.

"Oke, gue tau lo masih marah karena posisi lo digantiin sama gue, tapi Roy nggak mungkin lama-lama tanpa manajer, gue cuma nurut perintah atasan."

Sialan, mata-mata itu kini memandangku dengan tatapan memicing, seolah menghakimi. Beberapa orang bahkan terang-terangan berbisik.

"Kenapa dia yang marah padahal dia yang mengundurkan diri?”

"Mungkin karena Roy memang udah mau mendepak dia."

"Kasian banget."

"Katanya kerjaannya kurang bagus, ya nggak heran kalau posisinya langsung digantiin Zara, bulan ini aja Zara dapet predikat Manager Of The Month."

Wajahku terasa panas.

"Sorry Zar." Kuputuskan untuk pergi, menatap Mba Niken sebelum pamit undur diri dan bergegas mencari toilet untuk menyeka kemeja.

Koridor gedung Lumeno Ent, lumayan panjang dan cukup berkelok-kelok, sebagai pegawai baru yang belum familier pada tempat ini, aku merasa kesulitan menemukan bilik toilet dan malah masuk makin ke dalam koridor yang benar-benar tampak asing.

Kubuka salah satu pintu yang bertuliskan VIP, niatku ingin bertanya tentang letak toilet pada seseorang di dalam, tapi yang kutemukan justru ruangan luas yang kosong. Aku baru akan berbalik pergi saat tiba-tiba sebuah tangan besar dari belakang punggung sudah lebih dulu mencengkeram tenggorokanku lalu berbisik di telingaku.

"Apa yang kamu lakukan di sini?”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 3: Si Kembar

    Suaranya rendah dan berat, dari aroma musk tubuhnya secara insting aku langsung tahu milik siapa, namun aku kesulitan untuk menggeliat karena cengkeramannya yang seakan ingin meremukkan kepalaku."Pak!" sebutku serak dan ngeri."Kamu sengaja mengikuti saya?""B-bukan." Kucoba-coba untuk meraba jemarinya agar terlepas tapi lengan Gun yang bebas malah membelit perutku, aku praktis tidak bisa bergerak."Jawab," bisiknya mendesak."Sa-saya cari toilet, Pak.""Apa ini kekurangan kamu yang ketiga? Berpura-pura, padahal kamu penguntit?" serang Gun tanpa ampun. "Atau kamu sudah nggak sabar bekerja bersama saya?""Pak, bisa lepasin dulu nggak, saya nggak bisa napas," kataku megap-megap.Gun mendengus, kupikir dia tidak akan menuruti permintaanku begitu saja, tapi perlahan dia mengurai pelukan, dan cengkeramannya mengendur, aku langsung mengambil dua langkah menghindar lalu terbatuk-batuk heboh, sambil berbalik menatapnya, kuraba-raba leher, memastikan kepalaku masih utuh."Apa yang terjadi?"

    Last Updated : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 4: Lima Puluh Juta

    "Tolong Ma, kali ini aja, sambil aku cari day care yang dekat rumah, untuk sementara aku titip Hiro dan Naga di sini." "Mama nggak melarang Mit, tapi kamu tau sendiri Mama juga bukan pengangguran, silakan aja mereka di sini asalkan bayarannya sesuai." "Berapa?" "Lima puluh juta aja." Mataku melotot sempurna, yang benar saja? Aku hanya meminta beliau menjaga Hiro dan Naga hari ini sebelum aku menemukan day care pengganti yang lokasinya terjangkau dari apartemen, tapi Mama seperti aji mumpung, mengambil keuntungan dalam kesempitan. "Ini kan weekend Mit, wajar kalau Mama minta segitu, sepadan sama waktu liburan yang Mama luangkan. Lagian anak-anak kamu itu tingkahnya di luar nalar, apa kamu nggak ingat apa yang mereka lakukan ketika terakhir dititipkan di sini?" tanya Mama emosi. Bagaimana aku bisa lupa? Ketika sedang terlelap mereka mengikat kedua tangan dan kaki Mama dengan mulut yang dibungkam lakban. Saat aku menanyakan hal tersebut Hiro dan Naga beralasan bahwa mereka s

    Last Updated : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 5: Aktris Cilik

    "Scene satu, shot dua, take sebelas. Action!" Sang asisten sutradara memberi aba-aba, membunyikan sebuah clapper, papan hitam putih sampai bunyi cletak!"Sebentar, poni gue berantakan.""Cut!"Suara Pak Wisnu, sutradara menggema memenuhi ruangan, membuyarkan adegan yang sedang dijalani Gun dan Prily, aktris cilik yang kini sudah beranjak dewasa. "Duh, kemarin di workshop talent nggak gini, lo kebanyakan mengkhawatirkan hal yang nggak perlu Pril, muka lo juga terlalu datar," tegurnya. "Walaupun harus sesuai naskah tapi gue butuh lo improvisasi, lo kan bukan amatir! Kita bahkan masih di adegan pertama, kalau seperti ini terus kapan selesainya?"Perempuan cantik bertubuh semampai itu tampak meringis. "Sorry Mas, bisa kita ulangin lagi?"Seorang tim wardrobe buru-buru mendekati mereka dan melakukan touch up pada Prily dan Gun, wajah laki-laki itu kelihatan kecut, sudah hampir dua jam adegan iklannya diulangi, dan semakin lama, Gun semakin kehilangan kesabaran."Kita break dulu aja, lo pe

    Last Updated : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 6: Peraturan Absurd

    Sebenarnya aku berharap Gun akan lupa, setelah dua jam take video iklannya menemui jalan buntu, mungkin saja moodnya yang berantakan membuatnya jadi tidak ingin berhadapan denganku, tapi tentu saja itu adalah harapan yang terlalu muluk."Kenapa kamu terlambat?" tanyanya. Apa itu basa-basi? Sepertinya kalimat itu memang sudah menguap dari kamus seorang Gun.Dia duduk di kursi kebesaran, di ruangannya yang tampak tertata, rapi dan kinclong."Begini Pak..." Aku berdeham, merapikan rambut panjangku, menyelipkannya ke balik daun telinga kemudian mengulurkan paper bag yang kubawa. "Ini bathrobe yang kemarin Bapak pinjamin ke saya." Kuletakkan di atas meja. "Makasih Pak, saya terbantu sekali kemarin dengan handuk itu, Bapak benar, saya nggak mungkin berkeliaran di kantor dengan pakaian basah, apalagi di hari pertama saya kerja, walaupun ukurannya besar sekali dan bikin saya kelihatan melayang seperti kunti--""Apa kamu mau menghabiskan waktu saya?" Suaranya yang tajam segera menyela.Aku mer

    Last Updated : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 7: Makan Siang

    "Masa begitu sih Pak?" Aku langsung protes karas. Bahu Gun terangkat santai. "Pilihannya hanya itu atau silakan angkat kaki." Ya Tuhan, bahuku merosot lemas. "Kamu keberatan?" Bagaimana aku akan mengeluh kalau dia sudah memutuskan dan tidak bisa dibantah?! Aku harus secepatnya melaporkan keluhan ini pada Mba Niken, aku yakin dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dialah yang mendorongku menerima tawaran manajer ini, jadi aku perlu dukungannya untuk meneruskan keluhanku pada Pak Punjab agar pria tua itu berubah pikiran, lalu menggantikan posisiku menjadi manajer selebriti yang sifatnya normal. Persetan dengan gaji berkali-kali lipat, lebih baik menjaga kewarasan daripada aku harus bekerja di bawah tekanan yang tidak masuk akal. Karena aku diam saja, laki-laki itu bangkit, menganggapku telah setuju. "Bagus, sekarang kamu singkirkan ini, saya nggak mengambil kembali barang yang sudah saya berikan ke orang lain," katanya menggedikkan kepala pada paper bag di atas meja. "Sebentar Pa

    Last Updated : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 8: Tanggung Jawab

    Karena macet aku baru sampai di rumah Mama sekitar pukul sepuluh malam. Tempat itu sangat sunyi dan gelap, halamannya ditumbuhi tanaman lebat seperti rumah tidak berpenghuni."Hiro, Naga?" tanyaku pada Mama ketika beliau membukakan pintu."Udah tidur, kenapa nggak sekalian kamu pulang di jam cinderlella aja? Bukannya kamu udah dipecat sama Roy Dihan?""Dari mana Mama tau?""Jadi benar?""Kenyataannya aku yang mengundurkan diri.""Dan Zara menggantikan posisi kamu. Dari dulu dia memang bisa diandalkan, nilai sekolahnya selalu bagus, membanggakan, sekarang juga dia mengalahkan kamu dalam pekerjaan.""Nggak ada yang dikalahkan Ma, aku dan Zara nggak sedang berkompetisi." Kupilih untuk melewati tubuhnya dan terkejut menemukan anak-anakku yang sedang tertidur di sofa dalam posisi duduk. "Kenapa mereka nggak dipindahin di kamar?""Kamar di rumah ini cuma satu, Mama nggak mau mereka ngacak-ngacak kamar Mama, di sana banyak makeup dan barang penting.""Barang penting itu lebih penting dari an

    Last Updated : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 9: Bercocok Tanam

    "Kapan kita akan tanam jagung, Mas?" "Kita nggak punya tempat untuk menanam di rumah ini." "Kalian bisa tanam di balkon, tapi bukan jagung nanti Mama belikan biji strawberry."Naga yang sangat menyukai buah tersebut langsung memekik girang, sementara Hiro tampak tidak terkesan."Kami sudah pernah menanam itu di sekolah, hasilnya biasa aja," katanya."Tapi di rumah belum pernah kan? Kamu bisa mencobanya lagi nanti." Aku memberi usul dengan sabar.Akhir-akhir ini mereka sedang hobi bercocok tanam, mungkin itulah yang membuat Mba Susi senewen, karena baginya Hiro dan Naga terkesan hanya megacau tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya ingin bermain sekaligus belajar. Sampai detik ini aku masih mencoba berkomunikasi dengan beliau meminta maaf dan berusaha untuk membujuknya agar kembali mau menerima anak-anakku, walaupun jawabannya belum berubah."Kita akan ke rumah Nenek lagi hari ini?" tanya Hiro, tampak tidak antusias saat ak

    Last Updated : 2025-04-14
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 10: Papa Chef

    "Sebentar Pak, masih macet.""Kamu tahu jam berapa sekarang?""Saya sedang berusaha Pak.""Apa terlambat sudah jadi hobi kamu, Mita?""Bukan begitu Pak—"Kepalaku nyaris kepentok stir saat tiba-tiba dari arah belakang sebuah motor menyalip dan aku harus ngerem mendadak."Apa itu?" Suara Gun terdengar bertanya di antara raungan klakson yang bersahut-sahutan di belakang kendaraanku hingga menimbulkan kemacetan."Pak saya tutup dulu ya?""Tunggu, di mana kamu?""Di jalan Pak, saya harus—oh shit!" Aku tak sengaja mengumpat saat lagi-lagi sebuah motor menyalip sehingga aku terlonjak."Mita?""Saya harus fokus nyetir, Pak.""Saya tanya di mana kamu, biar pengawal saya jemput kamu di sana."Aku merasa ngeri. "Jangan Pak, saya baik-baik aja kok, cuma kaget dikit."Gun terdengar mengeram rendah."Beneran Pak, udah dulu ya." Aku langsung mematikan sambungan te

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 50: Dek Indoor

    "Gimana dengan anak-anak Gun?" "Mereka nggak ada yang jemput?" "Pulang nanti mereka pasti kaget kalau aku nggak ada di rumah." "Titipkan pesan ke guru, katakan pada mereka kalau kamu ada pekerjaan penting." Case closed. Gun tidak bisa dibantah ketika dengan lembut mendorongku masuk ke dalam mobilnya. Dia tidak bercanda. Tidak lama setelah panggilan, Ed tiba-tiba membunyikan bel di pintu. Asistennya itu membawakan beberapa lembar pakain ganti berupa jas dan kemeja baru untuk Gun. Sementara aku? Karena Gun terus mendesak. Mau tidak mau aku langsung mengubek-ubek lemari, mencari pakaian yang pantas. Maksudku, pesta seperti apa yang akan kami hadiri? Aku sepenuhnya clueless. Sedangkan Gun tidak memberitahu dan hanya meminta aku mengganti pakaian. Jadilah pilihanku jatuh pada ruched side midi skirt dipadukan atasan deep V berbahan satin, bernuansa bata. "Good." Gun hanya memuji singkat ketika aku meminta pendapatnya. Lalu dia buru-buru menggunakan dasi, enggan menatapku

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 49: Gula Darah

    Aku tidak paham sebenarnya kenapa permintaan Gun berubah, awalnya dia bilang hanya akan berkunjung, lalu tinggal di apartemen sampai makan malam. Dan sekarang, laki-laki itu ingin menginap. Harap dicatat ketika dia meminta, menggunakan kata 'boleh?' itu artinya sama saja 'harus' karena Gun tidak menerima penolakan. "Kamu mau tidur di mana?" tanyaku dari balik gigi yang terkatup rapat saat laki-laki itu sudah menjatuhkan diri di sofa setelah membantuku mencuci piring di westafel. Anak-anak sedang kusuruh masuk ke kamar, mengerjakan tugas. Meski sepertinya tadi aku melihat mereka mengintip dari celah pintu yang terbuka. "Jangan khawatirkan itu, saya orang yang fleksibel, di sofa pun bisa." Dan seakan ingin menunjukkan maksudnya, Gun menggenjot sofa, mencoba-coba tempat itu nyaman dan aman untuknya. Aku mendengus. "Kamu nggak bakal bisa tidur, di sini nggak kedap suara."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 48: Crop Tee

    Gun benar-benar keras kepala. Dia memang tidak langsung datang dan mengganggu aktivitasku, tapi dia menempati janjinya untuk berkunjung saat makan malam. Namun sayang kehadirannya tidak disambut hangat oleh anak-anak. Begitu aku membuka pintu, Naga mendadak muncul dari balik bahuku dengan wajah coreng moreng, mengenakan topi pantai dan menggenggam senapan laras panjang. "Mama tiarap," perintahnya. Aku refleks melakukan yang dia teriakkan, kemudian senapan itu menyempotkan air tepat ke wajah Gun di balik punggungku. Mataku mendelik ngeri, aku sudah bersiap menerima omelan judes Gun saat menoleh dan melihat laki-laki itu ternyata berhasil menghindar dengan berjongkok. Bibirnya menyunggingkan senyum puas. "Musuh gagal dieksekusi." Naga terdengar kesal. Tapi itu adalah pengalih perhatian yang bagus karena di detik berikutnya, sebelum Gun berdiri tegak. Hiro muncul dari balik sofa lalu membombardirnya dengan tem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 47: Budak Kitchen

    Karena aku tak kunjung merespon, dan hanya menarik embuskan napas dengan dada naik turun, Gun kembali bersuara. "Mita..." Perlahan dia menunduk, aku bisa merasakan napas hangatnya membayang di wajahku, ketika bibirnya semakin maju, aku sontak membuang muka. "Kamu bilang mau bicara, Gun." Detak jantungku terasa bertalu-talu, darah seperti mengalir deras dari tubuhku. Gun langsung berhenti. Dia diam cukup lama, seolah menyedot habis oksigen di sekeliling kami hingga aku merasa kesulitan bernapas. Lalu cengkeraman tangannya mengendur, kemudian tubuhnya perlahan mundur. Dia menyugar rambut, menatapku yang mematung. Tapi terlalu muluk jika berharap seorang Gun akan mudah menyerah, karena saat aku mulai bergerak untuk menjauh, dia mencekal lenganku kemudian bibirnya menyerbu bibirku. Gun menahan belakang kepalaku selagi mataku melotot dan berusaha mendorong dadanya mundur. Dia memangut lembut.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 46: Beef Dan Keju

    Aku mencoba melihat segalanya dalam sudut pandang yang positif. Selama diliburkan, aku bisa menjaga anak-anak tanpa perlu daycare atau orang lain, terlebih Mama yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Aku bahkan bisa membuatkan mereka bekal makan siang untuk dibawa ke sekolah. Lalu mengajak mereka berbelanja mingguan, dan yang paling penting karena mereka tidak ikut liburan bersama teman-teman lain ke kebun binatang. Aku bisa menyempatkan waktu untuk mengajak mereka ke sana. Hiro dan Naga menyambut gembira. Ketika mereka bertanya, kenapa Mama nggak kerja? Aku bisa berkelit dengan menjawab Mama sedang ambil cuti. Dan selayaknya anak berusia empat tahun mereka sangat senang, bakan berharap Mamanya akan cuti selama setahun penuh. Hiro yang biasanya mudah curiga, kali ini juga tidak banyak bertanya. Menghabiskan waktu bersamaku bagi mereka jauh lebih berharga dibandingkan harus memikirkan masalah lain. Sangat tipika

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 45: Loker Seragam

    "Apalagi yang perlu dibicarakan, Gun?" Aku sudah lelah dengan drama pencurian ini, jika dia ingin mengkonfrontasi dan membuatku mengaku bahwa akulah yang mencuri barang miliknya, maka lebih baik Gun pergi daripada menghabiskan waktu. "Ke ruangan saya, atau ribut di sini." Namun Gun adalah Gun kan? Setiap kata-katanya tidak bisa dibantah mutlak, hingga ketika dia menggidikkan kepala agar aku mengikutinya, aku tidak memiliki pilihan selain nurut. Belum lagi jika kami ribut di koridor maka itu bisa menarik perhatian para karyawan. Dengan gontai aku memasuki ruangan Gun, merasa sedikit trauma ketika wanginya yang maskulin sontak menyerbu. Inilah tempat yang membuatku dituduh melakukan tindakan amoral. "Duduklah." Aku nurut. Gun melangkah tenang, membuka lemari bening yang berada di sudut ruangan. Mengeluarkan satu botol yang terlihat mahal, menuangkan isinya ke gelas kemudian mengulurkannya padaku. Kepalaku terangkat, bingung. "Aku—" "Minumlah, kamu butuh rileks sekarang." Dia k

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 44: Kotak Pizza

    Siapapun yang melihat pasti akan langsung sadar bahwa benda itu terbuat dari berlian. Bentuknya kecil seperti kancing manset pada umumnya, namun berkilauan. Aku bisa mendengar semua karwayan menahan napas. Harganya pasti di atas 1M, pantas saja Pak Punjab tampak senewen, meskipun Gun sempat tidak peduli. Mba Niken megap-megap tidak paham. "Saya nggak tau itu ada di sana." Semua pasang mata langsung menatapnya. "Itu barang kamu?" tanya Pak Punjab. "Y-ya," gagap Mba Niken. "Tapi saya nggak mencuri, dan saya juga nggak tau kenapa benda itu ada di dalam sana Pak." "Ini benar milik kamu kan, Gun?" tanya Zara. Aku mengangkat alis, menyadari dia memanggil Gun tanpa embel-embel Pak atau Chef seperti karyawan yang lain, akrab sekali, bund. "Seharusnya ada sepasang kan? Di mana yang satunya lagi?" "Saya nggak tau!" Mba Niken memekik. "Sebaiknya Anda bicara yang sopan." Gerald memperingatkan dengan tajam. "Nggak apa-apa, dalam keadaan seperti ini semua pasti tegang, dia berhak untuk mem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 43: Cufflink

    "Saya bukan mau menuduh kamu melakukan pencurian, tapi saya perlu melakukan konfirimasi apa yang kamu lakukan di dalam ruangan Gun." "Benar Pak, saya melihat dia keluar dari ruangan Chef Gun siang ini." Lusi tiba-tiba menyela, suaranya terdengar berapi-api. Pak punjab merentangkan tangan, meminta agar perempuan itu tidak memotong pembicaran. "Kita perlu memberikan Paramita waktu untuk menjelaskan." "Apanya yang perlu dijelaskan Pak? Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kok. Ketika saya tanya apa yang dia lakukan di sana karena Chef Gun sedang nggak ada. Mita sendiri kelihatan ketakutan, seolah dia baru kepergok melakukan sesuatu." Ya Tuhan. Tidak menuduh aku melakukan pencurian? Tapi jelas sekali kata-kata beliau justru menunjukkan yang sebaliknya. Aku bahkan tidak diminta duduk tanpa basa-basi. Di antara empat pasang mata, kecuali Gun, mereka menatapku menunggu jawaban. Punggungku panas dingin. "Apa maksud Bapak pencurian?" tanyaku, lidah terasa pahit saat mengatakan itu

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 42: Keturunan Hindi

    Apartemen kami ternyata sudah rapi, tempat itu sudah tidak dipasang garis polisi. Dan ruang tamunya yang acak-acak dengan perabotan terbalik serta pecah belah sudah dibersihkan dan ditata seperti semula. Aku hanya perlu menyimpan barang-barang kami di kamar masing-masing, membujuk Hiro dan Naga untuk tidur kemudian istirahat. Walaupun aku sendiri insomnia. Bangun-bangun, kepalaku terasa berat, badanku sakit semua seperti habis digebuki. Aku mandi dengan menahan nyeri, kemudian menyadari aku melupakan jadwal pertemuan bersama Miss Clara. "Nggak pa-pa kok Mam, kalau memang masih sibuk, kami maklum. Silakan datang kalau Mama kembar nggak sibuk ya." Aku menggumamkan terima kasih untuk pengertiannya. Lalu meninggalkan anak-anak di kelas. Mengabaikan tatapan kepo dari trio Ibu Nuri, Yuli, dan Yuni. "Ibu-Ibu foto jalan-jalan kemarin sudah dikirim ke grup ya, silakan dicek. Ini saya juga punya bingkisan untuk Ibu-Ibu di rumah, tapi untuk yang ikut-ikut aja." Ibu Nuri mengumumkan di depa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status