Share

2. Sarlita Hamil

Satu bulan kemudian

Jody dan Sarlita sebelumnya sangat intens melakukan hubungan intim. Jody merasa kalau Sarlita cukup aman, karena sudah dibekalinya pil anti hamil. Namun, di luar dugaan Jody, Sarlita hamil. 

Sarlita mengajak Jody untuk bertemu di tempat kost Sarlita, 

“Jod.. tadi aku periksa ke dokter, karena aku merasa kurang sehat.” jelas Sarlita dengan murung. 

“Terus.. dokter bilang apa? Kok kamu sedih gitu?” tanya Jody dengan was-was. 

“Aku hamil, Jod! Inilah yang aku takutkan selama ini." 

Seketika wajah Jody pucat pasi, dia tidak menyangka kalau hal itu bisa terjadi. 

“Kok bisa, Sar? Kan kamu selalu minum pil itu?”

“Tidak selalu, Jod.. ada beberapa kali aku lupa.”

“What!!? Kok sebodoh itu kamu, Sar!!?” nada suara Jody meninggi. 

Sarlita tidak bisa menerima tudingan Jody, “Gila kamu ya!! Kok kamu anggap aku bodoh? Egois banget kamu!!?” Sarlita pun tidak mampu menahan amarahnya.

Jody hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Baru kali ini mahasiswi yang diperawaninya hamil, belum pernah terjadi sebelumnya. 

“Kamu harus tanggung jawab, Jod! Kamu harus nikah aku!!” 

“Nikah!? Yang benar aja kamu, Sar! Apa kata orang tuaku?”

Jody mulai panik, dia tidak sanggup memenuhi keinginan Sarlita. Jody dan Sarlita hanya bisa terdiam, masing-masing berpikir keras menghadapi situasi itu. 

“Aku tidak sanggup, Sar kalau kita menikah. Kuliahku bisa berantakan, dan orang tuaku pasti tidak setuju.”

“Emang kamu pikir cuma kamu yang akan menghadapi hal seperti itu? Aku juga, Jod! Tapi, kita harus pikirkan solusinya!!”

Sarlita menumpahkan kesedihannya, dia merasa sudah melakukan sebuah kekeliruan. Terlalu percaya dengan bujuk Rayu Jody yang memabukkannya selama ini. 

Jody kembali bermuslihat pada Sarlita, dia mencoba meyakini Sarlita bahwa dia mau menikahinya. Jody membujuk dan memeluk Sarlita,

“Okey, Sar.. aku akan nikah kamu. Tapi, kita hanya nikah secara siri.” bujuk Jody

“Maksudnya gimana? Aku gak tahu apa itu nikah siri?”

“Kita nikah secara agama, artinya tidak perlu diketahui kedua orang tua kita.” jawab Jody. 

“Dan kita tidak tinggal serumah? Bukan seperti itu yang kamu inginkan?” pertanyaan Sarlita itu sangat menohok Jody. 

“Ya memang begitu, Sar, kan tanpa sepengetahuan orang tua? Kalau kita tinggal serumah, artinya aku gak pulang-pulang dong?” dalih Jody

Perdebatan Sarlita dan Jody semakin sengit, Sarlita tidak ingin tinggal sendirian. Bagaimana pun caranya, dia tetap ingin Jody tinggal satu rumah dengannya. Sementara, Jody tidak bisa memenuhi keinginan Sarlita. 

Jody tidak ingin orang tuanya curiga karena dia tidak pernah pulang. Jody memberikan solusi pada Sarlita, 

“Begini Sar, kalau setiap hari aku harus menginap, aku gak bisa. Aku akan atur kapan kita harus bersama-sama, dan kapan aku harus pulang.”

“Kapan kamu mau nikahi aku? Kamu jangan lari dari tanggung jawab, Jod!!” desak Sarlita. 

“Lho? Aku kan sudah bilang, aku akan segera nikahi kamu? Tapi, aku tidak bisa satu rumah sama kamu! Hanya itu masalahnya, Sar!!”

Sarlita minta pada Jody agar pindahkan kuliah Sarlita ke kampus yang berbeda. 

“Aku tidak ingin tetap di kampus yang sama, Jod. Kamu harus pindahkan aku ke kampus yang lain!!”

Keduanya terus bertengkar dengan sengit, masing-masing tetap dengan egonya. Jody merasa menjadi tumpuan kesalahan dan dia tidak bisa menerima, 

“Okey, aku akan turuti kemauan kamu. Tapi, jangan tumpukan semua kesalahan sama aku dong! Ini kan kesalahan kita berdua, Sar!!”

Keduanya kembali terdiam, Sarlita menyesali semua yang sudah terjadi. Terbayang di benaknya, betapa murkanya kedua orangtuanya jika tahu dia sedang hamil. Sarlita hanya bisa menumpahkan kekecewaan dalam tangis. 

“Aku bingung Jod, gimana kalau orang tua aku tahu bahwa aku hamil?”

“Sama aja Sar, aku juga bingung menghadap kedua orang tuaku. Kita harus sepakat mencari jalan keluarnya, gak bisa kalau cuma aku yang memikirkannya.”

“Sementara ini, aku bisa menerima keputusan kamu, Jod. Kita tinggal terpisah dan kuliah di kampus yang berbeda.”

Jody merasa lega dengan sikap Sarlita yang mulai bisa menerima kenyataan. Jody lama merenung, dia kembali teringat bagaimana dengan bangganya dia berhasil membuktikan tantangan Windi. 

Seperti seorang petarung sejati yang sudah berhasil menjawab tantangan, hati Jody begitu bangga atas keberhasilannya. Jody mengajak Windi untuk bertemu, dia ingin memberikan bukti pada Windi. Jody dan Windi ngobrol di dalam mobil Jody di parkiran kampus.

“Kamu harus konsisten ya dengan ucapan kamu, Win. Aku sudah memenuhi tantangan kamu..” ujar Jody sembari memperlihatkan saputangan yang ada bercak darah dan foto yang memvisualkan bercak darah di atas sprei putih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status