[MATURE] "BRENGSEK! SIAPA YANG BERANI MELEMPAR BENDA MENJIJIKAN INI KE KEPALAKU?" "AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUATNYA BABAK BELUR!" Mataku terbuka lebar mendengar umpatan kasar barusan. Aku buru-buru memunguti bukuku dan berusaha berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku. Rasa dingin menyengat telapak kaki kananku begitu aku berhasil berdiri tegak. Aku melirik ke bawah dan menemukan kaki kananku hanya terbalut kaus kaki tanpa sepatu boots. "Aku harus membuat perhitungan dengan pemilik sepatu boots sialan ini! Berani-beraninya melempar sepatu boots ke kepalaku!" Dia Jason Butler, playboy sekaligus brandalan yang paling digilai para murid wanita di Heigberk High School. Astaga, aku dalam bencana! Jika di dalam donggeng sang pangeran mencari pemilik sepatu kaca untuk dijadikan ratunya, di sini kita akan menemukan pangeran yang berkeliaran mencari 'Cinderella-nya' untuk dijadikan 'samsak tinju'. Atau mungkin pemeran utama wanita kita, Steffy yang malang dapat merubah kisah yang tragis ini menjadi romansa manis. Mari lihat bagaimana akhirnya. [Princess Tale, First Tale : Cinderella and Her Boots] by Rosangelynz
View MoreStephanie Cassen atau Stefie merasa hidupnya menjadi sangat kacau setelah ulang tahunnya yang ke-17. Kesialan-kesialan itu seolah datang bertubi-tubi membuatnya hampir frustasi. Berawal dari sepatu boot hadiah ulang tahun dari ayahnya, lalu jalanan yang licin dan semuanya terjadi begitu saja.
Lelaki itu, berandalan sekaligus playboy di sekolah menengah atas tempatnya memulai lembaran masa remaja, Jason Butler, dengan mata kepalanya sendiri, Stefie, melihat betapa mengerikannya luka di pelipis Jason, semengerikan sumpah serapah yang Jason ucapkan pada pemilik sepatu boot yang tak lain adalah dirinya sendiri.
# HADIAH DAN MASALAH
"Apa kau suka hadiahmu?"
Aku tidak dapat menyembunyikan sorot mata takjubku saat menatap sepatu boot pemberian Rob. Ini benar-benar... "Wow," kata itu keluar begitu saja, ini adalah hadiah terkeren yang pernah Rob berikan padaku. "ini... luar biasa."
Rob berdeham sebelum menimpali ucapanku.
"Aku kira kau tak akan menyukainya."
Aku mengangkat kepala dan menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
"Apa yang membuatmu berpikir aku tak akan menyukai hadiah darimu?"
Rob mengangkat bahunya.
"Hanya kecemasan seorang ayah, takut tidak bisa memberikan hadiah yang disukai gadis umur 17 tahun."
Aku menyimpan sepatu bootku ke kolong meja. "Kau terlalu berlebihan, Dad. Apapun hadiah darimu, aku pasti menyukainya, tak peduli barang apa itu, yang kulihat adalah perhatianmu dengan memberikanku hadiah. Sekali lagi terima kasih untuk hadiahnya," kataku tulus seraya tersenyum pada Rob yang mulai menikmati bacon dan omeletnya.
Meskipun Rob hanya berdeham sebagai respon, bagiku itu sudah cukup. Aku menyukai Rob dan sifat tak banyak bicaranya. Meskipun pendiam dan terlihat tak peduli, sebenarnya Rob adalah ayah yang baik.
Sepuluh menit berlalu, kami sarapan dalam diam, tak ada yang berusaha untuk memulai obrolan. Kami memang terbiasa dengan situasi seperti ini. Hening, hanya suara dentingan alat makan yang beradu dengan piring yang terdengar. Begitu aku selesai menghabiskan sarapanku, aku langsung mencuci piring kotor. Sementara Rob kini terlihat sibuk dengan koran paginya.
"Tadi malam salju mulai turun, Jalanan pasti sangat licin." Aku melirik Rob melalui ekor mataku, dia masih sibuk dengan koran paginya. "Apa kau mau ku kuantar ke sekolah?" ia mengalihkan pandangan ke arahku.
Aku berbalik untuk menatapnya setelah menaruh piring-piring bersih di rak dan mengeringkan tanganku. "Aku bisa berangkat sendiri. Lebih baik kau segera bergegas ke bengkel, karena kurasa Jack lebih membutuhkanmu," kataku.
"Kau benar, dia pasti sibuk dengan rongsokan-rongsokan itu." Rob membenarkan perkataanku.
Dia melipat korannya, kemudian bergegas mengambil mantel dan kunci mobil pick up tuanya yang tergeletak di atas kulkas. Aku sendiri juga bergegas untuk berangkat, meraih mantel dan memakai sepatu boot yang kutaruh di kolong meja makan. Sebelum menyusul Rob yang yang sudah keluar terlebih dulu, aku menyempatkan diri menyimpan kotak sepatuku di rak sepatu.
"Oh ya, Stefie." Rob berbalik menatapku yang baru keluar rumah, tangannya sudah memegang gagang pintu mobil pick up nya.
Aku diam menunggu Rob melanjutkan perkataannya.
"Hari ini ini kau tak perlu memasak makan malam," dia menjeda sebelum melanjutkan perkataannya, " keluarga Wood mengundang kita ke pesta kelulusan putra sulungnya."
Aku mengerutkan kening.
"Setahuku keluarga Wood hanya memiliki seorang putra, Jack. Dia masih semester satu, bukan?"
"Alex, putra sulung keluarga Wood kuliah di luar negeri, wajar jika kau tak tahu."
Aku bergumam pelan sambil melangkah menuju Corolla-ku. Rob masih berdiri di samping pick upnya dan menatapku.
"Jadi... bagaimana? Kau mau bergabung?"
"Aku tidak bisa, malam ini aku harus tetap di rumah untuk mengerjakan essayku."
"Oh, sayang sekali."
"Sampaikan permohonan maafku pada keluarga Wood."
Rob mengangguk, dia tersenyum sekilas padaku sebelum masuk ke dalam mobil pick upnya.
"Semoga harimu menyenangkan. Kupastikan akan ada di rumah sebelum pukul sepuluh." Dia melongokkan kepalanya ke luar jendela untuk berbicara padaku.
"Bersenang-senanglah, Dad! Jangan terlalu mencemaskanku. Aku akan baik-baik saja!" Aku berteriak padanya ketika ia dan pick upnya mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah.
Aku meringis, Mrs Elena sudah selesai mengobati lukaku dan sekarang tengah membereskan peralatan yang tadi dia gunakan.Sialan, si Brengsek itu membuatku mendapat dua jahitan di dagu, ditambah rasaa nyeri di lututku belum juga hilang. Persetan dengan hukum, aku benar-benar ingin membunuhnya detik ini juga."Jangan cengeng. Luka di dagumu tidak seberapa. Perlu kau tahu, gara-gara sepatu boots -sialan- mu itu aku mendapat lima jahitan di pelipisku."Aku mendongak, menemukan Jason berdiri sambil menyibak tirai. Mati-matian aku menahan emosiku. Keinginan untuk melenyapkan Jason dari muka bumi ini makin kuat.Dia melangkah mendekat, tak sedetikpun aku mengalihkan pandangan darinya. Gerakannya saat membuka kaos juga tidak luput dari penglih
"Lucas, aku bisa berangkat sendiri! Kembalikan kunci mobilku!" teriakku pada Lucas. Dia berpura-pura tidak mendengar. Lucas tetap duduk manis di depan kemudi."Lucas!" raungku frustasi. Lucas tidak juga mau mengembalikan kunci mobilku. Dia menyembunyikannya entah di mana. Kesabaranku mulai habis sekarang. Kutarik lengannya dengan kencang hingga pegangannya pada kemudi terlepas.Lucas menoleh, dia memberiku tatapan tajam."Berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Aku hanya melaksanakan amanat dari Ayahmu.""Amanat apanya? Asal kau tahu, biasanya aku selalu berangkat sendiri.""Amanat memastikanmu aman dari jangkauan Jason. Itu pesan Ayahmu. Maka dari itu aku menyita kunci mobilmu. Oh ya,
Mobil yang aku kendarai memang sudah berhenti di pekarangan rumah, tapi itu tidak menghentikan getaran pada kedua telapak tanganku yang memegangi stir, jantungku juga masih berdetak lebih cepat dari biasanya. Kelebatan ingatan tentang kejadian memalukan itu masih saja berputar-putar di dalam kepalaku. Seolah mengejekku, ingatan itu enggan menghilang.Kubenturkan kepalaku pada stir, berharap aku bisa amnesia tapi yang kudapat malah memar di dahi. Aku meringis memegangi memar yang baru saja kubuat."Aku harap tidak bertemu dengan Jason lagi seumur hidupku."Aku mendesah panjang, menenggelamkan wajahku pada lipatan lengan di atas stir mobil. Setelah mengatakan hal memalukan itu aku berhasil merampas paper bag-ku dan kabur dari Jason. Entah ini harus disebut keberuntungan atau justru malap
Ada peribahasa yang mengatakan, "Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga." peribahasa itu sepertinya cocok untukku. Cepat atau lambat Rob pasti akan tahu kalau aku menghilangkan sepatu boots pemberiannya. Mungkin bagi kalian ini hanya masalah sepele.Ayolah itu hanya 'sepatu boots', kau bisa membelinya kapan saja!Ya, itu memang benar. Itu hanya sepatu boots, biasa bagi kalian tapi tidak bagiku. Itu hadiah ulang tahunku yang ke-17. Aku tahu ini konyol, setiap tahun orang pasti akan mengalami yang namanya 'ulang tahun' -jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup-, tapi tidakkah kalian berpikir tentang betapa spesialnya ulang tahun ke-17?Tahun dimana orang-orang akan mengakuimu sebagai seorang remaja, bukan seorang bocah ingusan lagi. Terlepas dari itu, ada hal
-15 derajat celsius. Salju turun lebih lebat dari kemarin, aku merapatkan mantel yang kukenakan. Beruntung aku mengikuti saran Rob untuk memakai mantel tebal hadiah dari Grandma pada thanksgiving tahun kemarin. Jika tidak bisa-bisa cuping telinga dan ujung jariku kesakitan atau mati rasa karena kedinginan.Ngomong-ngomong soal Rob, nasib baik sepertinya masih ada dipihakku. Dia tidak menanyakan perihal sepatu boots hadiah darinya. Tadi pagi Rob tampak terburu-buru berangkat ke bengkel. Dia bilang ada pelanggan yang akan datang pagi-pagi sekali untuk mengambil mobil dan karena Jack ada jadwal kuliah pagi, Rob yang mengurusnya."Hei, gadis aneh, berhenti!"Langkahku terhenti. Jangan berpikir aku berhenti karena panggilan bodoh itu. Aku berhenti karena lenganku dicekal."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."Aku tahu suara ini, suara dengan nada dingin sekaligus sombong. Siapa lagi kalau bukan Jason."Aku buru-buru," sahutku, sebisa mungkin a
Alunan musik dari yang ada di dashboard mobil mengisi keheningan. Aku duduk diam di jok penumpang sambil menatap penuh tanya sosok yang ada di balik kemudi. Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalaku, tentang dia yang tiba-tiba muncul dan hubungannya dengan Jason. Aku merasa Jason dan dia sudah saling mengenal, tapi bukan saling kenal dalam artian teman, melainkan sebaliknya. Dilihat dari cara mereka yang saling menatap saja sudah terlihat betapa besarnya aura permusuhan antara keduanya."Stef, Bisakah kau berhenti memelototiku?" Dari nada suaranya, ia terdengar jengah.Aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan darinya ketika mulai mengatakan hal yang sejak tadi sudah ingin aku tanyakan. "Kenapa kau tadi bisa ada di sana?" tanyaku."Ayahmu menyuruhku untuk memastikan kondisi mu setelah mendapat telepon dari pihak sekolah. Mereka bilang kau sakit, tapi yang kutemukan sepertinya tidak sama dengan yang mereka katakan."Aku mengalihkan pandangan ke de
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments