"iya sudah saya pulang dulu ya Tante!!"
"Iya hati-hati ya Nak!!!".
Aku segera masuk ke rumah bersama bunda dan duduk di sofa ruang tamu.
"Giti tuh Bun... makanya aku kesel banget sama Korban ghosting itu tuh!!"
"Ghosting itu apa sih Ri??" tanya bunda bingung.
"Eh Bunda ihh gapapa Bun, aku masuk kemar dulu ya bun capek banget soalnya," pintaku pada bunda.
"Iya sudah istirahat gih!!".
Aku masuk kekamar namun sebelum aku masuk kemar bunda berkata, "Eh Ri awas loh suka sama bos kamu itu!!!".
"Ihhh amit-amit Bun, aku suka sama orang jutek kayak dia itu,".
Segera aku masuk ke kamar menghindari pertanyaan bunda.
Pagi itu aku terbangun, namun sudah telat karena kecapean aku langsung tidur dan lupa membuat alarm ponselku.
"Oalah Bun aku telat!!" teriakku sambil berlari kemar mandi.
"Kamu juga ngapain bangun telat," ucap bunda menyalahiku.
Tanpa menjawab bunda, aku langsung masuk untuk mandi dan bergegas bersiap untuk kekantor.
"Bun aku pamit dulu ya!!!"
"Eh Ri makan dulu nak!!" teriak bunda
"Aku makan di kantor aja nanti Bun, udah elat banget soalnya!!"
Aku pergi mengendarai sepeda motorku dengan ngebut.
Sesampainya di kantor, aku melihat pak Bram sudah berdiri si dekat meja kerjaku."Maaf Pak saya telat!!"
"Kamu ngapain aja tadi malem kok telat!!"
"Ih Pak aku kecapean gara-gara bapak nih," ujarku.
Perkataan ku membuat semua staff kantor tertegun melihat ke arah ku, menatap dengan bingung akan perkataan yang terlontar dari mulutku.
"Diam kamu ii!!" pak Bram berbisik, hal itu membuat semua staff kantor semakin merasa bingung, curiga dan sekaligus tertawa.
"eh kenapa semua malah tertawa, cepat kerja lagi jam kerja kok malah ketawa-ketiwi!!" ujar pak Bram menghindari rasa malunya.
pak Bram pergi ke ruangannya dan aku duduk di kursiku untuk segera memulai pekerjaanku.
tak lama seorang karyawan menanyakan.
"Eh Ri emang kalian ngapain tadi malam sama pak Bram??" tanyanya menahan tawa."Ii kamu jangan salah sangka dulu, aku ngak ngapa-ngapain sama pak Bram ya!!"
"Atau jangan-jangan kamu sama pak Bram udah pacaran ya??" tanyanya menggodaku."Ikk nazis banget aku pacaran sama si korban ghosting itu!!" ujarku.
Seminggu berlalu akhirnya aku bebas dari hukumanku membawa tas pak Bram rasanya aku terbebas dari semua penderitaanku. Namun pak Bram terlihat tidak senang dengan berakhirnya masa hukumanku itu.
"Ri nanti pulang kantor kita makan bareng ya!!"
ucap pak Bram berbisik melewati meja kerjaku.Aku hanya diam dan mengangguk menyetujui hal itu.
Setelah pulang dari kantor aku pulang bersama pak Bram. Kami makan di sebuah restoran favorit pak Bram.
"Ri saya mau ngomong sesuatu sama kamu!!"
"Iya Pak silahkan ngomong aja, biasanya juga langsung ngomong kok!!!" balasku biasa saja karena aku memang masih kesal sama pak Bram.
"Ri selama seminggu ini kita bareng terus saya merasa kalau..."
"Kalau apa Pak... ngomong kok setengah-setengah!!"
"Saya....
"Ri...." ujar seorang pria yang kebetulan berada di restoran itu.
"Ehh Alex kamu kapan pulang Jakarta??" tanyaku.
Itu adalah Alex anak teman bunda yang sering di jodoh-jodohkan denganku, sebenarnya aku juga suka sama Alex tapi aku tidak berani mengutarakannya, secara aku kan perempuan.Alex memelukku dan mengatakan, "Ri aku kangen banget sama kamu tau!!".
"Aku juga Lex, kangen banget sama kamu, kamunya sih lama banget di amerika!!" ujarku mengeskpresikan kerinduanku.
"Pak kenalin ini Alex, ini tuh anaknya teman bunda yang sering dijodoh-jodohkan sama aku!!" jelasku.
Pak bram terlihat merasa gelisah dan kecewa namun aku tidak tau kenapa masa iya pak Bram cemburu.
"Oh iya saya Bram teman sekantornya Ruri!!"
"Iya salam kenal ya!!" ujar Alex.
Pak Bram segera duduk namun tak lama setelah itu pak Bram pamit pulang dengan alasan ada urusan keluarga.
"Saya pulang duluan ya Ri!!
"Loh kok tiba-tiba pulang Pak???" tanyaku.
"Iya nih saya lupa tadi ada janji sama mama urusan keluarga, biasalah,"
"Ih iya sudah Pak, makasih ya Pak traktirannya!"
Pak Bram tak menjawab melainkan hanya tersenyum kecil dan segera pergi.
Aku dan Alex juga segera pulang setelah pak Bram pulang.
Sesampainya di rumah aku tidak bisa tidur tiba-tiba aku selalu mengingat pak Bram, akun juga tidak mengerti mengapa aku selalu memikirkan nya, padahal aku kesal banget sama pak Bram.
Tiba-tiba suara ponselku terdengar dan aku mengangkat telpon itu yang ternyata adalah alex yang menghubungiku.
"Hallo Ri!!"
"Iya Lex ada apa??"
"Aku ganggu gak nih???"
"Gak kok emang kenapa ya Lex?" hatiku bergetar kencang tak karuan karena bahagia sekaligus gugup.
"Besok kamu ada acara gak??"
"Besok aku kerja Lex!!"
"Malamnya kamu kemana???"
"Gak kemana-mana sih, memang kenapa??"
"Aku mau ajak kamu dinner, mau gak??".
Hatiku semakin bergetar kencang semakin tak terkendali rasanya jantungku ingin loncat keluar dari dadaku.
Sambil tersenyum malu aku menyetujui permintaan Alex."Iya aku mau!!!"
"Ya sudah istirahat gih besok malam aku jemput ya," ujar Alex dan segera mengakhiri telpon itu.
Pagi ini seperti biasa aku kekantor dan bekerja.
pak Bram datang ke dekatku dan bertanya."Nanti malam kamu kemana Ri???""Wah, maaf Pak nanti malam aku ada janji???"
"Oh yasudah!!" ujarnya merasa kecewa.
"Emang ada apa ya Pak??" tanyaku memastikan apa yang ingin dikatakan pak Bram.
"Gå papa Ri!!" lalu pak Bram kembali ke ruangannya dengan wajah tak semangat.
Aku pulang dan bersiap-siap untuk pergi bersama Alex."Assalamualaikum Tante!!!, Ri!!!" ujar Alex yang sudah sampai didepan rumah."Iya Lex, masuk aja bentar lagi aku siap nih," teriakku dari kamar."Eh nak Alex mau kemana kalian Nak??" tanya bunda kepada Alex."Ini Tante, kami makan diluar sebentar gapapa kan Tan?""Iya gapapa dong tapi ingat pulangnya jangan terlalu malam, gak enak sama tetangga ya !!!""Siap Tante kami cuman makan sebentar kok!!""Oh iya gimana kabar mamamu Nak??""Mama baik-baik saja Tante""Oh iya sudah salam ya untuk mamamu!!""Baik Tante!!"kemudian aku keluar menemui Alex dan bunda."Ayo Lex aku udah siap nih, Bun aku keluar sebentar ya !!""Iya Sayang kalian hati-hati ya!!"Lalu kami berangkat ke restoran dekat rumahku untuk makan."Ri kamu mau makan apa???" tanya Alex lembut penuh perhatian, hal ini yang membuat aku suka sama Alex, dia orangnya
"Tapi Bun, dia tuh gak peka banget tau iih kesel aku Bun sama Alex tuh,""Ya sudah cepat tidur gi kamu kan capek dari lagi kan?" ucap bunda sambil tertawa.Akhirnya bunda keluar dari kamar ku meninggalkan ku sendiri, aku hanya menghayal membayangkan bagaimana bahagianya aku jika Alex memintaku menjadi pacarnya tapi sesaat itu aku kembali mengingat pak Bram yang selalu membuatku jengkel."Ihhh ngapain sih tiba-tiba mukanya si korban ghosting itu terlewat di benakku gak guna banget," ucapku berbicara sendiri.Suara ponselku lagi-lagi berbunyi dan aku melihatnya ternyata yang menghubungi ku bukannya Alex melainkan pak Bram, sontak aku tak menjawab telponnya.Kembali aku meletakkan ponselku, namun kali ini terdengar ponselku berdering menandakan ada pesan masuk, segera aku membukanya."Eh kamu jangan kira saya gak tau ya, kamu sengaja kan gak menjawab telpon dari saya???"( Ih apaan sih tau-tau aja dia aku sengaja) ujar ku dal
Terdengar suara panggilan seseorang dari jauh.Saat aku melihat ternyata itu adalah Pak Bram, Sang CEO korban Ghosting. Aku hanya diam tak menjawab teguran dari Pak Bram."Riri, kamu ini sudah dipanggil dari tadi," ucapnya."Hah, dari tadi? Dia aja baru manggil sekali," ucapku dalam hati."Kamu punya mulut atau tidak?" tegas Pak Bram."Punya Pak!" balasku ngeri."Ya sudah, dijawab dong!" pekik Pak Bram.Akhirnya kami berangkat ke luar kota. perjalanan terasa begitu panjang karena tidak ada pembicaraan yang menemani perjalanan itu. Pak Bram terlihat dingin, duduk di samping ku."Pak!" ujarku."Diam, saya mengantuk," ucapnya, aku kesal dengan kelakukan Pak Bram. Padahal aku tahu, kalau sebenarnya aku tidak terlalu dibutuhkan untuk rapat kerja di luar kota yang sedang di jalan ka olenya. Tapi, aku hanya bisa mengikuti kemauan Pak Bram."Saya kan gak dibutuhkan untuk pekerjaan ini Pak. Kenapa saya harus ikut?" tanyaku m
Seharian aku beristirahat di hotel yang dipesan langsung oleh pak Bram. Akhirnya pak Bram pulang selesai meeting sekitar jam tiga sore. Dia langsung bersiap-siap untuk pulang, tetapi aku bahkan tidak tau kalau pak Bram sudah pulang, apalagi bersiap-siap pulang."Riri, ayo pulang!" teriaknya sambil mengetus pintu kamarku."Kemana Pak?" tanyaku bingung. Aku masih saja mengucek mataku."Pulang ke Jakarta, emang kemana lagi?" ucapnya dingin."Ya ampun Pak, saya bahkan belum bersiap-siap," ujarku loyo."Saya tunggu di mobil, dalam waktu lima menit kita berangkat ke bandara!" ucapnya singkat, aku berfikir panjamgn dalam waktu lima menit, apa yang bisa aku lakukan. Sedangkan barang bawaanku sangat berantakan di kamar.Aku bersiap secepat mungkin, aku berlari ke mobil menghampiri pak Bram tanpa mandi, bayangkan tanpa mandi."Saya sudah siap Pak?" ujarku dab naik ke mobil pak Bram."Wah, cepat sekali!" balasnya menat
Kebahagiaan bersama Alex membuatku melupakan kekesalan terhadap pekerjaanku, sesaat aku melupakan kekesalanku terhadap Pak Bram yang selalu membuatku dalam kesusahan."Ri, mau mau ngomong sesuatu deh sama kamu!" ujar Alex dengan wajah merah. Aku juga sudah tidak sabar mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh Alex. Aku yakin dia pasti ingin memintaku menjadi pacarnya."Iya Lex, ngomong aja kali," ujarku sedikit bergurau, tetapi hatiku berdebar tidak karuan."Ri, sebenarnya aku - aku cinta sama kamu!" ungkap Alex kepadaku sambil menunduk malu dan wajahnya juga terlihat menjadi sangat gugup."A- apa? Sejak kapan?" tanyaku, berpura-pura sedikit terkejut, padahal aku sudah tau."Apanya yang sejak kapan?" tanyanya bingung, Alex mulai linglung, mungkin karena takut tidak direspon atau malah ditolak."Ya, ya itu kamu mencintai aku, sejak kapan?" tanyaku sedikit getir."Sudah lama Ri, sejak SMA!" ujarnya, namun wajahnya tetap tertunduk ke b
sesampainya di rumah aku langsung menemui bunda."Assalamualaikum Bun," teriakku yang bahkan belum masuk ke rumah."Iya walaikumsalam, kamu kenapa Nak?" tanya bunda bingung."Alex mana?" tanyanya lagi melihat ke luar dan tidak ada Alex."Gatau tuh Bun, masa ya Bu dia ninggalin aku gitu aja!" ucapku terlihat semakin kesal."Ditinggalin gimana?" tanya bunda bingung dengan kalimat ambiguku."Jadi tuh Bun tadi ada kenalannya yang bertepatan ada di kafe itu juga, lalu kenalannya itu malah menarik tangannya dan meninggalkan Riri," jelas ku."Haha, kasihan nya anak Bunda malah ditinggal!" ujar bunda menggodaku."Ih Bunda kok malah ngejek Riri sih, kesal aku!" cetusku dan langsung masuk ke kamarku."Dimana sekarang Alex?" tanya kakak agak marah, ternyata kakak mendengar pembicaraan kami dengan bunda dari kamarnya yang tepat di depan ruang tamu."Ah sudahlah kak!" ujarku mengira kakakku bercanda."Masa kamu ditingga
Aku langsung masuk ke kamar karena malu. Aku merasa bahwa hatiku benar-benar dalam keadaan kegirangan yang sangat membahagiakan. Aku terus menerus tersenyum dan sesekali menepuk lembut jidatku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan sendiri, aku merasa bahwa hatiku sedang gugup, canggung, senang dan sedih juga. Kamarku yang ku stel dengan lampu yang agak gelap serasa menjadi sangat terang. Aku bahkan tidak bisa menikmati lampu yang aku desain sendiri. Keesokan harinya seperti biasa, aku telat bangun dan harus pergi ke kantor dengan terburu-buru. "Bun, Riri ke kantor ya!" teriakku langsung menarik tangan lembut bunda untuk berpamitan. "Sarapan dulu Nak!" teriak bunda. "Aku telat Bun, nanti aja di kantor!" ujarku sambil memakai jam tangan. "Ruri tunggu!" panggil kak Ando. Aku langsung menghentikan langkah kakiku dan berbalik melihat ke arah kak Ando. "Iya Kak, ada apa?" sahutku sedikit panik, takut kak Ando akan melarangku bertemu deng
Akhirnya Pak Bram pulang, aku juga segera pulang setelah itu. Aku merasa Pak Bram memang benar sudah pulang, tetapi aku malah melihatnya masih berdiri di samping mobilnya seperti mengintai seseorang. Aku yang kebingungan segera menghampiri dan memanggilnya, lama aku memanggil tidak dijawab oleh Pak Bram, akhirnya aku mencoba menepuk bahunya."Pak!""Eh Allahuakbar!" teriaknya sambil sedikit melompat. Ia sampai terkejut separah itu dong."Ih, apaan sih Pak? Kayak liat setan aja!" ujarku kesal."Ya, ya memang benar, saya melihat setan. Awalnya saya melihat iblis dan sekarang melihat setan juga!" bentaknya kesal, aku bingung dengan hal itu sehingga aku juga mencoba melihat ke arah yang diintai oleh Pak Bram. Aku melihat ke segala arh, tetapi aku tidak melihat apapun. Pak Bram yang sadar bahwa aku mengikutinya langsung menepuk tangannya pas di mataku."Hei, apa yang sedang kamu lakukan!" ujarnya sambil menepuk tangan."Ih Bapak, saya kaget