Share

bab 68 Penyesalan.

Author: Pita
last update Last Updated: 2025-11-28 09:40:38

Hujan turun pelan ketika malam mulai merayap masuk ke kota kecil tempat Leonard dan Andrew menginjakkan kaki. Suasana di sana lebih sunyi, lebih dingin, dan jauh dari gemerlap Jakarta. Namun justru di tempat seperti ini, pikiran Leonard terasa paling bising.

Ia duduk di kursi kayu di penginapan sederhana, menatap jendela yang dipenuhi embun. Andrew baru saja kembali setelah menelepon salah satu orang kepercayaannya, memberikan laporan singkat tentang kondisi Dirgantara Group.

“Bisnis masih stabil,” kata Andrew sambil meletakkan ponsel. “Walaupun Adrian makin agresif, tim kita bisa menahan.”

Leonard mengangguk, tapi pikirannya tidak di sana.

Andrew memperhatikan bosnya itu.

“Kenapa wajah anda seperti itu bos? apa terjadi sesuatu?"

Leonard diam.

Belasan detik berlalu sebelum ia akhirnya berkata.

“Aku harusnya nggak pergi seperti itu.”

Andrew sedikit terkejut. “Soal nona Aluna?”

Leonard mengusap wajahnya pelan, ekspresinya menegang sekaligus lelah.

“Aku bilang aku pergi untuk sementara,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 80 Musuh dari masa lalu.

    Aluna terbangun lebih dulu. Cahaya matahari menembus tirai tipis kamar mereka, menyinari wajah Leonard yang masih terlelap di sisinya. Jarang sekali ia melihat suaminya tidur setenang ini tanpa dahi berkerut, tanpa ekspresi waspada.Aluna menggeser tubuhnya perlahan, hendak bangun. Namun belum sempat ia berdiri, tangan Leonard meraih pergelangan tangannya dengan cepat.“Mau ke mana?” suara Leonard serak, setengah sadar.“Bikin teh,” jawab Aluna. “Kamu kelihatan kecapekan.”Leonard menariknya lagi ke kasur, memeluknya dari belakang.“Lima menit.”Aluna tersenyum kecil. Lima menit itu terasa seperti hadiah kecil setelah semua badai yang mereka lalui.Ponsel Leonard bergetar di meja samping tempat tidur. Getarannya panjang bukan pesan biasa. Leonard membuka matanya dan meraih ponselnya, lalu wajahnya seketika berubah tegang.Aluna langsung duduk. “Ada apa?”Leonard membaca pesan itu sekali lagi, lalu bangkit.

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 79 malam kejujuran.

    Malam semakin larut saatLeonard akhirnya membawa Aluna keluar dari rumah sakit. Ayahnya masih terbaring tak sadarkan diri, dan dijaga ketat oleh orang-orang kepercayaannya. Andrew mengurus semua prosedur, memastikan tidak ada celah satu pun bagi Darma atau siapa pun untuk mendekat.Mobil melaju pelan membelah jalanan yang lengang. Lampu kota terlihat kabur di balik kaca.Leonard memegang setir dengan satu tangan, tangan lainnya sesekali mengusap keningnya. Aluna memperhatikannya dari samping. Wajah suaminya tampak lelah, jauh lebih rapuh dari biasanya.“Leon…” panggil Aluna pelan.Leonard menoleh sekilas. “Hm?”“Kamu capek.”Leonard tersenyum tipis. “Baru kerasa sekarang.”Mobil berhenti di lampu merah. Leonard memanfaatkannya untuk menatap Aluna lebih lama. Matanya lembut.“Sampai rumah nanti,” ujarnya akhirnya, “aku mau jujur sama kamu. Tentang semuanya.”Jantung Aluna berdegup lebih cepat.Ia men

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 78 janji yang tersembunyi.

    Rumah sakit malam itu dipenuhi cahaya putih yang dingin. Namun bagi Leonard, semuanya terasa suram, nyaris gelap. Langkahnya cepat, hampir berlari, tangan Aluna digenggam kuat.Andrew menyusul di belakang, menghubungi penjaga, memastikan seluruh lantai rumah sakit steril dari orang asing.Ketika mereka sampai di depan ruang perawatan khusus, dua bodyguard berjaga. Mereka menunduk.“Bos. Kondisi Tuan Ardiantha stabil. Tapi masih belum sadar.”“Leon kamu yakin siap masuk?” tanya Aluna pelan.Leonard mengangguk, meski matanya menunjukkan beban yang berat.“Aku harus lihat.”Pintu terbuka.Ruangan sunyi, hanya suara alat medis yang berbunyi pelan.Ayah Leonard, lelaki yang selama ini terlihat kuat seperti batu karang, kini terbaring dengan selang oksigen dan perban di kepalanya.Aluna menutup mulutnya, ia terkejut.Andrew menunduk hormat, wajahnya tegang.Leonard berdiri lama di sisi ranjang aya

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 77 luka dan harapan.

    Saat ini Aluna duduk di dapur sambil mendengarkan Leonard yang sedang berbicara dengan suara rendah di ruang kerjanya. Ia tidak menguping, namun beberapa kata tetap terdengar.> “Perketat semua akses. Jangan ada yang masuk tanpa izin saya.”“Darma nggak mungkin bergerak sendirian.”“Semua yang dekat dengan Aluna harus diawasi.”Nama itu lagi.Darma Dirgantara.Orang yang sama yang semalam mengancam nyawanya.Aluna memegang cangkir teh dengan tangan bergetar. Sekuat apa pun ia mencoba menenangkan diri, takut itu tetap ada. Namun, di balik takut itu ada sesuatu yang lain.Perasaan yang muncul karena satu kalimat Leonard.“Aku mencintaimu, Luna.”Kalimat yang masih membuat dadanya hangat dan pipinya panas setiap kali ia ingat.Pintu dapur terbuka. Leonard masuk.“Maaf,” katanya sambil melepas jasnya. “Aku nggak bermaksud bikin kamu dengar obrolan tadi.”“Leon kamu terluka.”Ada goresan

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 76 pertarungan demi cinta.

    Malam itu seharusnya menjadi malam pertama sejak lama di mana Leonard dan Aluna bisa bernapas tanpa bayangan ketakutan. Namun rasa aman itu hanya bertahan beberapa jam.Karena setelah kejadian tadi…Leonard tidak bisa tidur.Aluna terlelap di dadanya, napasnya pelan, masih sesekali tersentak kecil karena sisa shock. Leonard membelai rambut Aluna pelan sambil menatap langit- langit kamarnya.Di kepalanya, suara pria tadi masih terngiang:> “Kirim pesan ke suamimu.”Ada seseorang yang sengaja mengejar Aluna.Pukul tiga dini hari.Leonard masih terjaga.Ia baru saja menutup selimut untuk memastikan Aluna nyaman ketika suara notifikasi masuk ke ponselnya.Satu pesan.Tidak ada nama pengirim.Hanya tulisan:> “Kalau kau berani ambil warisan itu, kami akan ambil balik apa yang paling kau sayangi.”Leonard memandangi Aluna yang tidur dengan tenang, tanpa tahu bahwa hidupnya sedang

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 75 Aluna terluka.

    Malam itu harusnya menjadi malam yang lebih tenang untuk mereka berdua. Setelah segala ketegang­an, rahasia, dan ketakutan yang Leonard bawa pulang, akhirnya ada sedikit ruang untuk bernapas.Untuk duduk berdampingan.Tapi takdir malam itu tidak sebaik yang mereka harapkan.Setelah makan bersama dan membereskan meja, Aluna berjalan menuju kamar lebih dulu. Leonard masih berbicara sebentar lewat telepon dengan Pak Tian untuk memastikan kantor aman sebelum ia menyusul.Aluna membuka pintu kamar mereka. Lampu kamar temaram, tirai bergerak pelan karena angin dari jendela yang belum ia tutup. Ia mengikat rambutnya, menyalakan lampu kecil di meja nakas, lalu berjalan ke arah jendela.Saat ia hendak menutup tirai, suara klik kecil terdengar.Seperti suara benda logam menyentuh kaca.Aluna menoleh spontan.Kosong.Ia menggeleng, mengira hanya bayangannya sendiri sampai ia mendengar suara langkah kaki sangat cepat di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status