Share

Dinginnya Malam

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 21:30:11

Angin bertiup sedikit kencang membuat Marla memeluk tubuhnya dengan erat.

“Sebaiknya Nona kembali ke kamar, anginnya semakin dingin. Saya takut kalau Nona terlalu lama bisa terkena flu,” Batrick tanggap dengan gerakan tubuh yang diberikan oleh gadis itu.

“Nggak apa-apa, aku masih belum mengantuk dan masih mau disini. Kalau kamu mau istirahat duluan nggak apa—apa,” Marla butuh waktu sendiri untuk merenung.

“Maafkan saya, Nona, tapi madam Ester sudah memerintahkan saya untuk menemani dan menjaga, Nona. Saya tidak bisa membiarkan Nona sendirian!” Batrick menolak pergi. Tanggung jawab yang sudah diberikan oleh madam Ester merupakan tugas besar.

“Aku janji, akan langsung kembali ke kamar saat aku benar—benar ngantuk dan kalau kamu takut dengan madam Ester, aku janji, aku nggak akan mengadu. Ini adalah rahasia kecil diantara kita, janji!”

Marla menyakinkan Batrick sambil memberikan kelingkingnya. Dia hanya ingin sendiri untuk saat ini.

“Nona  ….”

“Ayolah, ini rahasia. Aku nggak akan membocorkan. Aku akan tutup mulut!” sekali lagi Marla membujuk Batrick dengan menggerakan tangannya seperti sedang menutup resleting pada mulutnya.

“Baiklah!” menyerah Batrick dan mengaitkan jari kelingkingnya, “Tapi, Nona harus janji langsung istirahat dan tunggu disini ya, saya akan ambilkan sesuatu!”

Gadis itu mengangguk cepat asalkan segera dapat dipenuhi keinginannya. Batrick tidak lama meninggalkan Marla, dia segera kembali dengan membawa sebuah mantel.

“Tetap saja, saya tidak ingin dimarahi besok pagi kalau Nona terkena flu. Udara disini benar—benar  dingin, Nona, saya sangat berharap anda tidak terlalu lama.”

“Iya, terima kasih banyak. Sudah kamu istirahat saja!” setelah memasangkan mantel panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh Marla, barulah Batrick pergi.

Gadis itu menghela nafas panjangnya. Dia turun dari ayunan dan berjalan ke salah satu pohon besar.

Sesaat Marla sedang berpikir, apa yang terjadi dengannya saat ini. Perasaannya, gelisah dan tidak senang. Marla ingin sekali pulang. Kembali ke rumah dimana dia bisa merasakan kasih sayang. Belum satu hari, dia sudah sangat merindukan yang lain.

Biasanya, disaat hati gadis itu gundah tempat pelampiasan bercerita adalah ibunya dan Erika. Hatinya terasa perih, tidak menyangka peristiwa tadi siang langsung mengubah hidupnya. Terpilih menjadi seorang pelayan, bagi Marla bukan suatu kebanggan. Gadis itu lebih senang berkumpul dengan yang lain. Tertawa bersama dan mengisi hatinya yang sedang kosong seperti ini.

Tanpa terasa air mata gadis itu membasahi di pipi. Dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa rindunya yang seperti itu. Berpisah secara paksa dan ibunya tidak bisa melakukan apapun untuk menolongnya.

“Bu, aku kangen, aku ingin sekali pulang, Bu, aku kangen ….” Marla bergumam dengan isak yang tertahan di dadanya.

Di Dalam kamar yang gelap. Cahaya terang hanya didapat dari pantulan cahaya bulan saat dia menyibakkan tirai kamarnya. Sepasang mata terus mengintai Marla dengan sangat hati—hati. Tatapannya menyipit tajam dan tak berkedip. Hingga dinginnya malam terus menyapa lembut di wajah gadis itu. perlahan membuatnya terpejam. Marla tertidur kembali dengan selimut dinginnya malam.

***

“Nona, Nona, Nona Muda!” Sayup terdengar suara seseorang memanggil, perlahan Marla membuka matanya.

“Akh, silau banget!” Gadis itu menutupi kedua matanya.

“Selamat pagi, Nona,” Batrick tersenyum dan menunduk di ujung ranjang.

“Bat—rick? Sedang apa kau disini? Agh, bukannya semalam aku di—,”

“Maaf, Nona Marla, madam Ester sudah menunggu Anda. Saya diminta membantu Nona untuk bersiap—siap dan ini sarapan Anda, saya sudah bawakan ke kamar,” sesaat pikiran Marla melayang dan tak lama matanya membulat lebar.

“Ya ampun. Aku kesiangan!” Marla melompat dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi. Gadis itu mandi superkilat dan tidak membutuhkan waktu lama.

“Batrick? Bisa tolong keluar sebentar, aku mau berganti baju!” pinta gadis itu, melihatnya berdiri dan belum merubah posisinya.

“Baik, Nona!” Marla bergegas berpakaian. Setelah beberapa saat Batrick kembali masuk ke kamarnya. Diliriknya Marla sedang meneguk susu dan menggigit selembar roti. Terdengar suara lonceng berbunyi cukup keras dari luar kamar.

“Nona, madam Ester sudah memanggil,” Batrick mengerti dengan bunyi lonceng tersebut, artinya gadis bersurai gelombang itu sudah sangat terlambat.

“Ah, iya, terima kasih, aku berangkat!”

Marla berbalik, "Nona,  rambut anda, jangan dibiarkan tergerai seperti itu. Saya bantu rapikan. Nyonya akan marah kalau melihat anda seperti itu!” Karena teriakan Batrick, Marla menoleh, gadis itu berjalan cepat sambil menolehkan wajahnya, “Nggak sempat, lain kali saja!” balas Marla.

“No—Nona, hati—hati, awas, Nona!”

Brukk! Saat gadis itu menuruni tangga terakhir kakinya malah tersandung sendiri lalu menabrak sesuatu. Suara lonceng semakin keras membuat Batrick makin panik.

“Arghh!” terlambat Batrik ingin menolong, tubuh Marla malah menindih tubuh seseorang. Sepersekian detik gadis itu terpana dengan sosok yang sedang ditindihnya. Dan gadis itu pun merasakan debaran aneh saat bertatapan dengannya.

Marla menggelengkan kepalanya, “Ma—maaf, Tu—an, aku nggak sengaja!” Tapi, tak ada respon darinya. Yang ada gadis itu ditatapnya dingin.

“Mau sampai kapan kau seperti, hah?” suara nyaring dari madam Ester mengalihkan semua. Batrick segera membantu Marla berdiri dan orang yang ditabraknya, pergi dengan dingin tanpa mengatakan sepatah katapun.

Marla mengenalinya. Dia adalah pria yang menggandeng nyonya saat makan malam. Dari penampilannya, meski Marla dibesarkan di panti asuhan, gadis itu tahu, itu adalah pakaian berkuda.

"Ma—af, Madam Ester, a—ku ….” Belum selesai gadis itu berbicara, madam Ester berbalik dan meninggalkan Marla, terpaksa gadis itu mengekor di belakang daripada kena marah lagi. Marla sedikit menoleh dan melihat punggung pria tadi berjalan cepat menaiki tangga.

“Dasar pria aneh. Aku sudah meminta maaf saja nggak dijawab. Kalau bukan majikanku, aku pasti sudah memakimu habis—habisan.” Meski dikatakan pendiam, gadis itu akan melawan jika di kondisinya yang mendesak. Batinnya semakin berteriak keras.

***

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam. Akhirnya mobil berhenti di salah satu butik. Marla cukup terkejut kenapa dirinya dibawa ke tempat seperti ini. Ingin sekali rasanya gadis itu bertanya, tapi saat melihat wajah madam Ester yang sedingin es, diurungkan juga niatnya.

“Madam Ester? Suatu hal yang langka anda bisa mampir ke butikku? Ada apa? Apa ada satu hal yang mendesak?” Seorang wanita cantik menghampiri madam Ester dan memberikan hormat padanya.

“Kau bisa membantunya kan?” lirikan atas pertanyaan dari madam Ester kini tertuju pada gadis di sebelahnya.

“Astaga. Dimana Madam bisa menemukan barang selangka ini?” Marla menautkan alisnya saat dirinya dikatakan barang langka.

“Aku tidak membutuhkan komentarmu. Aku hanya butuh keahlianmu, sekarang, Ramon!” Kembali Marla mengernyitkan alisnya. Ternyata wanita yang baru saja dia pikirkan sangat cantik adalah wanita jadi—jadian. Yang artinya, dia hanya bersolek sebagai wanita tapi aslinya berkelamin jantan. Hampir saja Marla tertipu kalau madam Ester tidak menyebutkan namanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hangat Dan Lembut

    Marla jadi salah tingkah dan tidak memberikan jawaban.“Jui, mau tambah lagi nggak?” sedikit kesempatan saat melihat piring anaknya sudah kosong.“Mmm, Aku mau yang itu, Ma!” tunjuk Jui menunjuk ayam goreng. Marla segera mengambilkan dan gadis kecil itu memakannya dengan lahap.Mereka pun mulai larut dengan makannya.Richard terus menatapnya. Marla makan tidak bersemangat. Dia hanya makan beberapa suap. Beberapa kali saat dia ingin mengambilkan makanan untuk Jui, Richard seolah dengan sengaja mengambil makanan yang sama.Kakaknya sedang meminta perhatian.Namun, Marla memang masih belum nyaman dengan pertemuan yang dianggapnya mendadak.Ascar harus memberikan momen berdua. Setelah makan, dia segera mengajak Jui untuk bermain bersama mereka. Membiarkan meja kotor dan berantakan untuk dibersihkan oleh kakaknya juga Marla.Mau tidak mau Marla dan Richard merapikan bersama.Richard terus memepet kemanapun gadis nya pergi. Apalagi dia sudah merasa ada lampu hijau yang diberikan Jui. Pa

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Jebakan Ascar

    “Kau benar—benar tidak mengingatku?” Sebastian tidak sabar dia langsung mengeluarkan suaranya.Marla menggeleng perlahan.“Aku, Sebastian Bernard, pengantin kecilnya Erika. Bukankah kamu dulu sering meledek ku,” ucapnya. Dia sedang berusaha mengingatkan Marla.Namun, wajahnya masih kebingungan.“Hah, benar—benar ya. ternyata Aku orang yang mudah dilupakan,” Sebastian merasa kecewa karena Marla juga tidak mengingatnya.Sebastian melipat kedua tangannya di dada. Sementara Marla melirik Erika meminta bantuannya.“Ah, maafkan Aku, Aku benar—benar lupa. Bagaimana kabarmu?” meski belum sepenuhnya mengingat, Marla tidak ingin membuatnya kecewa lagi. Dia mengulurkan tangan untuk meminta maaf.Tapi, Sebastian malah menariknya ke dalam pelukan.“Kamu benar—benar nggak berubah. Masih saja pelupa seperti dulu,” ejek Sebastian, mengendurkan pelukannya, mencium kening dan mengusap rambut Marla.“Maaf, tadi Aku beneran lupa. Sedang apa kau disini? Ah atau jangan bilang kamu beneran datang untuk me

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kesedihan Mendalam

    “Aku rasa, sejak dia kembali dari perjalanan kami waktu itu. Sikapnya mulai berubah. Aku mendengar lagi dia mengoceh kalau dia sudah lelah dan ingin kembali bersama Jodhy.”“Padahal aku benar—benar yakin, dia sudah lama sekali semenjak bertemu Jui, dia nggak pernah mengatakan hal tersebut.” Suara Erika bergetar. Mengeluarkan semua uneg—uneg yang mengganggunya.Richard langsung mengerti dengan pembicaraan tersebut. Dia merasa bersalah. Dia merasa perubahannya kali ini penyebabnya adalah karena dirinya.Guntur besar berbunyi dan dari kamar Jui terdengar tangisan juga panggilannya untuk Marla. Pelayan berlari ke kamar untuk menenangkannya.Namun, suara bantingan pintu pun terdengar keras. Dia melihat Marla keluar kamar. Tatapan matanya kosong. Dia terlihat mondar—mandir di ruangan seperti mencari sesuatu.Lalu, setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia berlari keluar rumah.“Marla, kamu mau kemana? Diluar masih hujan!” teriak Erika panik. Dia ikutan berlari dan menarik tangannya.“Kamu

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Ternyata Salah

    Jeep Ascar berhenti di sebuah rumah mungil bercat putih. Pemandangan menyejukan mata sudah menyapa mereka. Pagar kayu berwarna putih dengan pekarangan bunga mini sudah menyambut mereka.“Kak Chard, kami tinggal dulu. Hubungi Aku kalau kau memang sudah selesai,” ucap Ascar.Namun, sang kakak masih terhanyut dengan lamunan.Ascar tahu, ini momen penting untuk kakaknya. Dia tidak ingin mengganggu. Sudah sangat jelas, kakaknya menantikan ini dari lima tahun lalu.Kakaknya hanya mengangguk. Dan setelah persetujuan itu, Ascar baru membawa Erika dan Jui pergi bersamanya.Dia sudah mendengar cerita dari Erika. Kalau suasana hatinya sedang kalut seperti itu, Erika akan membawa Jui ke panti. Membiarkannya tenang dulu.Telinga Richard mendengar alunan piano yang sedang dimainkan. Kakinya mulai melangkah jalan setapak yang dibuat dengan batu kecil terhampar menuju pintu rumahnya.Dia hampir saja melupakan alunan indah itu. Dia membencinya karena tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan. Terny

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hal Gila

    “Maafkan, Aku, Bas …,” ucap Erika lirih menyentuh tangannya.Erika benar—benar tidak tega melihat tatapan sedih dan penuh luka. Dia juga tidak ingin membohongi perasaannya yang sudah berubah pada Sebastian.“Jangan meminta maaf lagi. Ini sepenuhnya bukan kesalahanmu. Aku juga ikut andil,” tatapan Sebastian penuh haru dan semakin membuat dada Erika menyerinyit.“Selama ini Aku nggak pernah memberikan kamu kabar apapun. Dan hari ini, Aku tiba—tiba datang untuk menjemputmu sebagai pengantin kecil ku. Kamu pasti terkejut dan tidak akan menyangka nya,” tatapannya semakin dalam dengan perasaan yang sudah campur aduk.Erika terhanyut dengan tatapan sendunya, “Ya … ampun, Sebastian … Aku jadi melelehkan. Bagaimana bisa dua laki—laki membuatku frustasi,” bisik Erika di hati yang kalang kabut.Erika tidak menyangka, dulu dia sangat mendambakan cinta. Tidak ada seorangpun. Sekarang dua orang sekaligus menyatakan perasaan cinta dan ketulusan. Mendapatkan perhatian yang berlimpah dari dua laki—lak

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kedua Kalinya

    Ascar tidak mungkin melepaskan Erika begitu saja. Selama masih ada kesempataan berduaan, dia tidak akan melewatkan.Mobil jeep nya berhenti dipersimpangan jalan. Senyuman nakal sudah tersungging dari wajah tampannya.“Kok berhenti?” Erika meliriknya.“Karena kamu menolak menginap, Aku akan menyelesaikan hukumannya disini,” seringainya.“Hukuman? Apa maksudnya, Ascar? Ayo cepat pulang. Aku sudah berjanji pada Sebastian akan pulang dan nggak enak membuatnya menunggu,” Erika masih sedikit kesal.“Oh, bagus ya. Jadi, kamu ingin segera pulang karena di tunggu si Br3 N953K itu,” nada suara Ascar berubah satu oktaf. Dia meraih tengkuk Erika agar lebih mendekati wajahnya.Erika menahan. Dia tidak ingin sampai Ascar melakukan apapun. Dia juga mengerti kalau sekarang Ascar sedang cemburu.“Ascar, sudah nggak usah bercanda lagi. Aku mau pul—,” belun sempat Erika melanjutkan ucapannya, Ascar sudah mendaratkan bibirnya. Kali ini dia bersikap kasar. Sedikit memaksa karena Erika memberikan perlawan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status