Share

Chapter 2

Ngiung, ngiung ….

Beberapa mobil ambulan telah berdatangan. Para polisi pula mulai mengamankan tempat kejadian tersebut.

Para awak media pula berdesakan ingin meliput kejadian kecelakaan tersebut. Banyak orang yang ingin melihat dan membuat jalan terhambat kembali.

Gadis yang menjadi korban segera dibawa ke mobil ambulan. Dan begitu juga dengan Sese yang segera dilarikan ke rumah sakit.

Mobil Sese yang hancur bagian depannya karena menghantam tiang listrik menjadi barang penyelidikan.

"Ayo semuanya bubar! Biarkan polisi yang bekerja. Semuanya bubar. Jangan berkerumun di tempat ini."

Para petugas keamanan mencoba membubarkan masyarakat sangat ingin tahu dengan kecelakaan yang menimpa Sese.

Bahkan beritanya saja menjadi trending toping di negara. Seluruh sosial media membicarakan perihal kecelakaan yang menimpa Sese.

****

"Sese!"

Kedua orang tuanya telah tiba di rumah sakit yang merawat Sese.

"Sabar, tuan dan nyonya. Keadaaan Sese sangat kritis. Ada pendarahan hebat di otaknya yang membuat Sese berada dalam keadaan koma."

Salah seorang dokter datang pada mereka. Dia pula menjelaskan bahwa kondisi Sese saat ini sedang koma.

"Oh, Tuhan. Putriku koma." Hal yang tidak bisa diterima seorang ibu. Mendengar bahwa putrinya sedang berjuang untuk hidup, pastinya sangat menyakitkan baginya.

"Sabar sayang. Putri kita pasti selamat." Seorang suami berusaha menguatkan hati istrinya yang tengah berguncang.

"Lalu, bagaimana dengan kondisi korban yang tertabrak itu."

Xiao Qing menanyakan perihal kondisi gadis yang menjadi korban kecelakaan mobil Sese.

"Dia sudah tiada. Nyawanya tidak terselamatkan. Dia menghembuskan napas terakhirnya saat menuju rumah sakit."

Jawaban yang tidak ingin didengar siapapun, tetapi seberat apapun kenyataannya maka wajib bagi dokter untuk menyampaikan berita tersebut.

"Apa? Dia meninggal?" Xiao Qing tidak menduga itu. Tentu siapa saja tidak akan mengira gadis itu akan mati di tempat kejadian.

Tangis Ibunya Sese seketika pecah ketika mendengar bahwa gadis itu mati. Terutama dia menjadi korban dari anaknya yaitu Sese.

"Saya permisi dulu, tuan dan nyonya. Masih ada yang harus saya lakukan."

Dokternya mohon pamit. Seluruh asisten dan staf lainnya mengikut di belakang. Mereka tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menyerahkan semuanya pada sang pencipta.

Ayah dan Ibunya masih menangis di depan pintu ruangan Sese. Mereka benar-benar terpuruk dengan kondisi seperti ini.

Gadis itu meninggal, otomatis Sese bisa saja menjadi tersangka kecelakaan tersebut. Karena dia telah lalai dalam berkendara yang mengakibatkan hilangnya satu nyawa.

Namun, sisi berbeda. Mereka juga bersedih karena Sese dalam keadaan koma. Nyawanya pula dipertaruhkan sekarang.

Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini. Hanya bisa berdoa pada Tuhan untuk kesehatan Sese. Mereka hanya ingin Sese melewati masa-masa kritisnya.

****

Dalam kamar perawatan. Sese sedang terbaring lemas di tempat tidurnya itu. Berbagai jenis alat-alat medis terpasang memenuhi tubuh Sese.

Ruangannya sangat gelap dan pengap. Tidak terlalu luas juga. Hanya diperuntukan untuk dua sampai tiga orang saja.

Krek!

Pintu terbuka. Seseorang telah masuk dan telah berdiri disisi tempat tidur Sese.

"Bagaimana bisa? Aku sedang berdiri di sini, tetapi mengapa ragaku terbaring di atas tempat tidur?"

Sepertinya ada kejanggalan di sini.

"Ada apa ini? Mengapa aku tidak bisa menyentuhnya?"

Gadis berpakaian putih tersebut kian panik, saat tahu dirinya tidak bisa menyentuh benda padat yang ada di depannya. Selalu tembus dan tidak bisa dirasakan.

"Kenapa dengan diriku? Ada apa dengan tanganku? Bagaimana bisa benda-benda ini menembus tanganku."

Dia mendekati Sese. Karena tidak percaya gadis tersebut mencoba menyentuh Sese.

Hasilnya tetap sama. Dia tidak bisa merasakan keberadaan Sese walau dia sudah menyentuh tubuh Sese.

"Mengapa ini? Aku sedang tidak bermimpi bukan? Kenapa aku tidak bisa menyentuh tubuhku sendiri?"

Ada apa dengan ucapannya? Dia adalah Sese?

"Jelas kau tidak bisa menyentuhnya. Karena kau adalah jiwa dari tubuh itu," ujar seseorang yang entah darimana datangnya dia.

Pria ganteng memakai tuksedo hitam dan kacamata minus kecil sedang berjalan mendekati gadis tersebut.

"Apa maksud ucapanmu? Siapa aku ini? Mengapa aku tidak bisa menyentuh tubuhku sendiri?" ujarnya kepada pria bertuksedo hitam tersebut.

"Kau seharusnya telah meninggalkan dunia ini, tetapi Raja Neraka masih memberi satu kesempatan untukmu hidup," beber pria itu.

Jelas perkataannya membuat gadis tersebut bingung. Dia bertanya-tanya. Benarkah dia adalah jiwa dari Sese? Jika memang benar, bagaimana bisa jiwa seseorang bisa keluar dari raganya?

"Jelaskan tuan. Saya masih tidak mengerti dengan perkataan dari tuan."

Sudah jelas Sese tidak paham, karena informasi yang diberikan tidaklah lengkap.

Pria itu membuang napasnya. Selalu saja dia harus bercerita panjang lebar agar orang lain paham dengan perkataannya.

Mulai bercerita. Panjang lebar kali besar dan luas. Mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata.

Sese yang sedang menyimak tidak seutuhnya mengerti perkataan pemuda ganteng itu.

Entah dia tidak mau memperhatikan atau mendengarkan, yang jelas Sese hanya terpaku pada ketampanan dari pria tersebut.

15 menit kemudian. Akhirnya cerita pun selesai.

"Apa sudah selesai?" Sese pun merasa bosan dengan cerita yang sangat berliku-liku itu.

"Intinya, kamu diberi satu kesempatan lagi untuk hidup oleh Raja Langit," pungkas pemuda itu.

"Jika memang benar aku masih hidup, lalu bagaimana dengan ragaku itu? Tidak mungkin aku terpisah dengan tubuhku sendiri bukan?"

"Hahaha, jelas saja kau tidak akan terpisah, tetapi ragamu akan dimasuki oleh orang lain," balas pemuda itu.

Tertawa dia di atas kecemasan hati Sese.

"Mengapa kau tertawa tuan? Apakah ada yang lucu dariku? Aku tidak suka jika ditertawakan. Terutama orang asing seperti dirimu tuan," cerocos Sese.

Meskipun hanya jiwanya saja, tetapi dia tetap masih bisa marah. Sifat sombong tidak bisa terlepas dari seorang Sese.

Selepasnya ada keheningan. Sese dan pria itu saling memandang satu sama lain.

"Kenapa tuan melihat saya seperti itu?" ujar Sese kesal.

"Apa ada yang aneh dari saya?" tanya Sese. Meraba-raba dan menyentuh wajahnya, mungkin saja ada yang salah. Pikir Sese.

"Tuan jangan melihat saya dengan tatapan itu. Atau tuan nanti akan suka pada saya," tutup Sese.

"Astaga, percaya diri sekali kau," tolaknya.

"Siapa pula yang ingin dengan wanita yang sombong dan manja seperti dirimu," tandasnya.

Sese kesal diejek dengan sebutan sombong dan manja.

"Aku tidak manja, tetapi hanya butuh perhatian saja."

Sese memang tidak menampik jika dia manja. Sese menggantinya dengan sebutan butuh perhatian.

"Eleh," cemooh pria itu.

"Tugasku sudah selesai. Aku akan pergi," ungkap pria itu meninggalkan ruangan ini.

"Hei, tunggu!" panggil Sese.

"Tuan, bagaimana dengan nasibku? Apa kau akan meninggalkan di sini? Lalu, bagaimana dengan tubuhku itu? Hei, tuan!" cerocos Sese tanpa henti.

Sese mengejar pria tanpa nama itu. Selama pengejaran Sese terus saja mengajukan pertanyaan pada pria bertuksedo hitam tersebut.

Sese tidak henti-hentinya mengoceh selama di jalan.

Ruangan rawat ini hening kembali. Raga Sese masih terbaring koma di tempat tidur perawatan dengan alat-alat medis yang masih terpasang.

Raga itu sudah ditinggalkan oleh jiwanya. Namun, belum diketahui siapa yang akan mengisi raga tersebut?

Sebelumnya pria itu mengatakan bahwa Sese tidak bisa mendiami tubuhnya. Jadi siapakah yang akan mengisi raga Sese?

Penasaran?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status