Share

Bab 3

Wanda berpikir sesaat, lalu membuat keputusan.

Dia memutuskan menyembunyikan faktanya untuk saat ini. Dalam waktu setahun, dia akan membentuk sebuah perlindungan untuk dirinya sendiri setahun kemudian saat keluar dari Keluarga Blakely.

Mia Hansley di dalam novel yang akhirnya menjadi Mia Blakely adalah protagonis wanita. Dia adalah orang yang sangat hebat.

Dia dibesarkan di keluarga miskin, tetapi nilainya sangat bagus. Di kelas, dia selalu mendapat peringat tiga teratas.

Agar bisa membuat keluarganya bisa hidup lebih baik, saat umur 17 tahun dia putus sekolah dan masuk ke industri hiburan.

Meskipun Mia tidak mengambil jurusan akting, dia bekerja lebih keras daripada siapa pun. Dia sama sekali tidak tenggelam dalam gemerlapnya dunia hiburan, melainkan berusaha keras melatih dialog perannya. Setiap langkah yang diambilnya membuat statusnya perlahan naik. Di saat yang sama, usaha kerasnya itu mendapatkan perhatian sang protagonis pria, Theo Cullen.

Sejak saat itu, kisah cinta antara protagonis pria dan wanita kemudian dimulai.

Wanda tahu akhirnya bagaimana protagonis wanita berhasil mendapatkan kesuksesannya, karena dia sama sekali tidak membaca novelnya sampai habis. Namun, bisa dipastikan kehidupan protagonis wanita penuh dengan pengalaman yang begitu seru.

Namun, protagonis wanita yang seperti inilah yang punya pemikiran yang sempit.

Dia menganggap Wanda yang merebut 18 tahun kehidupannya sebagai putri Keluarga Blakely.

Saat Mia hanya bisa makan sayuran murahan dan hanya sebisa mungkin mengisi perutnya, Wanda makan makanan yang lezat dan mahal. Saat Mia berusaha keras mencari uang agar bisa sekolah, Wanda bisa dengan mudahnya menyewa guru les sesuka hati. Saat Mia hanya bisa tidur di tempat tidur kayu murahan, Wanda bisa tidur di ranjang yang empuk.

Mia menganggap ini semua tidak adil dan dia ingin membalas dendam.

Wanda yang merupakan nona besar yang dimanja sejak kecil mana mungkin tandingan Mia yang sejak kecil hidup keras. Tidak berapa lama kemudian, Mia menjebaknya dan menjualnya ke area kumuh pinggiran kota.

Akhirnya, Wanda kemudian dibeli oleh keluarga dari pegunungan jauh dan menikah dengan putra mereka yang autis. Beberapa bulan kemudian, Wanda meninggal karena depresi. Saat itu, umurnya baru 21 tahun.

Mia bukanlah orang baik. Dia memang hebat, tapi itu karena dia adalah orang yang egois.

Wanda sendiri merasa dia bukanlah orang baik, tapi tetap saja tidak sebanding dengan Mia.

Meskipun Wanda sekarang berterus terang pada Rowan jika dia bukanlah anak kandungnya, tetap saja akhirnya dia akan dibenci oleh Mia.

Karena 17 tahun dan 18 tahun sama sekali tidak ada bedanya.

Wanda diam-diam sudah membuat rencana, tapi rencana ini baru bisa dia putuskan setelah bertemu dengan Edison.

"Wanda, kamu sudah selesai belum?"

Shena segera mendesaknya untuk cepat saat melihat Wanda yang masih belum keluar dari tadi.

Wanda segera membuka pintu dan tersenyum padanya, lalu berkata, "Sudah siap, Shena. Ayo kita turun."

"Wah, kamu cantik sekali Wanda!" Shena melihat riasan sederhana Wanda dan langsung menatapnya dengan mata membelalak.

Setelah Wanda mengganti pakaiannya dengan gaun hitam tadi, dia merias wajahnya dengan riasan sederhana.

Di usianya saat ini, dia tidak perlu merias wajahnya dengan riasan tebal. Riasan sederhana paling cocok untuknya.

Namun, kulit wajahnya yang sekarang sangat bagus. Meskipun hanya riasan sederhana, kecantikan wajahnya bisa langsung terlihat.

"Terima kasih, Shena," ujar Wanda sambil tersenyum.

Setelah Wanda dan Shena turun beberapa saat, terdengar keributan dari luar pintu.

Dia merasakan sesuatu dan perlahan mendongak ke arah pintu.

Dari arah luar pintu muncul dua orang pria.

Wajah kedua pria itu terlihat mirip. Namun, yang satu sudah masuk usia paruh baya, sedangkan yang satu lagi masih berusia dua puluhan tahun.

Wanda mengenal pria paruh baya itu. Orang itu adalah ayahnya, Rowan.

Jadi, seharusnya pria yang berdiri di sebelah Rowan itu adalah kakaknya, Edison.

Tinggi Edison setidaknya ada 188 sentimeter. Tubuhnya tinggi dan tegap. Dia memakai stelan jas berwarna hitam yang menonjolkan bahunya yang lebar dan sosoknya yang tinggi.

Tidak ada ekspresi apa pun yang muncul di wajahnya. Meskipun begitu, dia bisa seketika menarik perhatian semua orang yang hadir.

Dia memiliki mata yang hitam bagaikan permata, hidungnya yang mancung serta fitur wajah tegas seperti keturunan asing. Namun, Edison adalah keturunan asli dari Negara Maximus yang punya rambut dan mata hitam.

Tidak perlu diragukan lagi, Edison adalah pria yang tampan. Tidak peduli ada di era apa, negara mana, wajahnya itu sangat menarik perhatian.

Namun, sifat Edison sangat dingin. Jika berada di sampingnya, bisa merasa seperti musim dingin telah tiba atau angin dingin yang bertiup kencang dan menusuk sampai ke dalam tulang. Sifatnya ini membuat kebanyakan orang tidak berani mendekatinya.

Sifatnya ini seperti otomatis membuat jarak bagi orang di sekelilingnya.

Rowan sepertinya dalam suasana hati yang bagus. Dia segera melambaikan tangannya saat melihat Wanda yang berdiri tidak jauh darinya. Dia segera memanggil, "Wanda, kemari. Kakakmu sudah pulang."

Wanda segera menenangkan diri, lalu terlihat senyuman manis di wajahnya dan berkata pada Edison, "Kak Ed, akhirnya kamu kembali."

Edison menatap adik perempuannya ini. Dia sama sekali tidak ada kesan apa pun terhadap Wanda yang jarang ditemuinya dan hanya mengangguk pelan padanya.

Ekspresi wajah Wanda sama sekali tidak berubah, tapi dalam hati bergumam jika 'kakak' ini benar-benar sesuai yang dideskripsikan dalam novel, dingin dan sulit untuk didekati.

Sama 'adik kandung' sendiri juga sikapnya luar biasa dingin. Tidak ada ekspresi apa pun muncul di wajahnya.

Namun, saat mendekati Edison, Wanda menyadari pria ini lebih menawan daripada yang dideskripsikan dalam novel. Matanya yang segelap malam itu menawan hati orang bagaikan bintang di malam hari. Edison yang seperti itulah membuat orang menjadi penasaran dan ingin mencari tahu dirinya yang sebenarnya.

"Haha, tumben sekali Wanda sangat penurut," goda Rowan.

Rowan menatap Wanda dengan tatapan heran. Di dalam ingatannya, putri kecilnya ini biasanya sangat manja dan keras kepala. Dia selalu melakukan apa pun sesuka hatinya.

Jangankan memintanya memanggil orang, biasanya jika Rowan memanggilnya belum tentu Wanda akan menurutinya.

Wanda tertegun, lalu tersenyum dan berkata, "Karena Kak Ed sudah pulang."

Wanda sebenarnya tidak terlalu khawatir Rowan akan tahu jika dia sudah berbeda dengan yang dulu.

Rowan tidak pernah menghabiskan banyak waktu di rumah. Selama 365 hari, hanya sebulan saja sudah termasuk lama baginya.

Rowan adalah salah satu pejabat tinggi di Ibu Kota. Jika Wanda ingin bertemu dengannya harus melalui berbagai prosedur, membuat janji baru bisa bertemu dengannya di waktu yang sudah ditentukan.

Rowan dan istrinya, Miranda Zacharia adalah pasangan yang menikah demi bisnis keluarga.

Rowan lahir di keluarga politik dan militer, sedangkan Miranda adalah putri seorang pengusaha kaya.

Namun, hubungan mereka berdua sangat bagus. Miranda sudah meninggal selama belasan tahun dan dalam belasan tahun ini Rowan punya banyak kekasih, tapi dia tidak pernah berniat lagi.

Wanda agak terkejut, tapi setelah dipikir-pikir, ini hal yang wajar.

Rowan hanya punya dua orang anak, yaitu Edison dan Wanda.

Ibu mereka sudah lama meninggal. Biasanya, waktunya di rumah juga sedikit. Setelah Edison pulang ke rumah, bukankah Wanda akan punya lebih banyak kesempatan bersama dengannya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status