Share

7. Hadir kembali

[Hallo, sayang. Kamu apa kabar?] sebuah pesan singkat yang masuk pada ponsel milik Nisa, yang saat ini sedang berada di kantor, baru saja selesai mengajar.

Nisa terbelalak ketika melihat siapa yang mengirimkan pesan itu kepadanya, ia hanya mengernyitkan keninganya saja meski di dalam hatinya ada rasa bahagia yang menyeruak begitu saja. Itu adalah pesan dari Dani, lelaki berdarah Jawa, yang berhasil menaklukan hatinya Nisa.

Nisa yang memang belum sepenuhnya bisa melupakan lelaki tersebut, tentu saja ia langsung membalas pesannya, meski awalnya ragu, baru satu minggu Nisa dan Dani tidak saling memberi kabar, selepas kejadian Rika yang melabrak Nisa di lapangan sekolah.

Sebenarnya, Nisa ingin sepenuhnya menjauh dari lelaki itu, akan tetapi hatinya selalu berkata lain, ia selalu tidak mampu untuk menolak Dani ketika datang kepadanya lagi, ia selalu tidak bisa menolaknya. Apa mungkin karena rasa cintanya kepada Dani? Atau memang hanya sebatas nafsu belaka saja?

“Kenapa nomorku diblokir, Mas?” Nisa mengirimkan pesan tanya kepada Dani, sebab ia masih tidak terima dengan tindakan Dani yang lari begitu saja setelah ketahuan istrinya, bahkan memblokir kontaknya.

Ia sendiri tahu bahwa dirinya itu hanya dijadikan sebatas permainan oleh Dani, akan tetapi Nisa yang memang masih amat polos dan dibutakan oleh cinta, dapat mudah masuk kembali pada perangkapnya yang penuh dengan kata lembut yang mampu melunakan hatinya.

Sebab memang Nisa sebelumnya tidak pernah mendapatkan perhatian lebih dari seorang lelaki, bahkan tidak dari Kakak lelakinya sendiri.

[Ya ampun, Nis. Kan kita baru saja ketahuan oleh Istriku. Kita harus lebih hati-hati lagi, makanya aku memblokir kontak kamu, kemarin juga ketahuan oleh istriku karena kamu yang selalu kirim pesan tidak tahu waktu, kan?]

[dan kamu tidak usah khawatir ketahuan lagi, kalau aku membuka blokiran kontakmu dan mengirim pesan kepadamu, itu artinya kita sedang aman, tidak akan ketahuan lagi oleh istriku.]

Dani mengirimkan pesannya lagi, ia memberikan alasan semasuk akal mungkin kepada Nisa agar bisa diterima oleh akal sehat wanita muda nan polos itu.

Hening beberapa saat, Nisa hanya menatap isi pesan dari Dani dengan penuh kebingungan, apa memang ia harus melanjutkan kembali kisah cintanya itu dengan lelaki yang sudah beristri.

Ia sendiri memang merasa amat sangat mencintai lelaki itu, hal yang tak pernah ia duga sebelumnya, bahkan sedikit pun tidak akan pernah tertarik kepada lelaki beristri dengan selisih usia 7 tahun, yang ia anggap dulu hanya sebatas Kakak dari temannya saja, Ana.

Akan tetapi buktinya? Pertahanan Nisa runtuh dan dapat ditaklukan oleh usaha keras Dani selama satu tahun ini, sehingga posisinya kini diketahui oleh Rika, istri syah Dani, apa Nisa akan terus bertahan dengan hubungan gelap dan perasaannya?

[Kok gak dibalas, Nis? Kamu masih marah? Maafkan Mas, ya sayang,] Dani mengirimkan pesan singkat lagi kepada Nisa karena pesan sebelumnya tak juga mendapat balasan dari Nisa.

Entahlah, Nisa sendiri kini bingung dengan apa yang seharusnya ia lakukan, jika menuruti keinginan hati, tentu saja ia merasa sangat gembira dengan kehadiran Dani kembali, meskipun hanya sebatas melalui chat saja, itu sudah lebih dari cukup baginya.

Akan tetapi, ia sudah mendapat peringatan langsung dari istrinya Dani untuk menjauhi suaminya itu. Ahh, Nisa merutuki dirinya sendiri yang kini malah jatuh cinta kepada suami orang, bahkan lebih mirisnya, cintanya kepada lelaki itu begitu besar, ia ingin memiliki Dani, seutuhnya.

“Aku gak marah, hanya saja untuk apa lagi hubungan kita ini dilanjutkan, Mas? Jika kamu sendiri pun malah bersembunyi dari istrimu, bahkan nomorku pun diblokir, aku tidak bisa menghubungi Mas lebih dulu. Mana janji manismu dulu yang katanya sudah siap untuk menjadikan aku istri kedua?”

Nisa terpaksa mengirimkan pesan demikian lagi kepada Dani, dan setelah itu ia tak lagi mendapat balasan pesan dari lelaki itu. bahkan kini profile kontak Dani hilang kembali, bukan lagi photonya, yang tentunya itu berarti bahwa Dani sudah memblokir kembali nomornya Nisa.

Nisa menghela nafasnya panjang dan berat, dan mengaduh, menggerutu atas sikap pengecut lelaki itu ketika ditagih janji manisnya yang akan menikahi Nisa meski harus menjadi istri kedua, “dasar, pengecut!”

Riri dan Deden yang saat itu baru saja tiba di kantor pun ikut mengernyitkan dahinya, saling menatap, bertanya-tanya dalam hati keduanya, ada apa lagi dengan Nisa yang mengaduh pelan itu, namun nampak jelas dalam pendengaran keduanya.

“Eh, kenapa, Bu Nisa?” tanya Deden kepada Nisa dengan wajah penasaran.

Nisa tak menjawab, sebab tak ada gunanya juga untuk dibahas, meski pada intinya pun Deden juga tahu dengan apa yang menimpa Nisa kali ini, sudah satu minggu ini wajahnya nampak lebih kusut dan layu, tidak ceria seperti biasanya.

“Saya tahu apa yang sedang menimpa Bu Nisa, kalau menurut saya, memang sudah seharusnya Bu Nisa mengambil tindakan ini untuk menjauh dengan Pak Dani,” ucap Deden, lelaki berusia 32 tahun juga, yang sama-sama memiliki postur tubuh tinggi seperti Dani, hanya saja Deden yang tak rajin olahraga seperti Dani menjadikan tubuhnya biasa saja, tidak terlalu kekar, berotot.

Nisa menoleh ke arah lelaki itu, juga pada Riri yang hanya diam saja, mungkin sahabatnya itu sudah bosan memberikan nasihat kepadanya.

“Cerita saja kepada saya, siapa tahu bisa membantu,” ucap Deden lagi seraya tersenyum manis menawarkan kepada Nisa, wanita muda yang menurut pengakuan Dani kepada istrinya itu bahwa Nisa norak, jadul, dan kolot.

Karena Nisa memang selalu memakai pakaian gombrang dan juga hanya make up tipis, dengan kerudung yang selalu menutupi dadanya. Kebiasaan berpakaian di pesantren dulu masih melekat pada dirinya dengan cukup kuat.

Meski wajah kusam Nisa kini sudah mulai dipoles oleh skincare hasil jualannya sendiri, akan tetapi tentu saja dapat dikalahkan oleh Rika yang memang berpenampilan glamour serta rajin perawatan ke klinik kecantikan.

Meski demikian, sikap Nisa yang berbeda dari wanita lainnya menjadikan daya tarik sendiri di mata lelaki, termasuk Dani yang tertarik juga sehingga ikut mempermainkan dirinya.

“Masih masalah si Mas itu?” Deden menebak kepada Nisa seraya mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban dari Nisa.

“Duh, Bu! Padahal banyak lho di luar sana lelaki yang suka sama Bu Nisa, termasuk Pak Wahyu, eh tapi jangan deh, dia itu playboy.” Deden masih saja bersungut-sungut meyakinkan Nisa bahwa ketika ia mau melepaskan lelaki beristri itu, tentu saja akan banyak datang lelaki yang lebih baik.

Nisa memberengut ketika Deden menyebutkan nama Wahyu di depannya itu, sebab memang ia sendiri sedikit illfeel (mati rasa) kepada lelaki tersebut.

“Ha ha ha. Jangan bawa-bawa nama Pak Wahyu, Pak Deden!” Riri kini nimbrung ketika melihat reaksi wajah Nisa yang memberengut.

“He he he. Lalu bagaimana kabarnya dengan teman saya itu, Bu? Kalian berdua udah ketemu?” tanya Deden lagi kepada Nisa menanyakan temannya yang ia kenalkan kepada Nisa.

DEG

Nisa hampir saja lupa dengan lelaki itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Inayah Fauziah Rahmah
hmm baguss critanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status