Saat Andini berada di taman ponsel Andini berbunyi .
Tut tut tut Andini mengangkat teleponnya.
"Andini Ibumu pingsan, kamu dimana?" Suara telpon tetangga Andini, ia sangat khawatir melihat ibu Andini sangat pucat dan belum sadar.
"Di Rumah Sakit kak, ada apa dengan ibu kak" Andini menangis ia tak sanggup menahan tangisannya, ia berjalan masuk kedalam Ruangan Arjuna ia mengambil tasnya, Arjuna sangat terkejut melihat wanita yang berada di depannya menangis.
"Ada apa Andini?" Tanya Arjuna yang sangat mengkhawatirkan keadaan Andini. Ia memegang tangan Andini. Namun Andini terus berlari keluar ruangan. Arjuna meminta Basri untuk mengikutinya.
"Bas kejar Andini, ikuti dia aku sangat mengkhawatirkan keadaan Andini" perintah Arjuna. Arjuna sangat mengkhawatirkan keadaan Andini.
"Baik bos, aku akan mengejarnya" Basri mengejar Andini ia melihat Andini dan memanggilnya.
"Andini" panggil Basri Andini pun berhenti ia menengok melihat Basri memanggilnya, Basri pun menghampirinya.
"Ada apa kamu berlari sambil menangis" Andini tak bisa menjawab pertanyaan Basri ia hanya bisa menangis. Basri memberi pelukan kenyamanan untuk Andini, ia mencoba menenangkan Andini yang sedang menangis. " Sudah jangan menangis, katakan apa yang harus aku lakukan untukmu" Basri mencoba menenangkan Andini.
"Ibu pak, pingsan, aku takut ibu pergi" jawab Andini dengan suara tersedak sedak ia sangat sedih, Basri mengelap air mata Andini.
"Sudah jangan menangis, aku akan membantumu" jawab Basri sembari menenangkan hati Andini ia pun mengajak Andini pergi ke mobilnya,
"Ayo naik mobil, aku akan mengantarkanmu" Andini dan Basri berjalan menuju parkiran mobil Basri. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan meninggalkan Rumah Sakit menuju Rumah Andini. Sesampainya di Rumah Andini sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya, hatinya sangat hancur ketika melihat Bendera kuning di depan Rumah Andini.
"Ada apa ini kak, kenapa ada Bendera kuning di depan Rumahku" Andini menangis tersedu sedu. Ia sudah tak bisa menahan air matanya. Basri mencoba menenangkan Andini yang sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya.
"Sudah Andini, jangan menangis kamu harus kuat menghadapi semua ini. Tegas Basri. Mencoba untuk menenangkan Andini, ia sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumah Andini, perasaan yang sangat kacau.
Saat Andini turun dari mobil ia sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya. Ia pun pingsan. Basri yang berada di samping Andini segera membawa Andini masuk ke kamarnya. Basri pun keluar dan menanyakan siapa keluarga Andini.
"Maaf pak disini siapa kerabat Andini" tanya Basri. Kepada tetangga Andini
" Tidak ada pak. Mereka disini tidak memiliki kerabat" jawab tetangga Andini.
"Oh kalau begitu urus pemakamanya pak, ini uang untuk biaya pemakaman." Basri memberikan uang kepada warga yang akan membantu mengurus pemakaman.
Basri kembali masuk ke dalam kamar Andini. Ia menjaga Andini ia sangat tertarik melihat kecantikan Andini.
" Wajar kalau Bos mencintai Andini, wajahnya sangat cantik, sampai membuatku terpesona melihat kecantikan Andini." Gumam Basri yang melihat kecantikan Andini ia sangat terpesona.
Setelah tiga puluh menit Andini pingsan akhirnya ia sadar ia menangis dan Basri memeluknya.
"Sudah Andini kamu jangan sedih, kamu harus kuat menghadapi semua ini" Basri menasehati Andini, ia sangat kasihan melihat Andini yang hanya bisa menangis.
"Aku tidak punya siapa siapa lagi selain ibuku" Andini mengungkapkan kesedihan yang ia alami.
"Kamu masih punya aku, yang akan memperdulikan dirimu" jawab Basri. Orang orang yang melihat kedatangan Basri mengira kalau Basri pacarnya Andini.
"Oh itu pacarnya mba Andini" gumam salah satu tetangganya.
" Mungkin saja, kasian Andini kalau harus hidup sendiri" jawab tetangganya,
Andini berdiri ia pergi melihat ibunya, saat ia ingin menangis Basri selalu menasehati Andini.
"Jangan menangis, kasihan ibumu" Andini mendengar nasehat Basri.
"Ia aku harus tetap tegar, Ibuku sudah tenang ia sudah tidak merasakan sakit lagi" Andini bicara dalam hati. Ia mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Ia tak mau egois karena takdir sudah Allah tetapkan. Andini pergi kekamar mandi ia mengambil wudhu dan membaca surat Yasin untuk ibunya. Basri pun membantu Andini untuk menguatkan hatinya. Saat ia duduk Arjuna menelponnya ia menanyakan apa yah terjadi.
Tut tut tut suara telepon Basri, Basri pun keluar ruangan ia berjalan menuju halaman rumah Andini. Ia mengangkat telpon Arjuna.
"Ia bos ada apa?" Tanya Basri.
"Apa yang terjadi Bas, ada apa dengan Andini" tanya Arjuna.
"Ibunya meninggal bos" Jawab Basri,
"Apa meninggal, " Arjuna tak percaya mendengar ucapan Basri.
"Iya bos, saya tidak bohong" Jawab Basri.
"Oh ta sudah, kamu bantu dia oke" Arjuna memerintahkan kepada Basri untuk menjaga Andini, ia tak bisa datang di acara pemakaman ibu Andini.
"Bos besar nggak tau kalau aku mulai mencintai Andini" gumam Basri dalam hati. Ia sangat senang bosnya memerintahkan untuk menjaga Andini
Basri masuk kedalam Ruangan untuk menemani Andini. Andini sangat sedih melihat ibunya yang sudah meninggal dunia. Ia berfikir ini kesempatan untuk menjadi seorang yang dibutuhkan Andini. Basri mencoba untuk memberikan kenyamanan kepada Andini, karena rasa kagum melihat Andini ia berharap bisa menjadi kekasihnya. Ia lupa kalau Andini adalah wanita yang dicintai oleh bosnya, Basri duduk di samping Andini ia mengelap air mata yang menetes membasahi pipinya, ia berharap kalau Andini bisa menaruh hati dan ia bisa mendapatkan pasangan.
"Sudah Andini jangan menangis, nanti kalau kamu menangis kasihan ibumu Andini" Basri mencoba menenangkan Andini, ia terus mengelap air mata Andini.
Teman teman Andini di kantor pun tiba mereka turut berduka cita atas meninggalnya Ibu Andini. Mereka mencoba untuk memotivasi Andini agar Andini bisa kuat menghadapi semua cobaan ini.
"Sudah Andini, kamu jangan sedih kamu harus kuat menghadapi semua ini" kata salah seorang teman Andini. Teman teman Andini merasa heran melihat Basri atasanya berada di samping Andini.
"Itu Basri kan, atasan kita" tanya teman Andini ke teman yang satunya.
"Iya, oh berarti selama ini Andini dekat dengan Basri" mereka merasa heran melihat Basri datang dan duduk di samping Andini. Mereka berpikir kalau Andini menjadi kekasih Basri. Kesalah pahaman mereka bisa menjadi gosip panas besok di kantor, rumor ini pun akan cepat tersebar.
Basri mengelus rambut Andini dengan begitu lembut, Ia merasa sangat sedih melihat Andini yang harus hidup sebatang kara, ia mencoba untuk menenangkan hati Andini. Namun teman temanya Andini merasa heran melihat kedekatan mereka, mereka pun berniat akan menjadikan ini sebuah rumor.
Persiapan pemakaman sudah selesai Basri menemani Andini untuk pergi ke pemakaman, Andini yang sangat hancur melihat ibunya yang sudah meninggal. Membuat Basri mencoba untuk menenangkan Andini dan membuat ia nyaman .Andini sangat nyaman dengan perlakuan khusus Basri ia sangat merasa nyaman Basri bisa menemaninya, setiap Andini menangis Basri selalu mengelap air mata Andini ia tak ingin melihat Andini sedih. Ibu Andini pun dimasukkan ke dalam kuburan, Andini sangat sedih melihat ibunya di masukkan ke dalam lubang kubur. Setelah pemakaman selesai Basri mengajak Andini pulang ke rumah, Andini pun mandi membersihkan dirinya, Basri keluar mencari pakaian untuk ia pakai." Aku harus mencari pakaian untuk mengganti pakaianku yang sudah kotor" ia pun menuju toko pakaian dan membeli pakaian. Setelah membeli pakaian Basri pun mandi di kamar mandi Andini. Andini mem
Pagi hari yang cerah Andini mulai membuka matanya, mata Andini sedikit membengkak, Andini pergi ke meja rias ia memandangi wajah cantiknya, ia melihat kedua bola matanya membengkak, ia pun teringat ibunya, ia pun kembali menangis.Hiks hiks hiksAndini menangis tersedu-sedu. Basri pun terbangun mendengar suara tangisan Andini, ia berdiri menuju kamar Andini. Ia melihat Andini sedang menangis, Basri pun duduk di sebelah Andini, ia memeluk Andini berusaha memberi kenyamanan, Andini pun mengeluarkan isi hatinya ia terus menangis."Keluarkan semua yang membuatmu sedih, aku siap mendengarkan kesedihanmu" Basri mencoba untuk menenangkan Andini. Andini merasa lega, semua yang membuatnya sedih sudah dikeluarkan. Basri melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30wib, Basri pun berpamitan untuk pergi pulang.
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Basri membuntuti mobil Arjuna, mobil Arjuna berhenti di salah satu Restoran. Arjuna dan Andini sangat bahagia, namun Basri merasa kedekatanya membuat hatinya merasa sakit. Basri pun bersedia untuk menjadi informan ibu Arjuna."Mungkin kalau ibu Arjuna melarang mereka, Andini mungkin bisa jadi kekasihku." Basri sangat mengharapkan cinta Andini.Arjuna memesan makanan untuk mereka berdua. Setelah makanan yang mereka pesan datang, Arjuna segera menyuapi Andini."Ayo Andini, Ayo kita makan." Ajak Arjuna, namun Andini merasa tidak selera saat melihat makanan. Arjuna pun menyuapi Andini."Ayo makan," sesendok makanan mendarat di depan bibir Andini, Andini pun mulai membuka mulutnya."Ah bapak aku kan bisa makan sendiri." Rengek Andini."aku hanya ingin menyuapimu." Andini pun mengambil sendok dan menyuapi Arjuna, mereka semakin mesra. Setelah makan mereka pun kembali ke kantor saat mereka dalam perjalanan ke kantor. T
Basri berjalan kesana kesini ia sangat bimbang mengenai perasaan yang harus ia rasakan."Bagaimana perasaan ini, hatiku sakit sekali melihat Arjuna dan Andini bersama." Basri pun duduk di kursi kerjanya ia memegang pena dan memainkan pena di antara jari tangan nya."Aku bingung maju salah, mundur sakit." Basri berusaha untuk menenangkan pikirannya. Ia pun membuka laptopnya dan mengecek pekerjaannya ia tak ingin berlarut larut dalam kesedihan. Iya sudah merasakan nyaman saat ia mulai menyibukkan diri dengan bekerja, perasaan cemburu pun hilang.Arjuna dan Andini menuju kantor namun saat ia berada di mobil Arjuna menggoda Andini dan membuat Andini tersenyum tersipu malu."Kamu tau nggak apa yang membuatku bahagia?" Tanya Arjuna sembari menatap wajah
Sepulang dari kantor mama Arjuna sudah duduk di Ruang tamu, saat Arjuna masuk ibunya memanggilnya."Arjuna berhenti ada yang ingin mama bicarakan." Panggil mama Arjuna. Arjuna pun berhenti dan berjalan menuju ibunya, hatinya sangat kesal, raut wajah yang ceria sontak berubah menjadi masam."Ada apa sih mamah memanggilku, pasti gara gara si Syelin sialan itu." Gumam Arjuna dalam hati, Arjuna bukan tambah cinta dengan si Syelin ia justru tambah muak melihat wajah Syelin."Arjuna kenapa kamu kok tega berbuat seperti itu dengan Syelin?"tanya ibu Arjuna. Ibu Arjuna tidak tau sifat Asli Syelin."Mah mamah kan nggak tau gimana sih Shelin." Jawab Arjuna dengan suara lirih tapi sedikit kesal."Syelin baik, dan mamah sudah merencanakan Perjodohan kalian." Ibu Arjuna berniat untuk menjodohkan Arjuna, namun Arjuna menolak perjodohan itu. Ia tak ingin kalau ia menikah dengan seorang yang ia tidak nyaman bila bersamanya."Jodoh Perjodohan! Aku