Share

Kecewa

Jarak antara rumah dengan kampusku sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Setiap hari aku selalu berjalan kaki walau banyak teman-teman yang menawariku tumpangan. Karena selain dekat, aku lebih suka berjalan kaki karena bisa menikmati pemandangan pagi. Selain itu, udara pagi sangat menyehatkan pikiranku.

Apalagi pagi ini hatiku sedang berbunga-bunga. Sepanjang perjalanan menuju kampus aku bernyanyi dengan suara kecil,

Kaaau dan aakuuu ...

Terciptaa ooleehh waaktuuu ...

Haanyaaa untuuuk ...

Saling mencintaii ...

Muungkin kiitaa ...

Diitakdiirkaan bersaamaaa ...

Raaajuutt kaaassiihh ...

Jaalin ciiintaaaa ...

"Woy, Vhera. Ayuk naik!" ajak Rahma yang tiba-tiba muncul di depanku.

"Gak, ah, Rahma ... mau jalan kaki aja ...."

"Aduuuh ... gak usah nolak deh ... cepet naik!"

"Iya, iya ...."

Aku pun akhirnya naik motor Rahma. Entah mengapa kalo Rahma yang ngajak aku tidak bisa menolak, dia suka memaksa.

Setibanya di kampus, ternyata ada Sena menunggu di halaman parkir. Dia duduk di atas motor matic warna putih.

"Ihhh ... Sena?"

"Cieee ... ehem ... ditunggu pacarnya nih ...," ucap Rahma sambil tertawa.

Wajahku sangat malu melihat Sena ke sini. Teman-temanku akhirnya tahu bahwa aku sudah jadian dengan Sena. Ish ... ino cowok kenapa ke sini sih ...

"Maaf, Vher .... Aku ke sini gak bilang-bilang. Cuma mau lihat wajahmu aja pagi-pagi. Abisnya aku kangen.," ucap Sena yang mengundang beberapa teman menertawakanku.

"Yaudah, pergi gih ... aku mau masuk ni sekarang. Nanti aja jam 1 siang baru Chat aku," balasku padanya, berharap agar dia mengerti dan segera pergi. Bikin malu saja.

Sesampainya dikelas, aku jadi tidak fokus belajar lagi gara-gara kehadiran Sena barusan. Aku benar-benar tak menyangka si Sena datang tadi itu. Padahal niatku ingin menjalin hubungan dengannya itu diam-diam. Kalau sudah begini pasti ibuku bakal dengar gosip kalau aku pacaran sama pelayan toko. Benar-benar menyebalkan si Sena itu. Untung dia tampan, kalau jelek sudah langsung aku putusin saat itu juga, huffttt ....

Tepat pukul 12 siang ponselku berbunyi, menandakan ada pesan Whatsaap masuk. Kubuka kunci layar ponselku, benar saja, ternyata pesan dari Sena.

[Yank ... udah pulang?]

[Udah ....]

[Jadi gak?]

[Gak jadi!]

[Ih ...kok giu sih ....]

[Iya jadi.]

[Nah ... gitu dong]

[Aku jemput ya ....]

[Ok]

Karena masih kesal, aku membalas Chat seadanya. Baru saja aku ingat, kalau aku belum meminta izin pada mama. Tanpa pikir panjang, aku pun segera menelpon mama.

"Halo ... Ma ...."

"Ey ... halo ... kenapa Vhera?"

"Vhera nanti pulang malam, mau ada praktek di rumah temen."

"Gak pulang dulu kah?"

"Enggak, Ma ...."

"Yaudah, jangan lewat jam 9 ya ...."

"Wokeee ...."

Selesai meminta izin, aku menuju kantin di depan kampus. Menunggu kedatangan Sena di sana sambil membeli minuman teh dalam kotak.

"Woy, Vhera ...! Ayok pulang ... bareng saya!" Tiba-tiba suara Rahma memecahkan lamunanku.

"Duluan ...! Saya lagi nunggu seseorang!"

"Nunggu Sena, kah?"

"Iyalah ... siapa lagi!"

"Ciee ... yaudah aku duluan ya ... babay ...."

Sambil menunggu kedatangan Sena, aku pun bermain game di ponselku. Tak terasa setelah 30 menit bermain game, Sena belum juga datang. Karena resah, aku pun hendak menelponnya. Lah ... tiba-tiba Sena muncul di depan kantin dan memarkirkan motornya.

"Ish ... lama banget sih!" ucapku ketus.

"Iya maaf, Yank ... tadi kena macet."

"Yaudah cepet, nanti keburu banyak orang yang lihat."

Mendengar perintahku si Sena langsung menyalakan motornya lalu menyurujku naik. "Kamu gak ganti seragam dulu, Vher?" tanya Sena.

"Gak usah, nanti kan tinggal lepas seragam atasnya aja. Di dalamnya kan aku pakek kaos."

"Terus bawahnya pakek rok seragam kayak gitu?"

"Udah deh jangan banyak protes! Aku aja gak malu, kamu malu kah?"

"Gak malu sih ... yaudahlah gak usah marah-marah gitu ...," ucap Sena dengan wajah ketakutan.

Beranjak dari kampus, kami menuju ke sebiah taman binaan pemerintah di pinggir laut—samping pelabuhan. Taman itu memang sudah biasa dijadikan tempat orang-orang berpacaran, tetapi kebanyakan suami istri, sih ....

Sesampainya di sana kami bercerita panjang lebar, bercanda, cubit-cubitan, tapi tidak bisa saling bercium-an. Karena banyak ibu-ibu menyebalkan yang tak henti-hentinya memandang ke arah kami. "Ini ibu-ibu gak pernah mida kali ya, Vher ...,"ucap Sena.

"Iya, ish ... nyebelin banget ibu-ibu itu!"

"Biarin ajalah," ucap Sena.

Kami pacaran di taman itu sampai jam 5 sore. Karena langit sudah sangat gelap, Sena mengajakku untuk istrahat di hotel, sekalian mandi di sana. Kami pun bergegas pergi ke hotel karena gerimis mulai membasahi rambut kami.

Sesampainya di hotel, Sena langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Sedangkan aku langsung ke kamar mandi karena mau pipis, sekalian mandi juga, pikirku.

Selesai mandi, aku pun ikut merebahkan diri di kasur yang satunya. Lelah juga hari ini. "Kamu gak mandi, Sena?"

"Mandi lah ...!"

Sena pun bangkit dari kasurnya lalu menuju kamar mandi, "Handuk ada di dalam kan?" tanyanya padaku.

"Ho'oh ...."

Kulihat jam di layar ponsel menunjukaan waktu pukul 07:00. Tinggal dua jam lagi, nih. Aku harus pulang, kalau telat mama bakal pukul aku lagi pakai sapu, hadeeeh .... Mamaku semenjak Papa pergi jadi galak.

Sena keliar dari kamar mandi, dia hanya mengenakan celana pendek serta bertelanjang dada. Dia menuju meja lalu mengambil remot, lalu mematikan AC.

"Ih ... kok dimatiin sih?"

"Dingin banget, Vhera ... aku gak biasa kena suhu AC. Soalnya biasa panas-pamasan kan di jalan ...."

"Nyalain lah ... kecilin aja suhunya." Sena pun menuruti perintahku.

Sejurus kemudian, Sena langsung tengkurap di sampingku. Tiba-tiba pula tangannya memelik perutku. Jantungku seketika berdebar. Sepersekian detik Sena langsung mendaratkan bibirnya di pipiku. Akhirnya terciptalah sudah sejarah yang tak akan terlupakan, samlai kapan pun.

"Vhera ...! Ternyata kamu?"

Mendengar perkataannya itu, aku hanya membalasnya dengan tatapan mata. Menunggu pertanyaan selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status