Share

Jatuh Cinta

"Mang, besok jam 7 udah harus stay di mobil, ya ...," ucapku pada Amang sambil berlalu menuju kamar.

"Ok siap, Neng!"

Setelah sampai membuka pintu kamar, aku dan Sena langsung menjatuhkan diri ke atas kasur. Beberapa menit kami saling diam dengan mata terpejam, lalu aku mulai membuka percakapan,

"Yang ... langsung mau tidur?" tanyaku padanya.

"Ngantuuukk ...," Sena pun menjawab sambil masih tengkurap dengan mata terpejam.

"Yaudah ko gitu tiduerah ...."

Entah berapa menit kemudian, kami pun tertidur pulas masih dengan posisi semula.

Hari ini dosen tidak datang. Padahal tidak setiap hari aku semangat belajar. Giliran hari ini semangat, dosen malah tidak datang. Hufft ... Menyebalkan.

"Cieee ... Vhera ... yang dimintain nomor WA sama cowok ...."

"Ih ... apaan sih ... biasa aja kali." Kejadian di Supermarket siang itu membuatku menjadi bahan Ghibah oleh teman-teman satu kelompok. Mereka bertanya-tanya bagaimana bisa aku memberi nomor WA kepada pelayan toko. Menurut mereka, mahasiswa seperti saya seharusnya malu jika berpacaran dengan pelayan toko. Mereka beralasan karena pelayan toko tidak pantas dan berbeda level dibandingkan mahasiswa seperti saya. Apalagi mahasiswa kesehatan, sangat tidak disarankan jika menerima pelayan toko sebagai pacar.

"Vhera, cowok yang kemarin minta nomor itu sudah Chat kamu belum?" tanya Rahma, salah satu dari 3 anggota kelompokku.

"Sudah ...," jawabku singkat.

"Eh, cerita dong Vher ... mau tahu gombalan dia seperti apa, hihihi ...."

"Dia cuma ngajak kenalan, gak ngegombal sedikitpun."

"Masa sich ... gak percaya. Biasanya cowok kalo minta nomor WA itu pasti mau ngegombal. Namanya siapa?"

"Namanya Sena. Ya ... dia cuma bilang, kalo wajah saya ni unik katanya, kayak bidadari gitu."

"Hahahah ... kalo itu sih semua juga percaya. Mau cewek atau cowok naksir semua sama kamu. Aku aja kalo jadi cowok udah perkosa kamu dari dulu, hahahah ...."

"Ih ... dasar gila.," ucapku dengan ekspresi datar.

Hari ini banyak mata pelajaran yang kosong. Membuatku banyak melamun hingga akhirnya terngiang-ngiang rayuan yang dilancarkan Sena di W******p tadi malam.

Memang sudah biasa bagiku dipuji cantik, sempurna, dan yang serupa dengan itu. Bahkan, hampir setiap hari aku mendapatkan pujian yang sama dari siapa pun yang melihatku, baik yang sudah mengenalku sejak lama, ataupun yang baru pertama kali melihat.

Namun, selama hidup baru kali ini aku mendapat banyak kalimat rayuan yang berbeda. Saat berbalas Chat dengan Sena, aku melihat ketikannya sangat cepat. Sehingga aku yakin semua kalimat indah itu berasal dari otaknya langsung, yang sedang menerjemahkan bahasa hatinya ke dalam kata-kata, menjadi sebuah kalimat yang indah. Tidak cukup sampai di situ , aku pun mencoba mengecek apakah kalimat yang dikeik Sena serupa dengan yang ada di Internet. Ternyata, tidak kutemukan kalimat yang serupa. Ini menandakan bahwa selama aku berbalas Chat dengannya, kejujuran-hatilah yang kudapat darinya.

Sungguh, rayuannya membuatku meleleh hingga aku melamun berkali-kali di kelas ini. Banyak teman-teman yang heran, mengapa aku bisa memberikan nomor Whatsappku pada Sena, si pelayan toko itu. Sedangkan selama ini, banyak cowok tajir di kampus dan di luar kampus tidak bisa dengan mudah aku beri nomor. Hingga mereka semua akhirnya mundur alon-alon.

"Vhera, kenapa sih kamu kemarin kasih nomor ke Sena? Padahal selama ini gak ada cowok yang bisa dapat nomormu, meskipun mereka tajir," tanya Rahma.

"Emangnya kamu tau darimana kalo mereka tajir, Rahma? Jangan karena kamu melihat sesuatu yang dipakainya di badan, membuatmu mengira orang itu tajir. Zaman sekarang banyak orang yang sok kaya, padahal kere!"

"Iya juga sih, tapi kan ada tuh beberapa cowok yang memang terkenal tajir, kamu abaikan begitu saja."

""Begini, Rahma. Sebenarnya, yang membuat saya mau memberikan nomor WA pada Sena, adalah keberaniannya yang memuji saya secara langsung, mendekati secara langsung, dan meminta nomor secara langsung. Coba kamu perhatikan cowok-cowok lain, mereka hanya menitipkan pesannya pada orang lain. Ada yang secara langsung meminta nomor, tetapi tidak pernah memuji di depan saya. Cowok-cowok seperti itu menurut saya adalah pengecut!"

"Jadi hanya karena itu, Vhera? Benar juga sih, aku setuju sama kamu. Saya rasa, semua wanita juga lebih suka sama cowok yang jujur dan apa adanya. Istilahnya, mereka tidak berpura-pura menjadi orang lain agar bisa dikagumi oleh kita. Namun, semua cowok banyak yang tidak mengetti bahwa sebenarnya cewek itu suka sama cowok yang percaya diri dan menjadi diri sendiri."

"Pintar kamu, Rahma. Emang cocok jadi sahabat saya, heheheh ...."

"Wohiya, dong ...."

Semenjak aku kenal Sena, aku jadi sering membuka WA karena senang membalas Chatnya. Menurutku Sena tidak hanya berani, tetapi juga memiliki jiwa yang romantis. Perubahan sikapku membuat ibuku penasaran, karena meski sedang menonton Televisi bersama, aku senyum-senyum sendiri melihat ke layar ponsel.

"Kamu lagi Chat sama cowok ya?" tanya mamaku.

"Ah, enggak kok, Ma. Lagi Chat sama temen."

"Ah, masa. Mama gak percaya. Gak biasanya kamu kayak gini."

"Yaudah kalo Mama gak percaya."

"Vher, Mama bilang sama kamu ya, jangan pernah pacaran sama cowok kere. Mama sekolahin kamu tinggi-tinggi itu supaya dilirik sama orang kaya. Lagian wajahmu kan cantik, Mama gak rela kalo kamu nikah sama orang miskin."

"Miskin kalo Vhera cinta sih gapapa, Ma. Tapi kalo Vhera gak cinta meski dia orang kaya, bagaimana Vhera bisa bahagia?

"Hilih ... hari gini masih mgomongin cinta. Dulu Mama ini orang miskin, Mama ninggalin pacar Mama demi menikah sama bapakmu yang kaya itu. Yah, meski bapakmu itu ternyata tukang selingkuh, tapi meski Mama ditinggalin sama dia, Mama gak kelaparan. Rumah ada, warisan usaha ada. Coba kalo Mama nikah sama orang miskin, tentu sekarang Mama jadi janda miskin, dan kamu pun akan sengsara tidak seperti sekarang."

"Analogi Mama tuh yang salah. Coba dulu Mama nikah sama cowok yang setia, meski miskin Mama tidak akan dtinggal sendirian seperti ini. Keluarga kita tidak akan Broken Home seperti ini."

"Yeee ... dibilangin. Pokoknya Mama gak rela kamu nikah sama orang miskin. Mama gak mau anak Mama kelaparan." ucapan mama semakin keras.

"Seharusnya Mama tuh doain Vhera biar dapat cowok yang setia, Ma ...."

Kesal dengan pendirian dan analogi mama, aku pun pindah ke kamar. Barusan di Chat tadi aku menerima Sena menjadi pacarku. Tentu dengan syarat, jangan sampai ketahuan mama serta saudara-saudaraku, bahkan teman-temanku. Karena Sena hanhalah seorang penjual Martabak, itu pun usahanya orang.

Larut dalam Chat yang romantis membuatku ketiduran. Pas bangun pagi, kulihat banyak pesan tak terbaca dari Sena. Aku pun membalasnya dengan singkat, [Semalam aku ketiduran, Sayang ....]

Kulihat jam di layar ponsel, menunjukkan pukul 08:00. Segera ku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Setelah selesai mandi, kusiapkan sarapan dengan memasak nasi goreng. Tak sabar rasanya masuk kampus, lalu menunggu jam pulang. Karena selesai kuliah aku dan Sena sepakat untuk jalan berdua di taman, sebagai kencan pertama kami.

"Ma ... Vhera berangkat dulu ya ...."

"Iya, Nak ... udah sarapan belum!"

"Udah, Ma ... tadi Vhera masak nasi goreng!" Pagi-pagi aku dan mama sudah saling teriak-teriak. Mama sedang melayani orang yqng belanja di warungnya, sedangkan aku sedang memakai sepatu. Siap untuk berangkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status