Share

2. Bercocok Tanam

Athalla memasang jam tangannya yang ditaksir dengan harga yang cukup fantastis. Hari ini adalah rencana untuk pulang ke rumah orangtuanya Kanaya. Mengambil semua pakaian dari istrinya yang akan dibawa untuk ke rumah Athalla. Sedangkan istrinya masih tertidur dengan pulas.

Mencoba untuk mendekat dan menyentuh kepala istrinya. "Ay, ayo pulang!"

Saat istrinya sedang merenggangkan badannya lalu dia menjawab. "Jam berapa memangnya sekarang?"

"Sudah jam sepuluh pagi. Kita harus ke rumah kamu dulu. Papa kamu telepon aku."

Kanaya bangun lalu dengan posisi duduk menguap dengan lebar lalu menggaruk perutnya. "Lo udah siap-siap?"

"Panggil, Mas, Ay. Aku suami kamu. Harus sopan!"

"Najiiiis."

Istrinya malah meninggalkan ke kamar mandi. Tapi Athalla sama sekali tidak keberatan tentang istrinya yang pergi meninggalkan begitu saja. Sebagai seorang suami yang memang sudah lama sekali mengincar Kanaya, baru kali ini dia mendekati orangtua dari wanita itu sehingga berhasil merayu orangtuanya Kanaya untuk menikahkannya.

Pria itu masih duduk dengan santai memainkan ponselnya saat Kanaya keluar dengan handuk untuk mengambil pakaian pada koper. "Hadap sana!"

Athalla mengalah, memang Kanaya sulit sekali ditaklukkan.

Sejenak saat wanita itu kembali ke kamar mandi, Athalla mengambil dompternya Kanaya.

Sedangkan pada tembok yang ada di luar kamar mandi, Kanaya sembunyi saat melihat suaminya memasukkan uang ke dalam dompet. Ya, bisa dibilang Kanaya senang melihat uang sebanyak itu. Tapi untuk mencintai Athalla, jelas saja dia tidak bisa lakukan itu.

Semua barang sudah dimasukkan ke dalam koper. Pernikahan yang dijalani oleh Kanaya benar-benar sudah menjadi bencana terburuk bagi hidupnya. Apalagi waktu itu teman-temannya juga terkejut dengan pernikahan yang mendadak sekali. Bahkan ada yang menuduhnya hamil di luar nikah. Mana mungkin Kanaya bisa sebodoh itu menyerahkan tubuh kepada orang yang sama sekali belum tentu bisa hidup selamanya dengannya.

Sudah selesai dengan semua barangnya. Dia diajak pulang oleh suaminya. "Naik taksi aja. Kita pisah kendaraan. Nanti gue minta pacar gue jemput ke sini."

"Terserah." Jawab Athalla meski dia bisa menghilangkan nyawa dari kekasihnya Kanaya kalau dia sedang marah suatu saat nanti. "Jaga pacarmu, Ay. Kalau dia masih ganggu istriku, dia bisa aku jadikan umpan ikan hiu."

Kanaya mengangkat bogeman untuk Athalla. "Berhadapan sama dia sama saja lo berhadapan sama gue."

"Ya terserah. Toh aku suamimu, ingat derajat suami lebih tinggi daripada istri."

Athalla pergi terlebih dahulu tapi langsung dikejar oleh Kanaya. "Kenapa ikut?"

"Gue nggak berani sendirian. Nanti gue diculik."

"Nggak ada yang minat sih culik istriku."

"Apaan sih lo, wajib banget panggil gue istri lo!"

Tapi jujur saja kalau Athalla sendiri sudah tahu jika istrinya bisa marah dipanggil seperti itu.

Mobil jemputan sudah siap sampai membuat mata Kanaya melotot. "Lo lagi nggak bercanda, kan?"

"Apaan? Masuk! kita ke rumah kamu. Kalau bisa kita balik ke rumahku saja."

Kanaya yang di dalam mobil malah melihat interior di dalam mobil mewah ini. Athalla punya mobil impiannya Kanaya dengan Saka. "Lo yang punya?"

"Ya, kalau kamu mau pakai saja mobil ini jadi milik pribadi. Tapi harus tetap sama sopir sih."

Kanaya menyeringai. "Nggak bakalan, bro. Gue nggak mau pakai apa-apa milik lo ya. Lo ada maunya, jangan harap gue mau dikasih apa pun."

Pemikiran soal Athalla yang bisa saja jahat membuat Kanaya benar-benar sudah gila lantaran suaminya yang punya segalanya.

Tidak lama juga pria itu langsung mengatakan. "Ya, terserah kamu sih. Tapi aku lihat muka kamu terkelupas gitu, ya. Agak kelihatan kasar banget."

Kanaya langsung mengeluarkan cermin dari dalam tasnya lalu kemudian memperhatikannya. Benar yang dikatakan oleh Athalla kalau kulitnya butuh perawatan. "Mana jatah bulanan udah mulai menipis lagi," ocehnya pada saat bercermin.

"Butuh berapa juta perawatan, Ay?"

"Jangan panggil, Ay! Gue udah ingetin lo beberapa kali, ya."

Athalla merasa bodo amat.

Diperjalanan mereka bertengkar terus menerus. Tapi pria itu tidak hilang kesabaran, karena tahu bagaimana cara untuk membuat Kanaya tunduk suatu saat nanti. Membuat istrinya ini akan betah dengannya. Athalla adalah pria yang setia dan sudah memastikan bahwa Kanaya akan hidup bersamanya dan memiliki banyak anak nanti.

Sampai di rumahnya Kanaya, mereka berdua disambut oleh orangtuanya Kanaya.

"Gimana bulan madunya?"

Oh Tuhan. Jangan harap itu jadi kisah yang indah bagi Athalla, karena sudah jelas istrinya tidak mau disentuh lantaran masih kesal dengan pernikahan paksa itu.

Kanaya tetap ada di kamar sampai malam harinya tidak mau untuk melakukan semua pekerjaan di bawah membantu orangtuanya menyiapkan makanan.

Di dalam kamarnya Athalla juga ikut bergabung di sana waktu dia sedang menghubungi Saka. "Lo ngapain di sana?"

"Ya tidur. Aku nggak punya tempat tidur selain di sini."

"Di bawah!"

"Nggak, kamu istriku."

Beruntungnya sudah memutuskan sambungan telepon dengan Saka.

"Gila lo ya. Lo udah hancurin mood gue banget sejak nikah."

Tapi mana peduli dia dengan omelan istrinya. Athalla mengayunkan kartu kreditnya. "Sebenarnya aku mau kasih ini ke kamu, Ay. Kamu bisa belanja sepuasnya. Bahkan untuk satu unit mobil atau rumah pun kamu bisa beli pakai ini."

Mata Kanaya melotot mendengar ucapan itu dari suaminya. "Apa lo sudah gila?"

"Nggak, ini perawatan kamu sih, Ay. Kamu harus cantik. Soalnya kamu istriku, istri cantik dan terawat adalah keberhasilan suami bikin istrinya bahagia."

Setengah sebelas malam Kanaya mematikan lampu kamarnya dan memilih tidur memunggungi Athalla. "Ay, belum tidur?"

"Belum. Kenapa? Pengen minum?"

"Nggak, cuman nanya. Kamu belum ngantuk?"

"Kayaknya mau nonton film."

"Filmnya bagus? Aku temenin?"

"Nggak usah. Lo tidur aja dulu. Besok lo kerja!"

"Ay, kalau kamu nggak ngantuk. Bercocok tanam, yuk!"

Kanaya membuka selimutnya dan menoleh ke arah pria yang super bawel di sebelahnya. "Lo nggak ada sawah ya di sini. Jangan minta aneh-aneh. Tengah malam bercocok tanam, lo sinting."

"Ya maksud aku bercocok tanam berdua, Ay. Bikin anak, kamu mah gitu aja nggak paham."

Padahal Athalla sudah berusaha untuk mencari bahan pembicaraan agar tidak terlalu kaku. Tapi malah membuat Kanaya tertawa sampai keras begitu lantaran ucapan Athalla barusan. "Sialan, gue kira bercocok tanam di sawah."

"Ya kan bercocok tanam di kamu. Kita sudah nikah, nggak masalah kan."

"Nggak deh. Lo tidur aja. Gue lagi nggak mau apa-apa, ya."

"Ay, dosa tahu nolak suami."

"Gimana gue mau layani lo, Athalla. Lo baru gue kenal beberapa waktu lalu. Terus sekarang minta begituan. Yang ada gue ngerasa diperkosa sama lo."

"Ya udah aku perkosa aja kalau gitu."

Kanaya loncat dari tempat tidurnya segera menyalakan lampu karena terkejut dengar ucapan pria itu. "Lo jangan bikin gue trauma sekamar sama lo, ya."

"Lagian kamu ngomongnya sembarangan. Aku ini suami kamu. mana mungkin sih perkosa kamu gitu aja. Kita nggak boleh lakukan hal yang nggak masuk akal. Apalagi suami istri yang berbuat tidak-tidak seperti itu."

Tapi sampai detik ini Kanaya masih enggan untuk disebut sebagai istri oleh pria itu. Apalagi menyebutkan kata cocok tanam sudah membuat otak Kanaya rusak. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status