Acara Tahlilan malam pertama atas meninggalnya almarhum suami Almira itu digelar sesudah sholat Maghrib.
Tamu - tamu berdatangan ke rumah Almira untuk ikut serta mendoakan agar almarhum Putra diterima di sisinya dan diberi ampunan atas segala dosa - dosanya.
Semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai orang yang baik dan ramah pada tetangga dan para sahabatnya. Maka tak heran para petakziah itu pun rela datang dan duduk berdesak - desakkan di ruang tamu.
Almira dan Bilal duduk bersama dengan para petakziah itu. Wajah ibu dari Bilal itu pucat dan terlihat tidak bersemangat. Sedang Bilal yang bingung dan belum mengerti apa yang sedang terjadi digendong dan dijaga oleh neneknya, yaitu ibu Almira.
Setelah acara selesai, dan tamu - tamu sudah berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing, keluarga besar pun berkumpul dan menanyakan pada Almira mengenai rencana selanjutnya. Apakah dia akan ikut pulang kembali ke kampung halamannya, atau untuk sementara waktu masih tinggal di rumah peninggalan suaminya itu.
"Bagaimana nak, apakah Mira mau ikut pulang dengan kita ke kampung? Atau Mira masih mau tinggal disini?"
"Mira masih mau tinggal di sini yah, Mira masih ingin dekat dengan papanya Bilal walau hanya pusaranya saja yang bisa Mira ziarahi" ucap Almira sedih.
Keluarga yang mendengar keinginan Almira yang belum mau ikut pulang bersama mereka itu memaklumi keadaannya. Andai mereka yang mengalami keadaan seperti Almira, pasti jawabannya pun akan sama.
"Baiklah, ayah serahkan segala keputusan hanya padamu nak. Mudah - mudahan keputusan yang kamu ambil ini adalah keputusan yang terbaik bagi kalian berdua."
*************
Hidup tanpa suami mulai dijalani oleh ibu satu anak itu dengan tabah dan ikhlas. Sementara keluarga terdekat sudah kembali ke kampung halamannya. Tinggalah Almira hanya berdua saja dengan Bilal sang putra di rumah itu.
Almira merasa hidupnya terasa berat diawal kesendiriannya. Biasanya ada yang menggendong anaknya sementara dia mengerjakan pekerjaan lain di rumah, biasanya dimalam - malam yang dingin sang suami selalu memeluk dirinya dan memberinya kehangatan, namun kini ia hanya bisa tergugu kelu saat terbangun di tengah malam dan mendapati dirinya hanya seorang diri tanpa kekasih hatinya lagi.
Dikeheningan malam, di dalam Sholatnya Almira bersimpuh dan berdoa," Ya Allah Ya Robb, kuatkanlah hati hamba menerima cobaan ini. Ada amanah dari suami hamba yang harus hamba jaga dan pelihara, semoga hamba selalu Istiqomah dijalanmu Ya Allah, Amin Yaa Robbil Aalamiin."
Tak terasa meneteslah air mata di kedua pipi perempuan itu. Dipandanginya buah hati belahan jiwa dirinya dan almarhum suaminya seraya berkata, "Aku tidak boleh lemah! Aku harus kuat. Mama janji ya sayang, mama akan selalu menjagamu di setiap detak jantung mama."
**********
Sudah lebih dari tiga bulan Almira menyandang status janda, status yang tak pernah ia minta. Namun harus ia terima dengan rela.
Almira merasakan perubahan sikap dari para tetangga yang berada di sekeliling rumahnya.
Pernah suatu waktu Ia hendak pergi ke pasar membawa Bilal sambil berjalan kaki, dan tanpa sengaja berpapasan dengan mobil milik tetangga di sebelah rumahnya yang ternyata adalah suami istri yang bernama pak Harun dan bu Harun. Pak Harun menyapa Almira dan berkata, "Mau kemana mbak? Ayo ikut, kita juga mau ke pasar." ucapnya pada Almira.
Tiba - tiba bu Harun langsung berkata, "Maaf mbak Almira, saya minta mulai sekarang kamu harus menjaga sikap. Kamu itu seorang janda, tidak baik mengganggu suami orang!" ucap istrinya ketus.
Deeeeggg!!!, serasa ada ribuan batu yang menghantam dada perempuan itu. Sakit, rasanya dipermalukan seperti itu. Apa salahnya kalau ia janda, toh dia bersikap dan bertutur kata masih dalam batas yang wajar.
"Maaf ibu Harun yang terhormat, saya memang janda. Tapi saya masih punya harga diri, ibu lihat sendiri tadi! Bapak lah yang menegur saya terlebih dahulu dan menawari saya untuk ikut menumpang di mobil kalian!"
"Ya kenapa, jangan mentang - mentang kamu cantik bisa seenaknya tebar pesona sama suami orang. Tau nggak, ibu - ibu disekitar sini sudah pada resah dengan adanya kamu. Mereka takut nanti suaminya pada kecantol sama kamu, dasar janda g....l kamu ya!"
"Saya memang janda bu Harun, terus kalau saya cantik kenapa bu. Bilang sama ibu - ibu yang lain jangan takut, saya tidak akan merebut suami mereka bu. Kalau kalian tidak suka dengan keberadaan saya di sini baiklah, saya akan pergi jauh - jauh dari sini!" ucap Almira sambil menahan air matanya yang nyaris tumpah.
Lalu ia berbalik pulang ke rumah meninggalkan keduanya yang memandang Almira tanpa rasa bersalah.
Sampai di rumah, ia menangis sejadi - jadinya dan Bilal pun ikut - ikutan menangis melihat mamanya bersedih. Sepertinya anak laki - laki itu merasakan kepedihan yang dirasakan oleh ibunya.
Almira teringat omongan bu Harun yang menyakitkan hatinya tadi, pantas saja sikap ibu - ibu yang tinggal di sekeliling rumahnya berubah akhir - akhir ini. Kini ia tahu jawabannya, ya karena dia adalah seorang janda. Janda cantik yang ditinggal mati oleh suaminya. Janda cantik yang selalu dilirik oleh para pria. Baik yang beristri, bujangan, maupun yang berstatus duda. Janda cantik sang Primadona.
Kemudian ia meraih ponselnya yang berada di atas meja di sisi tempat tidur.
Ia akan menghubungi kedua orang tuanya sekarang. Ia ingin pulang ke kampung halamannya. Keberadaannya di sini hanya membuat para ibu resah dan gelisah.
Tak lama kemudian terdengar suara dari seberang sana, " Assallamualaikum bu, apa kabar? Mira mau mengabarkan bahwa Mira akan pulang besok naik angkutan umum. Mungkin tidak akan kembali kesini karena Mira akan pindah dari sini bu."
"Waallaikumsallam, Almira kabar ibu, ayah, dan adikmu alhamdulillah sehat nak. Kamu mau pindah kesini? Memang kenapa nak, ada masalah disana?"
Almira tidak ingin menambah beban di hati kedua orang tuanya. Dia sengaja tidak menceritakan permasalahan yang sebenarnya.
"Tidak kok bu, Mira di sini baik - baik saja. Hanya saja kami berdua mulai merasa kesepian, makanya Mira memutuskan pindah dari sini dan balik ke rumah lagi." jawabnya sedikit berbohong.
" Baiklah kalau itu keputusanmu, ibu senang sekali kamu mau kembali ke rumah. Hati - hati di jalan, salam buat cucu ibu!"
Kemudian sambil meletakkan ponselnya kembali di atas meja, Almira memeluk tubuh mungil anaknya sambil menangis terisak - isak dan menumpahkan segala beban yang menghimpit di dadanya.
Besok dia akan pulang ke rumah orang tuanya, meninggalkan semua kenangan indah dulu bersama suaminya, dan meninggalkan suami tercinta yang hanya tinggal pusara dan telah kembali keharibaan Sang Pencipta.
"Selamat tinggal duhai kekasihku sayang, aku akan selalu mencintai dan mengenangmu hingga ujung usiaku. Insya Allah kita akan bertemu di syurganya nanti."
Deghhh!Jantung Almira berdetak lebih cepat. Ia hanya tak menyangka ada lelaki yang berani menggodanya dan membuat ia salah tingkah."Almira..." ucapnya menyambut jabatan tangan lelaki itu dan menyebutkan namanya."Hmmmm... Nama yang cantik secantik orangnya.""Ehem, ehem, Robi ini Almira sahabatku!"Windi pun memperkenalkan sahabatnya itu kepada Robi teman sang suami. Sementara tatapan mata Robi tak lepas dari Almira. Seolah hendak menelanjanginya. Perempuan itu merasa jengah, pipinya bersemu merah. Untunglah Windi memperkenalkan ia dengan temannya yang lain. Sehingga rasa malunya dapat segera hilang.Mereka terlibat pembicaraan yang hangat disertai dengan canda dan tawa. Suara pembawa acara mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Windi mengajak Almira menuju panggung dimana telah berkumpul Ryuga beserta tamu undangan lainnyaAcara resmi ulang tahun Ryuga dimulai. Acara dibuka dengan kata sambutan dari tuan rumah. Suami dari Windi itu pun mulai menyampaikan kata sambutannya. D
Hari itu Almira disibukkan dengan berbelanja barang- barang yang dibutuhkan untuk memulai bisnis onlinenya. Semula ia menghubungi teman lamanya yang sudah lama membuka bisnis onlinenya. Terutama yang menyangkut dengan fashion. Ia adalah teman sewaktu Almira sekolah dulu. Dan kini sukses merambah bisnis pakaian. Mulai dari dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balita dan bayi. Namanya Windi. Ia mempunyai toko sendiri. Nama tokonya adalah Istana Fashion. Dari Windi Almira banyak belajar mengenai bisnis toko online dan bagaimana bisa menarik pelanggan. Alhamdulilah! Setelah beberapa bulan kemudian, toko onlinenya semakin maju dan berkembang pesat. Orderan onlinenya semakin banyak. Ia semakin disibukkan oleh permintaan pelanggan. Terutama jenis pakaian wanita dewasa dan remaja. Almira bekerja dari rumah, selain bisa mengurus rumah, ia juga bisa mengurus ketiga buah hatinya. "Wind, makasih ya...berkat bantuan kamu toko online yang aku kelola lumayan maju." 'Oh iya Mira sama-sama aku senang
Suara adzan Subuh berkumandang, membangunkan Almira dari mimpi indahnya. Namun cuaca yang begitu dingin di pagi ini serta merta membuat dirinya menarik kembali selimut yang menutupi tubuhnya. "Wah sudah pagi, aku harus segera bangun karena aku tidak mau terlambat untuk mengurus pencairan asuransi nanti." Lalu ia segera bangkit dan berdiri, meletakkan selimut dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Brrrrrrr! Dinginnya sampai menusuk ke tulang. Samar-samar ia mendengar suara air hujan yang jatuh di atap rumah. Tik...! Tik...! Tik...! Ternyata sedari semalam hujan turun deras sekali. Namun karena merasa capek dan lelah sekali ia pun tidur nyenyak. Sehingga tak mendengat suara hujan yang turun tadi malam. Perlahan ia mengambil mukena dan langsung memakainya. Kemudian mengerjakan sholat Subuh dengan khusy
Suasana sibuk sekali malam itu. Para tetangga berinisiatif dan bahu membahu mempersiapkan segala keperluan untuk acara Tahlilan nanti. Ada yang menggelar tikar, menyapu rumah, mempersiapkan sound system, dan membentuk petugas-petugas yang akan bertugas nanti. Mulai dari MC, Qori, petugas peribadatan, dan doa. Sementara itu ibu-ibu warga komplek pun tak ketinggalan mempersiapkan snack atau konsumsi yang akan dihidangkan untuk para petakziah nanti. Hmmmmm! "Alhamdulilah ya Allah aku dikaruniai dan dikelilingi oleh tetangga dan teman-teman yang dengan rela mau menolong dan membantuku"gumam perempuan itu. Matanya sibuk mencari-cari keberadaan ibunya. Oh itu dia! Ibunya sedang menggendong Siska sambil mengobrol dengan tetangga lain. Ia pun berjalan dan mendekati ibunya dan berkata, "Almira, sudah sana nggak usah sibuk-sibuk! Kamu duduk saja di ruang tamu sambil menerima tamu yang d
Ketika ia tersadar dari pingsannya, Ia pun melihat rumahnya ramai sekali. Dan terdengar para tamu yang datang membaca surah Yasin, Almira bingung dan bertanya pada ibu - ibu yang berada di dekatnya. "Ada apa ini bu, kok ramai sekali?" "Mbak Mira yang sabar ya, ini musibah mbak." "Musibah? Musibah apa bu?" Ia hampir saja berteriak. "Ia suami mbak Almira meninggal dalam kecelakaan tadi sore." "Ya Allah Ya Tuhanku!" "Mas Firman...!" "Huuu...! Huuu...! Huuu!" Almira pun menangis sesunggukkan ia tak menyangka harus kehilangan lagi suami tercinta. Terulang kembali luka lama sama seperti ia kehilangan suami pertama yaitu Putra. " Anak - anak saya kemana bu, kok nggak ada?" "Oh anak - anak mbak Mira ada tuh diasuh dan diungsikan ke rumah sebelah, kasihan nggak bisa tidur yang kecil mbak " Perlahan Almira mencoba bangkit dari tidurnya ia ingin melihat suaminya itu untuk yang terakhir kalinya. Dan ke
Almira mencoba melangkah masuk ke dalam rumah, sambil meringis menahan sakit ia pun berbicara sendiri. " Aduh! Mas Firman kemana sih? Kok lama amat. Perutku sakit mas, kamu kemana mas?" Sambil berjalan masuk ke rumah ia mencoba berpegangan dengan benda - benda apa saja yang di pegangnya. Dan akhirnya ia duduk di sofa ruang tamu sambil mengelus - elus perutnya yang terasa sakit itu. Ia pun membaca doa - doa yang ia bisa sambil terus berharap suaminya segera datang. Tak lama kemudian terdengar deruman mesin mobil masuk ke halaman rumah. Firman datangdengan tergopoh - gopoh, kemudian ia langsung mencari - cari dan memanggil nama istri tercintanya itu. "Sayang ...! Kamu dimana ini aku sayang?" Tak terdengar jawaban. Ia pun mulai merasa khawatir dan cemas. "Almira ...!" "Aku disini mas!" Firma