Share

Cinta Satu Malam dengan Berondong
Cinta Satu Malam dengan Berondong
Author: Salwa Maulidya

Pertemuan Pertama

Alunan musik disc jockey memekakan telinga Meira yang tengah duduk sembari menikmati vodka yang ia pesan. Duduk di bartender dengan suasana hati yang sedang kacau.

“Raffael gilak! Kalau emang udah gak mau sama gue, gak usah nikahi gue. Bangsat!”

“Woah!”

Meira terkejut kemudian menoleh ke samping kiri di mana seorang lelaki yang jauh lebih muda darinya duduk.

“Boleh duduk di sini?” tanya Daniel—pria berusia dua puluh empat tahun itu.

Meira mengangguk canggung. “Kamu sudah duduk.”

“Kenapa dengan Raffael?” tanyanya sembari meneguk vodka milik Meira. “Daniel. What’s your name?”

Meira menaikan kedua alisnya. “Kamu … ingin kenalan denganku? Tampangnya masih muda, tapi malah menggodaku.”

Daniel terkekeh pelan. “Gak masalah, kan? Gak ada yang larang pun. Dulu juga pernah heboh. Anak remaja menikahi nenek-nenek tua.”

Meira tertawa kemudian menyurai rambut panjang nan lebat miliknya itu. “Lucu juga,” ucapnya dengan pelan.

“Namanya siapa, Mbak?” tanyanya lagi sembari menerbitkan senyumnya.

Meira menoleh dan menatap lelaki itu. “Bisa temani aku malam ini?”

“Sure! Sampai pagi pun aku siap, Mbak cantik. Asalkan beri tahu dulu, nama kamu siapa.”

“Meira. Meira Maurent.”

“Nama yang indah, Mbak Meira.”

Meira mendehem pelan. “Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Daniel?”

Pria itu mengendikan bahunya. “Mumet, dengar orang tua berantem terus tiap hari. Tapi, gak pernah mau pisah. Dengan alasan anak. Padahal aku sendiri masa bodoh, mau mereka pisah pun itu bukan urusanku.”

Meira manggut-manggut dengan pelan. “Butuh penghiburan, dong?”

“Bisa jadi. Thanks, for your drink. Aku ambilkan yang baru.” Daniel lalu memanggil sang barista untuk mengambilkan satu botol vodka dan satu gelas untuknya.

“So! Siapa Raffael?” tanyanya ingin tahu.

Meira menuangkan minuman itu ke dalam gelas miliknya. “We are will married, but … dia menghamili wanita lain. Yang ternyata akulah, selingkuhannya.”

“Oh my God. It’s so hurt.”

“Ya. Aku harus menghadapi orang tuaku dan mengatakan yang sebenarnya. Pernikahan itu batal dan aku, jadi single lagi.”

Daniel menatap wajah Meira dengan lekat. “Tapi, raut wajahmu tidak memperlihatkan jika kamu menyesal, telah berpisah dengannya. Why?”

Meira mengusapi ceruk lehernya kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Bisa pesan kamar sekarang juga?” pintanya kemudian.

Daniel menaikan alisnya sebelah. Tampak dari raut wajahnya jika perempuan itu sudah terpengaruh oleh minuman.

“Okay!” ucapnya kemudian menyunggingkan senyum dan memesan kamar untuk membawa perempuan ini ke sana.

‘So funny. Maybe, dengan cara ini, dia bisa melupakan lelaki itu,’ ucapnya dalam hati.

“Di mana, Bro?” Ezra—sahabat dengan Daniel menghubunginya.

“Bar, dekat dance floor. Ada yang lagi butuh pelampiasan. Cantik, dan menggemaskan.”

“Hah? Gila lo! Mentang-mentang baru putus, udah dapat mangsa lagi aja. Gak usah ngadi-ngadi kalau cuma buat pelampiasan nafsu doang, Daniel.”

“No, no, no! Tentu saja bukan. Kali ini gue serius. She is so cute, and … beautiful. Dan umurnya kayaknya lebih tau dia. And i like a old women.”

Ezra tertawa di seberang sana. “Okay, okay. Dari dulu juga lo gak pernah pacarana sama yang lebih muda dari elo. Have fun. Jangan lupa besok main basket.”

Daniel menutup panggilan tersebut kemudian menatap Meira kembali. “Mei?” panggilnya kemudian.

Meira menoleh kemudian tersenyum miring. “I wanna play tonight. Kepalaku, ouugh! Pening sekali.” Meira memegang kepalanya kemudian mengembungkan pipinya.

“Aku ambil kunci kamarnya dulu,” bisik Daniel tepat di telinga Meira.

Ia kemudian beranjak dari duduknya dan pergi menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar yang sudah ia pesan.

Tak lama setelahnya, ia menarik tangan Meira dan membawanya ke dalam lift menuju lantai dua.

Di dalam club yang cukup gelap tak bisa melihat dengan jelas, wajah cantik wanita itu. Namun, akhirnya Daniel bisa melihat wajah Meira setelah masuk ke dalam lift.

“You look so beautiful, Meira. Kamu harus jadi milikku,” gumam Daniel sembari mengusapi bibir merah Meira.

Perempuan itu menoleh pelan. Wajah Daniel sudah berbayang ia lihat. Kepalanya sudah benar-benar pusing akibat alkohol yang ia minum tadi.

Sesampainya di dalam kamar. Daniel langsung meraup bibir perempuan itu dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

“Slow down,” pinta Meira kepada Daniel.

“No, Baby! Bukankah ini, yang kamu inginkan?” bisik Daniel dengan suara beratnya.

Meira mengatur napasnya yang terengah-engah. Daniel kembali meraup bibir perempuan itu dengan tangan meremas gundukan kenyal milik Meira.

Hingga membuat perempuan itu mengerang kenikmatan. Cumbuan itu semakin menjadi. Daniel semakin menginginkan Meira yang tengah berada di atas tubuhnya.

“Aku menginginkanmu setiap hari, Meira. Bisakah kita melakukan ini lagi?” Daniel sudah meracau tak jelas.

Sementara Meira tak kuat menahan desahan yang terus ia keluarkan bersamaan dengan tangan Daniel yang terus meremas gundukan kenyalnya itu.

“Do it! Ough!” Meira membuka mini dress yang ia kenakan. Pun dengan Daniel. Membuka seluruh pakaian yang ia kenakan.

Kesadaran Meira mulai pulih. Ia kemudian mengerutkan keningnya menatap Daniel yang tengah menyunggingkan senyum kepadanya.

“Daniel? Kamu … yang tadi kenalan di bar tadi, kan?” tanya Meira sembari menunjuk wajah Daniel.

Lelaki itu mengangguk. “Ya. Siapa lagi, kalau bukan aku? Kamu berharapnya siapa, hum?”

Meira menggeleng pelan. “Sorry. But, kenapa kamu melakukan ini? Oh! Sorry. Aku, kalau mabuk memang selalu melantur.”

“It’s okay, it’s okay. Aku juga menginginkanmu. Santai saja.”

Meira menelan salivanya. Bahkan keduanya sudah tidak mengenakan apa pun. Namun, Meira tampak canggung sebab lelaki yang ada di depannya ini baru ia kenal beberapa jam yang lalu.

Namun, sudah membuatnya sampai pada puncaknya. Meira sedikit malu, dan sangat menyesali prilaku mabuknya yang selalu mengajak bercinta. Begitulah Meira.

Daniel kemudian mengadahkan kepala Meira dengan memegang dagu lancip perempuan itu. Kembali meraup bibir itu dengan lembut, membiarkan Meira tahu, bila dirinya sangat menginginkan tubuh Meira.

“Come on! Kita sudah sama-sama tahu, right?” bisik Daniel sembari menatap dengan sangat dekat wajah wanita itu.

Meira mengangguk pelan. “Do it,” ucapnya dengan pelan.

Satu jam berlalu ….

Daniel menyelesaikan permainan itu kemudian mengeluarkan cairan putih itu di atas perut Meira sebab ia tak mengenakan pengaman.

Meira kemudian duduk di samping Daniel yang baru saja membersihkan bekas cairan itu dengan tissue yang tersedia di sana.

“Mau tidur di sini, atau pulang ke apartemenku?” tanya Daniel sembari menatap wajah perempuan itu.

“Boleh, memangnya?”

“Sure! Itu rumah keduaku, jika Mommy dan Daddy sedang bertengkar.”

“Kamu anak tunggal?” tanyanya ingin tahu.

“No! Anak sulung, aku punya dua adik. Dan mereka kembar. Vallery dan Viona, usianya baru dua puluh tahun dan masih kuliah di semester empat.”

Meira manggut-manggut dengan pelan. “Kalau begitu, pakai bajumu. Aku tidak pernah menginap di tempat seperti ini.”

“Okay!” Daniel lalu memunguti pakaiannya dan langsung memakainya kembali.

Setibanya di apartemen mewah itu. Meira mengedarkan matanya melihat betapa luasnya apartemen tersebut.

“Kamu, sendirian … tinggal di sini?” tanya Meira ingin tahu. “Dan permainanmu tadi sangat lihai. Itu artinya, bukan kali pertama, kamu lakukan itu dengan wanita?”

Daniel menghela napasnya dengan panjang. “Mau es jeruk?”

“Boleh. Dan jawab pertanyaanku.”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
maira kamu kalau mabuk bahaya ya kalau dtinggal sendirian sukanya ngajak ngamar aja kamu.........
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
si maira jadi mangsa adek Daniel ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status