Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.
Klik
Lampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.
“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.
&l
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia