Share

Bab 4

Author: Deandra
Richelle hanya merasa kepalanya berdengung keras. Otaknya benar-benar berhenti bekerja pada saat itu. Dia tahu apa arti masuk ke kamar hotel bersama seseorang, tetapi dia tidak ingin menebak.

Dalam hatinya masih ada sedikit harapan. Mungkin Dave hanya mengantar Stevie kembali ke kamar?

Dia berjalan sampai ke depan pintu kamar. Namun, ketika dari balik pintu terdengar suara keduanya, suara napas tertahan yang tak bisa disembunyikan dan suara air yang seolah-olah penuh keintiman, harapan itu lenyap seketika.

Richelle tidak menerobos masuk. Dia sudah cukup menyedihkan, jadi tidak ingin membuat dirinya semakin terpuruk.

Sambil menutup mulut dengan tangan, dia menahan tangisan yang hampir pecah, lalu terhuyung-huyung melarikan diri dari hotel.

Malam itu, Richelle duduk di sofa menatap ke luar jendela. Dia terdiam sepanjang malam. Di kepalanya terus muncul bayangan tentang apa yang mungkin terjadi di kamar itu setelahnya, membuat hatinya sakit sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Keesokan harinya, Dave baru pulang ke rumah. Pakaian di tubuhnya kusut parah. Ada noda cairan yang tidak jelas dan seluruh tubuhnya berbau parfum Stevie.

Mata Richelle merah karena semalaman tidak tidur. Dia menatapnya dan berkata pelan, "Kamu tidur dengan Stevie semalam."

Gerakan Dave yang sedang melepas dasi terhenti sejenak. Kemudian, dia membuka mulut. "Maaf, aku tahu ini salahku. Tapi semalam dia terminum sesuatu. Efek obatnya kuat dan hanya aku yang bisa membantunya ...."

"Tapi kalian tetap tidur bersama. Kamu masih ingat kalau kamu punya tunangan?" Suara Richelle bergetar. Tubuhnya gemetar saat berjalan mendekati Dave.

Dave yang tidak tidur semalaman merasa kepalanya berat dan kesabarannya pun menipis. "Aku sudah bilang aku hanya membantu. Dan itu hanya sekali. Jangan berpikir terlalu banyak. Aku pasti akan menikahimu. Pernikahan akan segera diadakan, jadi jangan membuat masalah."

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan pergi dari rumah, seolah-olah tidak ingin menghadapi Richelle yang menurutnya sedang bersikap tidak masuk akal.

Pintu tertutup dengan keras. Richelle terjatuh ke lantai tanpa tenaga. Air mata mengalir tak terkendali. Namun, entah kenapa dia malah tertawa.

Dia merasa dirinya benar-benar bodoh. Sudah tahu Dave hanya memiliki rasa tanggung jawab terhadapnya, tetapi dia masih berharap akan sesuatu.

Entah sudah berapa lama duduk di sana, akhirnya dia seperti mayat hidup yang berjalan menuju kamar dan terlelap begitu saja.

Richelle terbangun karena ditarik paksa oleh Dave. Dia menyeretnya keluar dari rumah dan memasukkannya ke mobil, tanpa peduli seberapa keras Richelle berusaha melepaskan diri.

"Dave! Apa yang kamu lakukan?"

Mobil melaju kencang. Suara Dave gelap dan dingin. "Kamu tanya aku ngapain? Aku sudah bilang jangan bikin keributan! Kenapa kamu memotret dan menggunakan foto ranjang untuk mengancam Stevie?"

Richelle kebingungan. "Aku nggak melakukan hal seperti itu!"

"Kalau bukan kamu, siapa lagi? Siang ini Stevie meninggalkan surat pengunduran diri, lalu naik ke atap gedung! Kalau sampai dia kenapa-napa, aku nggak akan memaafkanmu!" Dave menggertakkan giginya dengan penuh amarah dan kebencian.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Richelle ditarik ke atap. Di sana, tampak Stevie sedang duduk di tepi, tampak rapuh dan putus asa.

Orang-orang yang ingin melihat sudah diblokir di bawah, jadi di atap hanya ada mereka bertiga.

Dave menatap Stevie dengan cemas. Suaranya lembut. "Stevie, aku sudah membawanya ke sini. Dia akan berjanji nggak akan menyebarkan foto-foto itu. Turunlah, di atas sana sangat berbahaya."

Dia sama sekali tidak memberi Richelle kesempatan untuk menjelaskan, menuduhnya begitu saja. Hatinya terasa seperti ditusuk jarum berkali-kali.

"Aku sudah bilang bukan aku pelakunya," kata Richelle dengan dingin.

Stevie berdiri. Matanya dipenuhi kesedihan saat berujar, "Dokter, setelah foto-foto itu tersebar, reputasiku pasti hancur. Lalu apa gunanya aku hidup?"

Dave panik luar biasa. Sambil menarik Richelle, dia perlahan mendekat. Suaranya bergetar. "Stevie, jangan bertindak gegabah. Aku nggak akan membiarkan foto itu tersebar ...."

Dia menenangkan Stevie sambil terus mendekat, hingga hanya berjarak dua langkah.

Saat Stevie sedikit lengah, Dave langsung melepaskan Richelle dan menarik Stevie ke dalam sisi atap. Namun, tubuh Richelle yang tertabrak kehilangan keseimbangan dan jatuh dari lantai empat.

Segalanya terasa melambat. Pemandangan Dave yang panik dan memeluk Stevie erat di pelukannya sungguh menusuk mata Richelle.

Richelle jatuh bebas. Dia menatap langit biru di atas sana, memejamkan matanya dengan putus asa.

Rasa sakitnya jauh lebih menyiksa daripada yang dia bayangkan. Bahkan air matanya pun belum sempat jatuh sebelum kesadarannya hilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 20

    Saat Richelle membantu Stanley turun dari lantai atas, Dave berjalan masuk dengan penampilan yang berantakan. Dia terpaku menatap Richelle dari bawah tangga.Pemandangan itu terasa sangat familier. Dulu, Richelle juga sering membantu Stanley turun tangga seperti ini. Dalam sekejap, Dave merasa semua yang terjadi sebelumnya hanyalah mimpi, bahwa Richelle masih di sini, bahwa tidak ada yang berubah, bahwa mereka masih punya masa depan bersama.Kalau dulu, Richelle pasti akan langsung menatapnya, tersenyum, dan menyapanya dengan lembut. Namun kenyataannya, tidak peduli seberapa tajam pun pandangan Dave tertuju padanya, Richelle kini memperlakukannya seperti udara.Segalanya memang sudah terjadi. Dia tidak akan kembali. Mereka memang tidak mungkin bersama lagi.Kesadaran itu membuat dada Dave seolah-olah tertusuk oleh pisau tak kasatmata. Setiap tarikan napas terasa menyayat hati.Saat makan malam, Dave duduk di hadapan Richelle. Tatapannya tak terlepas darinya, bahkan dia sempat ingin men

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 19

    Seperti biasanya, Ryker mengantar Richelle pulang. Namun entah kenapa, malam itu terasa berbeda baginya.Saat turun dari mobil, Ryker menyerahkan sebuah kotak hadiah kepadanya. "Hadiah ulang tahun."Dari gerbang kompleks menuju ke lobi apartemen, langkah kaki Richelle sedikit lebih cepat dari biasanya. Dia tidak sabar ingin segera membuka hadiah itu.Namun, begitu sampai di bawah, pandangannya tiba-tiba membeku. Dave berdiri di sana.Pria itu berdiri agak jauh, menatapnya. Di tangan Dave ada kue dan sebuah hadiah. Dia berjalan mendekat perlahan, lalu dengan gugup menyerahkan kotak di tangannya.Suaranya serak saat berkata, "Selamat ulang tahun, Richelle. Aku pernah bilang, setiap kamu ulang tahun, aku akan menemanimu. Syukurlah, kali ini aku nggak terlambat."Memang benar, dulu setiap ulang tahun Richelle, Dave tidak pernah absen. Bahkan ketika sibuk dengan jadwal operasi seharian, Dave tetap akan menyempatkan diri datang dan merayakannya bersamanya, meskipun itu berarti Dave harus ber

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 18

    Setelah mengantar Helan pulang, Richelle kembali ke rumahnya. Selesai mandi dan mengganti pakaian, dia berbaring di tempat tidur. Namun, begitu mengingat kata-kata cinta yang keluar dari mulut Dave, dia tak bisa menahan diri dan kembali tertawa.Dave bilang mencintainya. Pria itu benar-benar merendahkan arti dari kata "cinta".Keesokan harinya, tidak ada jadwal pertunjukan. Latihan yang seharusnya dilakukan juga dibatalkan. Richelle membaca pengumuman di grup, lalu meletakkan ponselnya di samping, menatap langit-langit. Dia baru sadar selain latihan dan tampil, dirinya sepertinya tidak punya hal lain untuk dilakukan.Ketika rasa hampa itu baru saja muncul, Ryker menelepon. "Hari ini nggak ada latihan, 'kan? Aku jemput kamu, kita jalan-jalan."Richelle berpikir sebentar. Karena memang tidak ada yang perlu dikerjakan, akhirnya dia menyetujui. Dia bangkit perlahan dari tempat tidur, menyiapkan diri, dan turun. Saat sampai di bawah, Ryker sudah menunggu di depan.Dia sedikit tertegun, lalu

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 17

    Richelle berhenti dan berbalik. Suaranya datar saat bertanya, "Apa Paman Stanley yang menyuruhmu mencariku?"Karena selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain.Dave tertegun mendengar itu, lalu buru-buru menjelaskan dengan panik, "Bukan ... aku sendiri yang ingin mencarimu.""Apa yang kamu mau?" Richelle mundur selangkah, nada suaranya dingin.Melihat wajah Richelle yang asing dan berwaspada, hati Dave terasa seperti disayat. Pahit dan sesak memenuhi dadanya. Matanya dipenuhi kesedihan dan permohonan. "Richelle ... ayo ikut aku pulang. Aku ....""Mau balas budi lagi?" sela Richelle dengan tatapan dingin. "Nggak perlu. Kalian sudah melunasi budi itu. Pergilah. Kita sudah lama nggak saling berutang apa pun."Setelah berkata begitu, dia melangkah melewatinya dan hendak pergi, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditangkap oleh tangan besar."Bukan untuk balas budi!" Dave buru-buru menahannya. Suaranya penuh kecemasan. "Aku cuma benar-benar ingin kamu kembali. Aku terlalu bodoh. S

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 16

    Karena orangnya terlalu banyak, mereka pun dibagi menjadi dua mobil. Richelle dan Helan naik mobil Ryker, sementara yang lain memanggil taksi sendiri.Karena mudah mabuk perjalanan, Richelle duduk di kursi penumpang depan. Sementara di kursi belakang, Helan masih sibuk melihat ke luar jendela sambil berseru riang, "Cowok tadi ganteng banget ya! Walaupun kelihatan agak lesu, tetap saja ganteng! Aku ingin minta kontaknya deh!"Richelle diam saja tanpa menanggapi. Ryker yang memperhatikan keheningannya justru menimpali, "Sudah deh, kamu bisa diam nggak? Orang yang kamu bilang ganteng itu paling nggak sudah 99 dari 100 orang yang kamu lihat. Aku juga heran gimana cara matamu bekerja."Seketika, perhatian Helan langsung teralihkan. Dia malah sibuk berdebat dengan Ryker, melupakan Dave sepenuhnya.Sementara itu, Richelle menatap ke luar jendela, melihat bayangan pepohonan yang bergeser cepat ke belakang. Di benaknya terus terngiang suara Dave tadi. Dalam suaranya tidak ada sedikit pun nada t

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 15

    Setelah operasi selesai, Richelle tinggal di rumah sakit selama beberapa hari sebelum akhirnya keluar. Suaranya pun pulih seperti sedia kala.Secara kebetulan, dia kemudian bergabung dengan sebuah band, di mana ada seorang gadis muda bernama Helan yang sangat menyukainya. Bahkan Helan yang mengajaknya masuk ke band itu.Karena Richelle sudah berpengalaman, tak lama kemudian mereka mendapat kesempatan untuk tampil dalam sebuah pertunjukan kecil di sebuah bar.Setelah setahun tak naik ke panggung, Richelle merasa menemukan dirinya kembali. Dia menjadi lebih sering tersenyum.Selesai pertunjukan, Richelle masih terbawa suasana. Hingga saat berjalan ke belakang panggung, dia mendengar Helan tiba-tiba berteriak, “Kak? Kenapa kamu datang ke sini? Bukannya kamu nggak pernah mau nonton penampilanku?”Richelle menunduk, memperhatikan langkahnya tanpa mengangkat kepala, sampai sebuah suara yang sangat familier terdengar. “Tenang saja, aku bukan datang buat nonton kamu.”Dia tertegun sejenak, lal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status