Share

ENAM

Diatas mejanya, Arvan mengambil setumpuk berkas yang diserahkan oleh pihak HRD tadi pagi. Berkas itu berisi laporan kinerja karyawan yang ada di berbagai cabang perusahaan. Dia harus memeriksa daftar nama para karyawannya sebelum nanti mengambil keputusan apakah memberi surat peringatan atau melakukan pemutusan kerja.

Sebenarnya dia malas melakukan ini, dirinya bisa saja menyerahkannya kepada HDR untuk memvalidasi dan segera melakukan pemutusan kerja pada pegawai yang namanya ada di atas mejanya sekarang. Surat peringatan baginya hanya basa-basi dan kurang memberi efek jera. Dia lebih memilih langsung mengambil sikap dengan memutuskan kontrak.

Tapi sebagai pemilik perusahaan tentu memerlukan izin darinya jika ingin melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan yang dianggap tidak kompeten dalam mempertahankan kinerjanya. Hanya memerlukan tanda tangannya.

Arvan mulai membuka lembaran file  dan melihat kembali daftar nama para calon pengangguran yang hidupnya tergantung padanya. Sungguh ironis memang, ketika kehidupanmu berada ditangan seseorang yang berkuasa, yang bisa mendorongmu ke jurang pengangguran kapan saja. ketika mencari pekerjaan baru saja begitu sulit belakangan ini. tapi mau bagaimana lagi. perusahaan juga memerlukan laba untuk keberlangsungan hidup pekerja yang lain. Membiarkan pegawai yang tidak kompeten terlalu lama ibarat memelihara parasit dalam tubuh. Dibiarkan terlalu lama justru akan merusak anggota tubuh lain. Dan Arvan tidak menyukai hal itu.

Arvan mengamati tiap lembar berisi nama pegawainya hingga matanya tertuju pada selembar kertas. Arvan terdiam. netranya membesar dan tidak berkedip memastikan kalo penglihatannya tidak salah. AMANDA  CLARISA PUTRI. Arvan bahkan memperhatikan dengan teliti nama tersebut meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah lihat.

Arvan tersenyum tipis penuh kebencian. Dia kemudian menghubungi seseorang, "Siska, tolong hubungi bagian pemasaran dan HRD, saya minta realisasi penjualan dan daftar pegawai untuk outlet kita yang ada di Pati," ucap Arvan tegas kemudian langsung menutup pembicaraannya. dia kembali mengambil berkas itu dan memainkan jarinya pada kertas bertuliskan nama Amanda.

Ekspresi Arvan masih sedingin es. berbagai pemikiran muncul dalam benaknya. Wanita yang dibencinya akhirnya muncul lagi setelah tiga tahun menghilang. Walaupun terkejut wanita itu bekerja untuknya tapi dia merasa cukup beruntung karena akhirnya wanita itu datang dengan sendirinya.

'Tidak ku sangka kamu bersembunyi cukup jauh hingga sulit bagiku menemukanmu. Akhirnya kamu muncul sendiri dan aku bisa membuat perhitungan. Aku akan membalasmu wanita sialan', ucap Arvan dalam hati sambil tersenyum penuh kebencian.

***

Amanda sedang sibuk memindahkan kaleng minuman soda dari kotak ke refrigerator swalayan. Beberapa jenis minuman disusun berdasarkan  merek dan ukurannya. Amanda  juga memeriksa masa berlaku kartu promo yang terpajang di kulkas. Memilah berdasarkan jenis minuman dapat memudahkan  pembeli saat akan mengambil minuman yang mereka inginkan.

"Amanda,,, bisa bantu aku di gudang sebentar?" Panggil Fandy kepala gudangnya. Amanda Pun beranjak dari aktivitasnya dan mengikuti Fandy menuju gudang yang ada di belakang swalayan.

"Ada yang perlu disortir ulang mas Fandy?" Tanya Amanda dari balik punggung Fandy begitu sampai digudang. Dia merasa sudah melakukan penyortiran barang sebelumnya.

"Tidak ada. Aku ingin menanyakan hal pribadi padamu," ucap Fandy sambil menatap Amanda.

Amanda hanya diam menunggu Fandy mengucapkan tujuannya memanggilnya yang sedang bekerja

"Saya baru dapat surat dari kantor pusat soal penempatan kamu, apa kamu ada masalah yang tidak bisa kamu ceritakan kepadaku,” lanjut Fandy dengan nada sedikit menyelidik.

Amanda hanya menggelengkan kepala sambil menatapnya heran. Sejujurnya dia tidak mengerti arah pembicaraan Kepala Gudangnya ini.

“Kamu bisa cerita ke aku kalo kamu ada masalah, Amanda," desak Fandy yang merasa Amanda tidak akan bersuara.

“Aku nggak ngerti maksud mas Fandy apa,, tapi aku merasa baik-baik saja kerja disini mas,” balas Amanda. Terlihat sekali dia kebingungan.

“Kalau begitu apa yang membuatmu ingin pindah dari outlet ini?" Tanya Fandy kemudian

“Pindah?” Amanda terkejut dengan ucapan Fandy Barusan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status