Home / Romansa / Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi / Bab 1 - Luka yang Terlarang

Share

Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi
Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi
Author: Kayden Kim

Bab 1 - Luka yang Terlarang

Author: Kayden Kim
last update Last Updated: 2025-09-12 20:09:34

Tubuh Celline bergetar pelan ketika bibir Jayden masih menempel di lehernya. Nafas mereka sama-sama memburu, bercampur dengan keringat yang mengalir. Seprai putih di bawah mereka kusut tak karuan, pakaian berserakan di lantai, seolah menyimpan rahasia yang tak boleh terungkap siapa pun.

“Jay..” suara Celline lirih, nyaris tenggelam dalam desahan.

Jayden tidak menjawab, hanya menarik pinggang Celline lebih erat. Sentuhan itu membuatnya sekali lagi kehilangan kendali. Waktu seakan berhenti ketika mereka hanyut dalam hasrat yang tak pernah berhasil mereka redam.

Beberapa menit kemudian, keheningan menyelimuti ruangan. Hanya getaran ponsel yang mengalun di sana. Jayden meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas. Wajahnya langsung berubah. Nama “Bella” terpampang jelas di layar.

Jayden menghela napas berat. “Aku harus pergi.”

Celline meraih lengannya, matanya berkaca-kaca. “Jangan sekarang. Tinggalah sedikit lebih lama, Jay.”

Jayden menepis pelan tangan itu. “Bella mencariku. Kau tahu aku tidak bisa menolak.”

“Sebenarnya aku ini apa untukmu?” suara Celline pecah. “Kalau aku benar-benar berarti, kenapa kau selalu pergi setiap kali dia memanggilmu?”

Jayden menunduk, tidak berani menatap matanya. “Kau tahu jawabannya. Aku sudah terikat.”

Celline menggigit bibir, mencoba menahan tangis. “Tapi aku juga sudah terlalu jauh jatuh bersamamu”

Tanpa menunggu lebih lama, Jayden bangkit, mengenakan pakaiannya dengan cepat. Aroma parfumnya masih tertinggal di udara ketika ia membuka pintu.

“Jayden!” seru Celline, namun pintu sudah tertutup. Yang tersisa hanya hening.

Celline duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya. Dadanya terasa sesak. Kalau saja ia tidak begitu mencintai Jayden, mungkin ia tidak akan menderita separah ini.

“Andai aku punya sosok ayah…” gumamnya pelan. “Mungkin aku tidak akan sebodoh ini. tidak akan segampang itu menerima cinta semu dari seorang pria.”

Kenangan dua tahun lalu perlahan menyeruak ke benaknya.

Saat itu Celline bertemu Jayden Carter di sebuah acara amal kampus—pertemuan singkat yang berubah jadi hubungan terlarang penuh rayuan manis. Tanpa ia sadari, Jayden sudah bertunangan dengan wanita lain, sementara Celline makin larut dalam pesona dan pelukan pria itu. Hingga suatu hari, kenyataan pahit terbuka—Jayden ternyata sudah bertunangan dengan wanita lain. Dunia Celline runtuh. Ia mencoba berkali-kali mengakhiri hubungan terlarang itu, namun setiap kali ia ingin pergi, Jayden selalu tahu cara membujuknya kembali. Pertengkaran yang seharusnya menjadi akhir, justru berkali-kali berubah menjadi malam panas penuh pelukan dan ciuman. Dan sejak itu, Celline terjebak semakin dalam, antara logika yang ingin bebas dan hati yang tak sanggup melepaskan.

Kini, di kamar yang sepi, Celline menggenggam selimut erat-erat.

Air matanya jatuh, menyatu dengan kusutnya seprai, saksi bisu cintanya yang terlarang.

Keesokan harinya semua berjalan seperti biasa. Jam dinding kantor menunjuk pukul sebelas siang. Celline masih duduk di balik meja kerjanya, menatap layar komputer yang sudah buram di mata. Kelopak matanya berat, perutnya terasa mual, dan kepalanya berdenyut.

“Cell, kamu tidak apa-apa?” suara Rachel, sahabat sekaligus rekan kerjanya, terdengar khawatir.

Celline buru-buru menegakkan tubuh. “Aku baik-baik aja. Hanya kelelahan, mungkin.”

Rachel mengernyit. “Dari tadi pagi wajahmu pucat. Bagaimana jika pulang lebih awal saja?”

“Tidak, aku tahan. Lagi pula pekerjaanku masih menumpuk.” Celline memaksakan senyum.

Tapi sampai sore, rasa tak enak badan itu semakin parah. Begitu jam kerja selesai, Celline langsung bergegas keluar kantor, menolak ajakan Rachel untuk makan malam bareng. Ia hanya butuh satu hal: kepastian.

Klinik kecil di ujung jalan sepi malam itu. Celline duduk di kursi tunggu dengan tangan yang terus bergerak gelisah. Dokter yang memeriksanya menatap hasil test pack dengan ekspresi serius.

“Selamat, Miss Celline,” kata dokter dengan suara tenang. “Anda positif hamil. Usia kandungan sekitar lima minggu.”

Seolah seluruh udara di ruangan itu lenyap. Celline membeku, jari-jarinya mencengkeram tasnya erat. “H-hamil?” suaranya nyaris tak terdengar.

Dokter mengangguk. “Iya. Kalau ada keluhan, segera kontrol lagi. Saya tulis resep vitamin ya.”

Celline hanya mengangguk kaku, keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah yang berat.

Di luar klinik, ia duduk di kursi kayu di pinggir trotoar. Malam semakin larut, lampu jalan berpendar redup, dan lalu-lalang mobil seakan jadi latar dari kekalutannya.

Ponselnya sudah ada di tangan sejak tadi. Jempolnya berulang kali membuka kontak Jayden.

“Harusnya aku bilang… dia ayah dari anak ini,” bisiknya pada diri sendiri.

Tapi suara lain di dalam hati langsung memotong: Apa gunanya? Hubungan kalian aja udah salah sejak awal. Dia tunangan orang. Dan sekarang… kamu hamil.

Celline menghela napas panjang. Matanya memanas. “Kenapa semua harus serumit ini?”

Ia memutuskan untuk pulang. Tapi langkahnya terhenti saat melewati sebuah restoran mewah. Dari jendela kaca, matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal. Jayden. Duduk berhadapan dengan Bella.

Mereka tampak tertawa, wajah Jayden bersinar dengan ekspresi bahagia yang tak pernah ia lihat ketika bersamanya. Tangannya meraih jemari Bella seakan dunia hanya milik mereka berdua.

Celline tercekat. Dadanya terasa sesak. “Sampai kapan aku harus hidup seperti ini? Jadi bayangan, jadi orang ketiga yang tidak punya hak apapun.”

Ia memegangi perutnya yang masih rata. “Sekarang ada kehidupan lain di dalam sini, tapi aku bahkan tidak berani minta pertanggungjawaban. Status sosial kita berbeda jauh. Dan dia… dia tunangan Wanita lain. Ironisnya. Aku sudah terjebak terlalu dalam”

Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung. Celline berbalik cepat, takut Jayden atau Bella melihatnya, lalu berlari menjauh dari tempat itu.

Di apartemennya, Celline duduk meringkuk di tepi ranjang. Lampu kamar tak ia nyalakan, hanya cahaya lampu jalan yang masuk dari balik tirai. Pikirannya dipenuhi kemungkinan-kemungkinan buruk.

“Kalau aku lahirin anak ini apa yang akan orang bilang? Bagaimana kalau Bella tahu? Bagaimana kalau media tahu? Bagaimana orang-orang akan menghakimiku?” Ia menutup wajah dengan kedua tangan.

Di sela tangisnya, ia teringat ucapan team leader-nya beberapa minggu lalu.

“Cell, kamu punya potensi. Aku udah rekomendasiin namamu ke perusahaan induk di Milan. Mereka butuh staf administrasi yang disiplin dan cepat tanggap kayak kamu. Kalau mau, kamu bisa pindah ke sana dalam beberapa bulan ke depan.”

Saat itu Celline hanya menunda jawaban. Tapi kini, dalam keterpurukannya, kata-kata itu terasa seperti jalan keluar.

Tangannya meraih ponsel. Dengan sisa keberanian yang ia punya, ia mengetik nomor team leader-nya.

“Hallo, Celline?” suara di seberang terdengar ramah.

“Mr. Johnson, tentang tawaran kemarin… saya terima. Saya siap dipindahkan.”

Ada jeda sejenak sebelum suara itu menjawab, “Baik. Aku akan urus semua prosesnya.”

Begitu telepon berakhir, Celline terisak. Bukan karena lega sepenuhnya, tapi karena sadar bahwa satu-satunya cara menyelamatkan dirinya, dan janin di dalam perutnya adalah dengan pergi sejauh mungkin dari Jayden Carter.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi   Bab 5 - Celline Melihat Jayden

    Tiga hari berlalu sejak Celline resmi mulai bekerja di Lucarelli Moda USA, Inc. Kehadirannya cepat mencuri perhatian. Setiap kali ia berjalan melewati lorong kantor dengan blouse putih sederhana dan rok pensil hitam, beberapa staf pria spontan menoleh. Ada yang berbisik, ada pula yang terang-terangan tersenyum ramah.Namun, bukan hanya kecantikannya yang mencuri perhatian. Cara Celline bekerja dengan rapi, cepat, dan penuh detail juga membuat rekan-rekannya kagum. Ia tak pernah keberatan lembur, selalu siap menanggapi pertanyaan, bahkan mau membantu junior yang kesulitan menyusun laporan.“Miss Celline, terima kasih sudah bantu saya kemarin,” ucap seorang staf pria di divisi marketing saat berpapasan di pantry.Celline hanya tersenyum hangat. “Sama-sama. Semoga report kamu sudah rapi ya?”“Iya, berkat masukanmu Miss.” Staf itu tampak malu-malu.Pemandangan itu tak luput dari pengamatan Clara, sekretaris pribadi CEO Alessandro Romano. Dari balik meja resepsionis di lantai eksekutif, ma

  • Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi   Bab 4 - Nicholas Keponakan Jayden

    "Akhirnya kita sampai juga…" Celline menaruh kartu apartemen di atas meja kecil dekat pintu, sementara Seraphine langsung berlari kecil masuk ke ruang tamu."Wow, Mommyyy! Besarnya!" Sera memeluk bantal sofa dengan riang. "Kamar aku yang mana? Aku mau yang ada jendela besar biar bisa lihat bintang!"Celline terkekeh, melepas jaket tipisnya. "Sabar, sayang. Kita beresin dulu koper-kopernya, baru pilih kamar. Bastian juga harus pilih.""Aku tidak masalah, Mom." Bastian menurunkan koper kecilnya ke sudut ruangan, ekspresinya tetap datar. "Asal bersama Mommy, aku tidur di mana saja.""No... Kam jangan begitu sayang, kamu juga harus punya kamar nyaman juga," Celline mengusap kepala putranya. Hatinya bergetar setiap kali melihat sifat dewasa si kembar, meski mereka baru berusia lima tahun.Seraphine menyusul ibunya, wajahnya sumringah. "Mommy nanti kita boleh hias kamar tidak? Aku mau tempel gambar unicorn!""Tentu saja boleh," Celline mencubit gemas pipi anaknya. "Tapi hiasnya pelan-pelan,

  • Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi   Bab 3 - Pertemuan di Bandara

    "Mommy berangkat kerja dulu, sayang." Celline menunduk memberi kecupan di kening Seraphine dan Sebastian setelah mereka turun dari mobil.Seraphine melambaikan tangan sambil tersenyum ceria. "Bye-bye Mommy! Jangan lupa nanti makan siang bersama ya!"Sebastian hanya mengangguk singkat, ekspresi wajahnya tetap serius seperti biasa. "Jangan telat Mom."Celline tersenyum samar, menatap kedua buah hatinya yang berlari masuk ke gerbang Scuola dell’Infanzia Arcobaleno, taman kanak-kanak penuh warna yang selalu riuh oleh suara tawa anak-anak. Begitu melihat mereka menghilang ke dalam kelas, Celline menarik napas panjang. Perjuangan hari ini baru saja dimulai. Ia pun melanjutkan perjalanan ke kantor."Selamat pagi, Signora Celline." Resepsionis menyapa ramah begitu ia masuk ke gedung megah Lucarelli Moda S.p.A."Selamat pagi." Celline mengangguk sambil tetap tersenyum sopan.Lucarelli Moda S.p.A. adalah salah satu perusahaan mode terbesar di Italia. Didirikan puluhan tahun lalu, perusahaan ini

  • Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi   Bab 2 - Tian, Dimana Daddy Kita?

    Enam Tahun KemudianMilan - ItalySuasana pagi di taman kanak-kanak itu begitu riuh. Anak-anak berlarian di halaman, beberapa asyik menggambar, ada pula yang sibuk memainkan balok warna-warni. Celline berdiri di tepi pagar, melambaikan tangan sambil tersenyum lembut. “Sera, Tian, Mommy pulang dulu ya. Main yang baik.” “Okay, Mommy!” jawab Sera sambil tersenyum lebar, dua kepang rambutnya bergoyang lucu. Sedangkan Bastian hanya mengangguk singkat, tatapan matanya yang tajam membuat beberapa orangtua lain sampai berbisik-bisik—karena mata itu bukan mata anak kecil biasa.Semula semua baik-baik saja. Sera asyik menggambar bunga di kertasnya, sementara Bastian duduk di sampingnya, merakit balok-balok tinggi. Namun suasana damai itu pecah ketika sekelompok anak yang dipimpin seorang bocah laki-laki bernama Luka datang menghampiri. Luka, bocah berambut pirang dengan gaya sok jagoan, menatap Sera dengan senyum mengejek.“Hahaha, lihat! Dia kan anak yang tidak punya Daddy!” Luka menunjuk Ser

  • Cinta Terlarang, Anak Tersembunyi   Bab 1 - Luka yang Terlarang

    Tubuh Celline bergetar pelan ketika bibir Jayden masih menempel di lehernya. Nafas mereka sama-sama memburu, bercampur dengan keringat yang mengalir. Seprai putih di bawah mereka kusut tak karuan, pakaian berserakan di lantai, seolah menyimpan rahasia yang tak boleh terungkap siapa pun.“Jay..” suara Celline lirih, nyaris tenggelam dalam desahan.Jayden tidak menjawab, hanya menarik pinggang Celline lebih erat. Sentuhan itu membuatnya sekali lagi kehilangan kendali. Waktu seakan berhenti ketika mereka hanyut dalam hasrat yang tak pernah berhasil mereka redam.Beberapa menit kemudian, keheningan menyelimuti ruangan. Hanya getaran ponsel yang mengalun di sana. Jayden meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas. Wajahnya langsung berubah. Nama “Bella” terpampang jelas di layar.Jayden menghela napas berat. “Aku harus pergi.”Celline meraih lengannya, matanya berkaca-kaca. “Jangan sekarang. Tinggalah sedikit lebih lama, Jay.”Jayden menepis pelan tangan itu. “Bella mencariku. Kau tahu ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status