Share

Bab 2

Author: SY
last update Last Updated: 2025-07-07 21:39:49

“Aku ingin kau menjadi bodyguardku.”

Luke mengangkat sebelah alisnya ketika pernyataan spontan itu datang dari bibir wanita asing yang sudah menghabiskan malam panas bersamanya semalam.

Mereka sekarang sedang makan siang bersama di sebuah restoran mewah di daerah Palermo. Mereka mengenakan pakaian casual dan mengobrol santai seperti pasangan yang tengah berkencan.

“Oh, maaf kau pasti shock mendengarnya. Ini terlalu mendadak tapi sudah lama Ayahku ingin mencarikanku bodyguard dan aku yakin kau adalah orang yang tepat. Kau mau ‘kan?”

“Tunggu!” Luke tampak bingung dengan situasi seperti ini. “Kenapa kau butuh bodyguard? Apa ada orang yang ingin mencelakai kau?”

“Hmm sebenarnya aku adalah anak seorang ....” Isabella mengantung kalimatnya, ia ragu mengatakannya. “Sebenarnya aku tidak bisa mengatakan ini tapi ayahku adalah seorang mafia, kau pasti tahu ‘kan betapa berbahayanya dunia mafia itu dan aku adalah anak perempuan satu-satunya walaupun aku tidak ingin mengikuti jejak Ayahku. Ayahku ingin melindungiku dari segala macam ancaman. Kau sudah pernah menolongku dan aku lihat kau pandai berkelahi jadi aku saranin kau ke Ayahku.”

Luke terdiam, bola matanya bergerak gelisah. Ia tidak tahu harus menerima tawaran itu atau tidak sebab ia harus berkoordinasi dengan ayahnya dulu sebelum mengambil keputusan. Itu pun membuat Isabella menurunkan sudut bibirnya, kecewa. “Sorry, kalau ini membuat kau kaget. Biasanya aku jarang menceritakan soal keluargaku pada orang lain, tapi demi kebutuhan, aku harus menceritakannya.”

Luke menarik sudut bibir kirinya sedikit. “Ya, tidak apa-apa, aku mengerti.” Kemudian hening sejenak.

"Tolong jangan jauhi aku setelah ini."

Luke hanya menyunggingkan senyum tipis.

Sekian menit kemudian, Isabella tergerak menggapai tangan Luke, menyentuhnya dengan berani. Luke mengangkat kepalanya, menatap ke iris amber cantik milik sang wanita yang tengah menatapnya tulus.

“Kau tidak mau ya?”

“Bukan, bukannya aku tidak mau. Tapi, apa aku pantas? Maksudku, aku tidak ada pengalaman menjadi bodyguard sebelumnya. Menjadi bodyguard adalah pekerjaan yang berat."

“Kalau soal itu ayahku akan menguji kau nanti. Kalau kau mau, kau akan diundang ke rumah. Tenang saja ujiannya paling hanya berkelahi dengan orang suruhan Ayah. Kalau kau mampu, kau pasti akan diterima.” Isabella tersenyum sambil menjelaskan, berusaha untuk meyakinkan.

Luke mengangguk. “Ok, aku akan coba.”

Senyum mengembang di wajah Isabella, “Terima kasih.” Mereka berpandangan dan saling melempar senyum, Isabella bahkan masih memegang tangan Luke namun ia menarik tangannya ketika pesanan mereka datang.

Isabella melirik makanan yang dipesan Luke. “Jadi kau suka steak tuna?” pertanyaan spontan dari Isabella sukses membuat Luke menghentikan kegiatannya mengiris steak.

“Lumayan tapi aku lebih suka steak daging.” Isabella mengangguk paham. “Kelihatannya kau pencinta makanan Italia?” Luke kembali berbicara ketika melihat pesanan Isabella, ada spaghetti dan lasagna yang ia pesan.

“Hm, kurasa begitu,” jawabnya setelah menelan makanannya. “Padahal aku belum lama pindah ke sini tapi aku sudah menyukai makanan di sini.”

Luke mengernyitkan dahinya, ia sampai berhenti makan. “Kau belum lama pindah ke sini? Memangnya sebelumnya kau tinggal di mana?”

“Aku sebelumnya di Meksiko.”

“Oh, jadi kau bicara bahasa spanyol juga?”

“Iya lumayan karena aku juga lahir di sana tapi aku juga bisa bahasa inggris dan italia.”

“Oh, apa tidak masalah aku berbicara pada kau dengan bahasa inggris? karena aku tidak terlalu fasih bahasa lain.”

Isabella mengernyitkan dahinya, menatap Luke lekat. “It's okay, tapi apa kau tidak tahu bahasa Italia? Apa kamu warga pindahan juga?”

“Iya, aku lama di California.”

“Ohh, tidak disangka.”

“Yeah, aku rasa kita punya lumayan mirip.” Isabella dan Luke tersenyum lalu kembali makan dan mengobrol agar lebih mengenal satu sama lain.

“Kau punya hobi?” tanya Luke sesaat kemudian.

“Aku suka menggambar dan mendesain baju. Aku lulusan sekolah desainer. Bermula dari hobi, sekarang aku sudah punya bisnis fashion.”

“Wow, itu sangat mengagumkan.”

Isabella tersenyum malu. “Bagaimana dengan kau?”

“Aku mengambil sekolah bisnis.”

“Oh, businessman, sangat menarik.” Mereka saling melempar pujian dan senyum menggoda.

“Yeah, tapi aku baru merintis.”

Namun tiba-tiba...

Dor!

“Aaaa!”

Sebuah tembakan keras mengejutkan semua pengunjung restoran termasuk Luke dan Isabella.

“Apa itu?”

Mereka menoleh ke arah pintu masuk, mendapati 2 orang pria membawa senjata tajam sedang berdiri dengan angkuhnya sambil menodong pistol ke arah para pengunjung.

Mata Luke memicing, “Sepertinya perampok,” kemudian meraih pergelangan tangan Isabella. “Ikut denganku.” Luke menarik Isabella untuk mencari tempat aman. Mereka bersembunyi di balik sebuah meja kabinet tinggi.

“Semuanya diam bila ingin selamat!” seorang perampok berteriak dan satunya lagi mendatangi kasir, menodongnya dengan pistol, memaksa untuk memberikan seluruh uang.

Luke sesekali menoleh ke belakang, di mana perampok itu berada. Isabella hanya diam, jantungnya berdegup kencang, ia terus melihat sebelah tangannya yang digenggam Luke namun itu tidak berlangsung lama ketika kemeja pendek yang Luke kenakan tersingkap ke atas karena ia bergerak. Mata Isabella terbelalak ketika mendapati benda yang tak asing di matanya tersimpan di balik kemeja Luke.

Dor!

“Aaaaaa!”

Tembakan keras itu membuyarkan lamunan Isabella. Perampok itu menembak seorang pengunjung yang hendak mendekat dan itu pun membuat suasana menjadi ricuh.

Dor! Dor!

“Aku harus pergi, kau tunggu di sini.” Luke melepas tangan Isabella.

“Eh, kau mau ke mana?” Isabella berusaha menghentikan Luke tapi terlambat.

Luke keluar menemui perampok tersebut, suasana sudah tidak kondusif, ia tidak bisa membiarkannya lebih lama lagi. Ia menendang perampok itu keluar restoran, membawanya ke dalam perkelahian sengit. Dua lawan satu.

Isabella perlahan berdiri, pergi menyusul Luke dengan jarak yang aman.

Bugh!

Dengan lompatan tinggi, ia berhasil menendang senjata yang ada dalam genggaman si penjahat lalu menghajar mereka sekaligus dengan tangan kosong.

Bugh! Bugh!

Tangannya bergerak lincah melayangkan tinju ke rahang pria gemuk tersebut hingga pria tersebut tersungkur lalu menendang tubuh belakang pria satunya lagi saat pria tersebut hendak meraih pistolnya.

“Luke!” Namun sayangnya karena suara Isabella, perhatiannya sedikit teralihkan. Seorang pria berbadan besar menendang perutnya hingga tersungkur.

“Akh!”

“Hah, Luke!” Isabella terkejut, ia berusaha mendekat namun beberapa pengunjung restoran menahannya.

Tapi Luke tidak tumbang, ia bangkit sambil memegangi perutnya. Sudut bibirnya terangkat hingga menimbulkan kerutan di hidungnya, meringis. Peluh memercik dari dahinya.

Bugh!

Ia menendang perut pria yang hendak menyerangnya, berputar dan menyerang pria satu lagi hingga keduanya kembali tersungkur, pergerakannya sangat cepat dan mulus. Hingga akhirnya polisi setempat datang, mengamankan dua perampok.

Isabella lalu berlari menghampiri Luke yang berlutut lemas. “Luke, are you okay?” ia menangkup wajah Luke yang penuh peluh dan terdapat lebam di sekitaran bibir kanannya. Luke menatapnya dengan mata hazel yang menawan itu, yang selalu mengundangnya untuk masuk lebih dalam.

Isabella akhirnya membawa Luke ke mobilnya.

“Sshh!” Luke meringis ketika Isabella menyentuh luka di wajahnya dengan tisu basah, mencoba membersihkannya. Isabella bahkan ikut meringis, seperti merasakan perih yang Luke rasakan.

“Apakah sakit?”

Luke tidak menjawab, namun ia tergerak menggenggam tangan Isabella membuat keduanya kembali berpandangan.

“Aku bersyukur kau baik-baik saja.”

Isabella tidak bisa menahan senyumnya, dia sudah menyukai Luke sejak pertama kali bertemu, ia senang pernyataan itu keluar dari bibir pria berambut pirang tersebut. Entah apa yang ada dipikiran Luke sekarang, apa mungkin ia sudah melupakan misi awalnya atau itu hanya bagian dari rencananya tapi ada rasa aneh dalam hatinya yang membuatnya bersikap seperti itu. Tapi, ia lega Isabella baik-baik saja.

bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 45

    "Bagaimana?" tanya Nicole pada Lucas. Mereka sedang duduk di kursi tunggu yang tersedia di depan ruang gawat darurat. Setelah membawa Clara ke rumah sakit karena Clara tiba-tiba pingsan, kondisinya kritis, maka dari itu mereka langsung menghubungi Luke untuk datang, takut-takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dan Luke juga adalah cucu kesayangan Clara."Dia akan ke sini secepatnya, karena di sana tengah malam, mungkin besok siang dia baru bisa berangkat ke sini," jawab Lucas.Nicole sontak menoleh ke arah Lucas, memiringkan kepalanya dengan dahi berkerut. "Tengah malam? Bukankah Italia dan California beda 9 jam ya?"Lucas melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 1 malam. "Iya juga ya.""Memangnya Luke sekarang di mana? dia tidak di Italia?""Dia di Italia. Dia pulang ke Italia Minggu lalu.""Hmm ...." Nicole berusaha berpikir keras. "Tapi ya sudahlah itu tidak penting, yang penting sekarang adalah Luke bisa cepat sampai ke sini untuk bertemu Oma. Siapa tahu

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 44

    Brak!seseorang mendobrak pintu. "Hei! jangan lari!"Luke terperanjat namun ia tidak benar menoleh, ia tidak mau menunjukkan wajahnya yang mungkin akan dikenali oleh dua pria itu. Dengan gerakan cepat, ia menggapai jendela lalu melompat keluar."Ayo kita hadang dari luar!" Salah satu pria berkata seraya menarik jaket pria lainnya keluar.Luke mendarat ke tanah dengan keras hingga tudung hoodienya terlepas. Ia segera menggenggam tangan Isabella erat sambil mengedarkan pandangan ke sekitar namun hanya ada hutan yang berbatasan dengan bagian belakang gedung."Luke, ke mana kita harus pergi? Apa kita harus masuk hutan?" tanya isabella panik."Hei, berhenti!"Keduanya menoleh sekilas namun sayangnya itu membuat wajah Luke terlihat oleh mereka. Luke baru sadar kepalanya tidak ditutup hoodie lagi, ia merutuki dirinya dalam hati."Tsk!" Luke kembali menarik tudung hoodienya lalu menarik Isabella masuk ke dalam hutan.Mereka berlari menelusuri hutan dan dua orang pria itu terus mengejar mereka

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 43

    Sesampainya di sana, hari sudah gelap. Luke melangkahkan kakinya menuju gedung tua yang tampak gelap tanpa ragu. Walaupun dalam hatinya ia merasa bila gedung itu tampak tak berpenghuni.Luke masuk sambil menghidupkan flashlight ponselnya untuk penerangan di dalam. "Isabella!" suaranya menggema dalam gedung kosong yang gelap dan mencekam namun ia tidak mendapatkan balasan. Suasana di sana terasa sunyi, dingin dan menyeramkan.Luke terus melangkah, cahaya ponselnya menyorot dinding kusam yang penuh lumut dan cat terkelupas. Debu beterbangan setiap kali ia menginjak lantai semen. Udara di dalam begitu pengap, membuat napasnya terasa berat.“Isabella!” panggilnya lagi, kali ini dengan suara lebih keras. Namun tetap saja sunyi. Beberapa saat kemudian, ia keluar dari gedung setelah menyadari tidak ada siapapun di sana.'Tidak ada siapapun di sini? apa Brian salah memberikan alamat? atau dia berniat menipuku?' Luke berpikir keras kemudian mengeluarkan ponselnya, mengecek kembali informasi ya

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 42

    Setelah memutuskan sambungan sepihak, Luke menyimpan ponselnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari hotel. Ia akan berkeliling kota menggunakan taksi, ia akan mencari Brian dulu karena dia lah satu-satunya kunci saat ini.Dia duduk di kursi belakang, menoleh ke luar jendela sepanjang jalan, tatapannya tajam menyapu ke jalanan yang dilewatinya."Pak, apa kau tahu tempat-tempat biasanya gangster berkumpul?"Sang supir melirik Luke dari kaca spion atas. Tatapannya seolah menyiratkan kebingungan bercampur ketakutan. "Saya tidak tahu, Mas. Tapi biasanya basecamp gangster gitu berada di tempat tersembunyi di pinggiran kota atau jauh dari keramaian."Luke mengangguk kemudian menghela napasnya pelan, merasakan kesulitan dalam pencarian Isabella karena tidak memiliki petunjuk sama sekali. Sesekali ia memeriksa ponselnya dan belum juga ada kabar dari Brian."Pak, antar saya ke Violetta cafe saja," ujar Luke akhirnya. Ia memutuskan untuk pergi ke kafe, tempat di mana Brian kerja. Siapa tahu Bri

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 41

    Luke sadar bila semua mata di dalam kafe kini tertuju pada mereka. Suasana mendadak hening, penuh bisik-bisik tak jelas. Dengan rahang mengeras, ia langsung menarik paksa lengan Brian dan menyeretnya keluar.Mariana hanya bisa memandang dengan cemas. Ia menggigit bibir, bimbang apakah harus ikut campur atau tidak. “Siapa sebenarnya pria itu?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Begitu berada di luar, Brian sontak menarik dirinya dari genggaman Luke dengan kasar. Tatapannya menusuk.“Apa kau pikir aku ini sampah yang bisa seenaknya kau tarik begitu saja?!” bentaknya, suaranya bergetar menahan emosi. “Apa kau tidak punya sopan santun? Siapa kau sebenarnya? dan apa hubungan kau dengan Isabella?”Luke menatapnya tajam, dadanya naik turun. “Aku suaminya Isabella,” jawabnya tanpa ragu.Mata Brian terbelalak, jantungnya serasa berhenti berdetak namun sekian detik kemudian ia menggelengkan kepalanya.“Kau pikir aku bisa percaya begitu saja? Kalau memang benar, kenapa selama ini kau tidak pe

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 40

    Luke tidak bisa tidur sepanjang malam, ia menunggu fajar datang. Hatinya gelisah takut rencana keberangkatannya akan diketahui Papanya.Setelah jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Luke keluar dari kamar sambil menenteng tas jinjing pria hitam, melangkah mengendap-endap dengan tatapan tajam mengawasi sekitar.Ia berhasil sampai ke lift tanpa ada yang tahu, hendak menuju lantai dasar.Setibanya di lantai dasar, ia dapat melihat beberapa pelayan yang sedang mondar-mandir melakukan tugasnya."Selamat pagi, tuan Luke!" Seorang pelayan wanita menyapanya."Pagi.""Tuan, mau ke mana pagi-pagi begini?""Saya ada urusan penting," jawabnya kemudian melirik ke sekitarnya sebelum bergerak mendekat, membisikkan sesuatu pada pelayan tersebut. "Kalau nanti Papa saya nanya, bilang saja saya pergi ke Roma untuk perjalanan bisnis. Saya belum sempat memberitahunya."Pelayan itu mengernyitkan dahi sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan." Setelah dirasa aman, Luke berjalan cepat keluar dari ru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status