Share

2. Dilema

Author: Zee Zee
last update Last Updated: 2022-08-21 21:33:46

"Abi ingin membicarakan sesuatu pada kalian berdua," ucap Ustaz Luthfi saat mereka berkumpul di ruang keluarga.

Semua yang hadir hanya bisa diam menunggu apa yang akan dibahas oleh abi mereka.

"Akhir-akhir ini abi sering bertemu dengan sahabat lama abi. Kalian pasti mengenal Ustaz Khairul Azzam bukan?" Mereka spontan mengangguk.

"Beliau memiliki seorang putri yang begitu cantik dan shalihah. Beberapa bulan yang lalu baru saja menyelesaikan pendidikannya dan abi memutuskan untuk menjodohkannya dengan salah satu di antara kalian."

Rayhan dan Rayyan spontan mengangkat wajah yang sejak tadi tertunduk. Mereka berdua tidak menyangka akan keputusan abinya.

Jauh dari dalam lubuk Rayyan, dia begitu bahagia. Dia tidak menyangka bahwa lelaki pilihan Ustaz Azzam adalah dirinya. Dia sangat yakin mengingat Ustaz Azzam begitu dekat dengan dirinya. Senyumnya mengembang dengan perasaan yang sulit diungkapkan.

Berbeda dengan Rayhan, dia tidak ingin menerima perjodohan ini. Ada wanita lain yang sudah menjadi pilihannya. Wanita dari masa lalu yang berhasil meruntuhkan pertahanannya. Wanita yang telah lama dia cari setelah dia dikirim ke Mesir berkat beasiswa yang diraihnya.

"Kalau boleh tahu siapa yang akan menjadi calon menantu Mas Azzam?" tanya Ustazah Aisyah-istri Ustaz Luthfi.

Pandangannya fokus tertuju pada kedua putranya. "Rayhan!"

Mata kedua putranya membulat sempurna dengan ekspresi yang berbeda. Senyum Rayyan yang sejak tadi mengembang perlahan memudar diganti dengan raut wajah terluka.

Rayhan mengepal kuat tangannya. Dia ingin sekali menolak perjodohan itu. Tapi, bagaimana caranya?

"Alhamdulillah, selamat ya, Nak. Satu hal yang harus kamu tahu, Ustaz Azzam bukan orang sembarangan. Tentu kamu sangat beruntung menjadi menantunya. Terlebih yang umi dengar, putri bungsunya incaran para pengurus pondok pesantren keluarga ayahnya."

"T-tapi, Rayhan sudah punya pilihan lain."

Akhirnya, setelah berusaha sekuat mungkin untuk mengumpulkan keberanian, Rayhan memutuskan untuk mengungkapkan.

Ustaz Luthfi menatap wajah anaknya dengan sorotan mata yang tajam.

"Tapi, Abi dan Ustaz Azzam sudah menyetujui perjodohan ini dan kamu tidak bisa dengan begitu mudah menolaknya."

"Abi, Rayhan sudah dewasa. Rayhan berhak ikut menentukan masa depan sendiri."

"Abi lebih berhak!"

Rayhan ingin menjawab namun uminya mencegah dengan memegang lengan kiri anaknya.

Rayhan tidak menyangka Abinya akan bersikap egois dengan tidak meminta pendapatnya terlebih dahulu. Menurutnya, dia bukan anak kecil lagi yang harus selalu dipandu untuk memilih mana yang terbaik.

Di sisi lain, Rayyan masih memilih bungkam. Hatinya bergerumuh hebat. Dia tidak menyangka, sosok penggantinya adalah Rayhan-saudara kandungnya sendiri.

Dua putra Ustaz Luthfi diselimuti kegundahan dan hati yang berkecamuk. Tujuan mereka sama, ingin menggagalkan rencana perjodohan ini. Tapi, bagaimana caranya?

"Kenapa tidak dijodohkan dengan Rayyan saja, Abi? Aku ikhlas jika Rayyan menggantikan posisiku," usul Rayhan berharap Abinya menyetujui keinginan putranya.

"Rayyan tidak boleh melangkahimu. Lagian, ustaz Azzam memilihmu, bukan Rayyan."

Deg. Hancur sudah harapan Rayyan untuk menerima permintaan Sofia.

Bagaimana mungkin dia berani menghadapi Ustaz Azzam yang terang-terangan lebih memilih Rayhan?

*

"Aku harus bisa menggagalkan rencana Abi," kata Rayhan saat sedang berdua dengan adiknya.

Rayyan hanya duduk termenung dengan pikiran yang juga sama kacaunya.

Kedua kakak beradik ini tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Tapi, menurut Rayhan, dia akan berusaha untuk menggagalkan.

"Bagaimana kalau kita temui putri Ustaz Azzam?" usul Rayhan.

Rayyan tersentak. "Jangan!"

Rayhan tertegun sejenak. "Kenapa?"

"Abi akan sangat marah pastinya."

Rayhan mendengus kesal. Keduanya kembali sama-sama terdiam memikirkan jalan keluar.

Rayyan terus memikirkan bagaimana keadaan Sofia saat ini. Pasti kekasihnya masih dirundung duka. Tapi, apakah Sofia akan berubah saat tahu bahwa Rayhan adalah lelaki pilihan ayahnya?

"Rayyan, bagaimana kalau kamu yang menggantikan posisiku? Ustaz Azzam pasti akan lebih senang kan?"

"Kamu tidak dengar apa kata abi? Beliau memilihmu untuk putrinya, bukan aku."

Rayhan meremas kuat kepalanya. Bahkan Rayyan pun menolak untuk menolongnya. Bayangan gadis cantik enam tahun silam kembali membayanginya.

Wanita dari masa lalu yang setiap malam dia pinta pada penciptanya. Merayu berharap kelak dipertemukan dan ditakdirkan untuk menjadi sepasang kekasih.

*

"Sarapan sudah siap!" Seru Umi dari dalam dapur.

Tiga sosok laki-laki dengan paras yang begitu menawan memasuki dapur lalu duduk sembari menunggu umi Aisyah membuka tudung saji.

Wangi khas masakan Umi Aisyah tercium menggugah selera. Setelah mengisi ke tiga piring mereka, Rayyan kemudian memimpin do'a sebelum menyantap sarapan pagi.

"Nasi kuning buatan umi memang tidak ada tandingannya," puji Rayhan.

"Itulah yang membuat Abi semakin cinta," goda Abinya.

"Kelak, umi akan mengajari istri kalian resep rahasia penuh cinta dari Umi. Biar kalian tetap mengingat umi di mana pun kalian nanti berada."

"Setelah Rayhan resmi menikah dengan putri Mas Azzam, jangan hanya nasi kuning, semua masakan yang umi selalu hidangkan pada kami, ajarkan padanya juga," titah abi.

Rayhan dan Rayyan yang sejak tadi menikmati sarapan dengan perasaan suka cita mendadak berubah. Nafsu makan mereka mendadak hilang. Hal itu tentu saja dirasakan oleh umi Aisyah.

Rayyan merasa semakin terluka mendengar penuturan abinya. Tak berbeda dengan Rayhan yang sebenarnya tak suka jika perjodohan itu terus dibahas.

"Sudah, sudah. Kalian fokus makan saja!" tegur Umi yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Tatapannya begitu sendu melihat keadaan kedua putranya. Umi Aisyah tahu betul jika Rayhan menolak perjodohan ini. Tapi, Umi Aisyah belum mengerti dengan sikap Rayyan yang ikut berubah.

*

Sore itu setelah mereka berdua selesai mengajar di kelas, Rayhan meminta adiknya untuk menemuinya di ruang baca mereka.

Rayyan tak mengerti mengapa saudaranya terus memanggilnya dan terus saja membahas soal perjodohan itu. Rayyan merasa begitu terluka dan dilema berat untuk bertindak.

"Ray, kamu harus membantuku!" pinta Rayhan.

"Apa?"

"Bantu aku mencari tahu tentang putri Ustaz Azzam!"

Rayyan terdiam sejenak memikirkan usulan kakaknya. Jika dia membantu untuk mencari tahu soal wanita pilihan abi mereka maka keadaan semakin pelik. Hatinya akan hancur berkali-kali lipat.

Jika dia tidak membantu, Rayhan akan terus mendesaknya. Rayyan bingung harus melakukan apa.

"Aku takut ketahuan. Abi tentunya pasti akan marah besar. Aku tidak ingin mencari masalah."

"Kita hanya mencari data santri di dalam ruang penyimpanan."

Rayyan menggeleng kuat. Dia sangat tidak ingin Rayhan tahu lebih dulu siapa wanita yang kelak dijodohkan dengannya.

Rayhan memandang lekat wajah saudaranya. Dia berusaha mencari tahu penyebab Rayyan menolak permintaannya.

"Aku sudah punya gadis pilihan lain dan kamu tahu itu, Ray. Kenapa kamu tak mau membantuku sedikitpun?" lirih Rayhan.

'Andai kamu tahu siapa wanita yang dipilihkan untukmu, aku yakin kamu tidak akan menolaknya,' batin Rayyan.

Kembali kedua bersaudara itu dirundung duka. Mereka sama-sama memikirkan gadis pilihannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   120. Akhir yang bahagia

    "Alhamdulillah ya, Allah," pekik Azizah saat dua garis merah tampak di depan matanya. Tubuhnya langsung bersujud dan terus menyebut asma' Allah. Air matanya luruh. Azizah terisak di dalam sujudnya. Penantiannya selama ini terjawab. Allah masih memberinya kepercayaan untuk dititipkan amanah. "Mas Rayyan harus tahu."Azizah bergegas keluar dari kamar. Langkahnya dipercepat. Air mata tak berhenti mengalir dari mata indahnya. Beberapa santriwati yang kebetulan lewat di sana sedikit heran dengan sikap Ustazahnya kali ini. "Mas, lihat Mas Rayyan?"Rayhan yang baru saja selesai mengajar di kelas berhenti sejenak."Sepertinya masih di kantor. Kenapa, Zah?""Aku harus bertemu dengan dia, Mas.""Ada yang mencoba menyakitimu? Bilang sama Mas."Azizah menggeleng. Rayhan tak mengerti karena melihat mata Azizah yang terus mengkristal. "Aku ingin memberi dia kejutan.""Ya sudah, kamu tunggu dia di rumah, biar Mas yang panggilkan dia ya?" bujuk Rayhan.Azizah mengangguk antusias. Dia kemudian b

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   119.Jodoh dari Allah

    "Menghadiri undangan itu wajib selama tidak ada halangan syar'i, Dek.""Tapi, Mas ....""Kamu tenang saja. Atau kamu juga mau ikut?"Sofia terdiam. Dia merasa ragu. Namun, atas penjelasan Rayhan akhirnya dia memilih ikut. Sepanjang jalan Sofia memilih diam. Farhan terus berusaha mencairkan suasana dengan bermain bersama Fatih. Perjalanan tiga puluh menit mereka tempuh hingga tampak terlihat janur kuning melengkung. Farhan turun, menyusul Rayhan dan keluarga kecilnya. Mereka memasuki ruangan. Rupanya keluarga calon mempelai pria belum tiba. "Belum tiba, Han.""Biar saja. Kita di sini menunggu."Tiba-tiba datang sosok yang mereka kenal. Ustaz Afwan."Assalamu'alaikum, Rayhan, Farhan."Keduanya mendekat dan mencium punggung tangan gurunya yang sangat mereka hormati. Ustaz Afwan tersenyum lebar dan memeluk satu per satu muridnya. Rasa rindu bertahun-tahun akhirnya terobati. "Apa kabar, Ustaz?""Alhamdulillah, baik. Kalian bagaimana?""Alhamdulillah, Ustaz."Matanya beralih pada dua

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   118. Pertemuan

    Humairah menutup pintu kamarnya. Pertemuan hari ini begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, orang yang tak sengaja dia temui di mesjid setelah dipatahkan oleh keadaan adalah sosok laki-laki yang sudah lama dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak memungkiri bahwa sikapnya persis dengan sikap Rayhan. Dia mampu memberikan kesejukan saat hatinya rapuh. Bahkan patah. "Ya, Allah, apakah dia jodohku?"Humairah berjalan ke sisian ranjang kemudian mendudukkan dirinya. Disentuhnya dada kiri yang sejak tadi tiba bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan detaknya yang tak berirama. Humairah tersenyum tipis. Melihat tatapan teduh dari Hadid membuatnya merasa nyaman. "Astaghfirullah."Humairah buru-buru berdoa agar dijaga hatinya. Suara pintu diketuk. Rupanya ada Umi Hilda. "Sibuk, Nak?""Tidak, Umi."Umi Hilda tersenyum dan duduk di sebelah putrinya. "Bagaimana pendapatmu tentang Hadid?"Humairah menunduk dalam. Kedua jari telunjuknya memilin ujung jilbabnya. "Apa kamu setuju?""Insya Allah,

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   117. Dijodohkan

    "Kamu di mana, Nak? Abi ingin bicara penting.""Lagi di mesjid, Bi. Humairah segera ke sana."Humairah menyeka air matanya setelah panggilan terputus. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih, sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya menghilang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok tadi untuk mengembalikan sisa tisu yang dipakainya, namun orangnya tak kunjung ada. Jarum jam menunjukkan jam dua siang. Humairah memutuskan untuk meninggalkan area mesjid untuk menemui orang tuanya. "Ya Allah, kuatkan hamba."***"Kamu dari mana saja, Mai? Keluarga Ustaz Hilal datang bertamu.""Aku .... Berkunjung ke rumah Rayhan, Bi."Ustaz Hasan mengembuskan napas berat. Usianya sudah kepala tiga namun sampai saat ini putrinya masih menutup diri. Alasannya tetap sama. Masih belum bisa melupakan sosok Rayhan. "Sampai kapan kamu akan terus berharap pada dia, Nak? Ingat, umi sama abi sudah tua. Kami juga ingin melihat kamu bahagia dan hidup bersama dengan orang yang tepat.""Tapi, ti

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   116. Menghadapi Musuh

    "Ya, aku sudah menemukan jawabannya tanpa perlu mencari tahu. Mba lupa? wanita baik-baik tidak akan menyakiti sesama wanita. Wanita baik-baik itu berkelas, bukan merendahkan dirinya untuk merebut lelaki yang sudah beristri!"Sebuah tamparan keras dilontarkan Sofia pada Humairah yang sontak membuat mereka tercengang. Bagaimana tidak, mereka tidak menyangka Sofia akan mengatakan hal itu.Azizah tersenyum sumringah. Di dalam hatinya dia bersorak dan memuji keberanian Sofia."Justru aku wanita baik-baik, makanya aku pun memintanya baik-baik," sanggah Humairah. "Aku tidak akan memintamu untuk merasakan posisiku saat ini. Tapi, sebagai wanita cerdas lulusan universitas ternama dunia, tentu Mbak Humairah sudah tahu jawabannya tanpa harus berada di posisiku."Lagi dan lagi Sofia menekan posisi Humairah saat ini. "Lagi pula, aku tidak yakin, Mbak Humairah bisa ada di posisiku. Jadi, pintu ada sebelah sana. Silahkan, Mbak!"Humairah geram dengan sikap Sofia. Secara tidak langsung dia telah m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Humairah Kembali

    "Eum, itu bagi Rayhan tapi bagiku, kami lebih dari teman," jawabnya seraya mengukir senyum."Jangan memancing keadaan, Humairah. Nyatanya kita hanya teman biasa," tegur Farhan yang tiba-tiba muncul dari aeah belakang."Ada perlu apa ke sini?" tanya Rayhan."Aku ingin ketemu kamu," jawab Humairah santai. Rayhan mendengus kesal. Sofia dan Azizah sama-sama menyimak pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama tidak suka dengan kehadiran Humairah. Farhan yang mengerti suasana hati Sofia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini. "Humairah, memang dulu kita berteman, tapi kamu harus tahu batasan.""Batasan?"Farhan menyenggol lengan Rayhan. Dia memberi kode untuk peka dengan raut wajah istrinya. Rayhan menangkap maksud dari Farhan. Dia kemudian merangkul Sofia dengan hangat. "Oh iya, aku sampai lupa. Ini istriku, namanya Sofia."Humairah terpaku sejenak melihat sosok wanita cantik yang ada di depannya. Di dalam hatinya dia merasa kalah. Pantas saja Rayhan dulu menolak mentah-m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status