Share

Cinta Vampir Terakhir
Cinta Vampir Terakhir
Penulis: Ratu Pertiwi

Tampan

Seperti ini cinta, datang dan pergi. Setelah bahagia pasti ada kesedihan, pertemuan juga memiliki perpisahan. Renata menghela napas panjang ketika dirinya baru saja menyaksikan bahwa kekasih yang sudah berjalan lima tahun justru berselingkuh dengan wanita lain.

Hancur, tentu saja itu yang terjadi pada Rena. Tidak hanya hati tapi masa depan yang sudah ia rangkai dengan baik bersama Vio. Rena merasakan seolah hidup sudah tidak bermakna lagi, ia tidak tahu ke mana langkah kaki akan membawanya.

Tanpa sadar Rena sudah berdiri di jembatan London. Malam ini angin bertiup kencang membawa salju pertama, dingin tidak lagi ia rasakan. Hati dan pikirannya sudah hampa, tidak bisa merasakan apa pun lagi.

"Buat apa aku hidup jika semua sudah hancur. Mengapa hidupku tidak pernah menemui kebahagiaan, Tuhan! Salah apa aku sampai kau menghukum diriku seperti ini?!" teriak Rena frustrasi.

Kaki jenjangnya mulai menaiki pagar jembatan tanpa ragu. Sekarang ia sudah berdiri tegak dan siap untuk terjun ke sungai yang dingin. Wanita cantik dengan mata biru yang malang, dibuang orang tuanya dan harus berakhir di panti asuhan.

Tekadnya sudah bulat, ia menjatuhkan diri ke sungai dan memejamkan mata. Merasakan air dingin menyentuh kulitnya dan perlahan air itu masuk ke sela-sela tubuhnya.

'Selamat tinggal dunia yang kejam,' batinnya pasrah.

Tidak jauh dari jembatan sosok pria tampan justru sedang memperhatikan apa yang Rena lakukan. Pria itu tersenyum samar dan bergegas masuk ke dalam sungai untuk menyelamatkan Rena.

"Gadis bodoh, kau pikir mati adalah jalan satu-satunya?" maki pria itu.

Marco Reus, pria tampan dan awet muda. Sosok yang selalu menjadi idaman wanita karena kekayaannya dan ketampanannya itu berhasil menemukan tubuh Rena yang hampir menyentuh dasar sungai.

Dengan kekuatan Marco, Rena berhasil keluar dari sungai dalam kondisi tidak sadarkan diri. "Tubuhnya sudah dingin, aku harus segera bawa dia ke mansion. Jika aku bawa ke rumah sakit akan begitu banyak masalah." Marco memutuskan membawa Rena pulang dan ia bersedia untuk merawatnya.

Tidak lama kemudian Marco sudah sampai di mansion miliknya. Ia memerintahkan semua pelayan untuk mengganti pakaian Rena dan membuatkan beberapa obat herbal.

"Di mana dokter Louise? Panggil dia sekarang untuk memeriksa wanita ini," titahnya kepada salah satu pelayan.

"Baik, tuanku." Pelayan itu segera pergi mencari dokter Louise.

Luke mendengar suara berisik di ruang tamu langsung bergegas keluar dari ruang kerjanya, melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ia juga mencium aroma manusia dan melihat sosok wanita yang sedang dibawa oleh pelayan masuk ke kamar tamu.

"Marco! Apa kau sudah gila membawa manusia ke dalam mansion milikmu?" ucap Luke sahabat Marco yang selalu ada di sampingnya.

"Kenapa? Aku tidak memiliki pilihan lain, terlebih wanita itu bisa bekerja untukku. Dia akan bergantung kepadaku karena aku telah menyelamatkan hidupnya." Marco menjawab dengan acuh seolah kekhawatiran Luke tidak ada artinya.

"Mengapa kau menjadi bodoh seperti ini? Dia akan mengetahui semua rahasia kita, jangan harap manusia itu akan berhutang budi kepadamu. Kau sudah melihat sendiri betapa busuknya manusia!" omel Luke panjang lebar.

Marco hanya menatap Luke dengan tajam. Ia tidak ingin mendengar ocehan Luke lebih banyak lagi. Sedangkan Luke yang mendapat tatapan itu hanya bisa menghela napas panjang. "Terserah kau saja, aku sudah mengingatkanmu."

Luke membanting pintu kamar Marco saat ia keluar. Marco tersenyum miring dan meraih gelas berisi cairan merah yang sudah disediakan oleh pelayan. "Kau tidak tahu, Luke. Darah wanita itu berbeda dan jauh lebih harum dari manusia lain."

Perlahan Rena membuka matanya. 'Apa aku sudah di surga? Hangat dan juga mewah,' batin Rena saat melihat langit-langit kamar yang mewah dengan ukiran berwarna emas. Sudah empat hari lamanya Rena tidak sadarkan diri.

Luka Rena memang terbilang parah, selain air yang masuk hingga ke kepala, ia juga mengalami hipotermia. Untung saja Marco dan dokter pribadinya berhasil menyelamatkan Rena.

"Akhirnya kau bangun juga." Suara barito Marco mengagetkan Rena.

Wanita itu melihat ke sumber suara dan mendapati sosok pria berpunggung tegap.

"Tampan." Satu kata yang lolos dari bibir Rena dengan suara berbisik.

"Siapa kau dan di mana aku?" tanya Rena, suaranya masih lemah karena ia terlalu banyak meminum air sungai.

Marco membalikkan tubuhnya dan menatap Rena. Langkahnya mendekati Rena yang masih berbaring di atas ranjang.

"Kau hampir mati dan aku yang menyelamatkanmu. Sekarang kau ada di rumahku," jawab Marco acuh.

"Kenapa kau menyelamatkan aku, aku tidak butuh diselamatkan dan aku juga tidak mau hidup lagi di dunia ini!" Seketika emosi Rena memuncak, kilasan ingatan tentang Vio kembali hadir.

"Baru kali ini aku menemukan wanita sebodoh dirimu! Belum saatnya kau mati mengapa menyalahi takdir!" bentak Marco.

Rena ketakutan saat mendengar suara tinggi Marco. Begitu mengerikan dan membuat Rena gemetaran. Marco duduk di bibir ranjang, wajahnya mendekati wajah Rena.

"Kau masih muda dan cantik. Hidupmu terlalu berharga, mati demi pria brengsek, sungguh menyedihkan," bisik Marco di telinga Rena.

"Itu bukan urusanmu, mengapa kau peduli denganku." Rena kembali melontarkan ucapan sinis.

Marco tersenyum samar, kata-kata Rena masuk akal dan ia juga datang secara tiba-tiba lalu mencampuri urusan Rena.

"Jelas saja aku peduli denganmu, kau memiliki sesuatu yang berharga di dalam dirimu. Aku bisa melihatnya tapi kau terlalu bodoh tidak menyadarinya." Marco tidak bisa menjelaskan semua alasannya. Ia juga tidak ingin Rena takut dan semakin mendorong wanita itu untuk mati sia-sia.

Kini Rena terdiam, tentu saja dia bingung dengan ucapan Marco. Rena menatap punggung Marco yang kian menjauh dan menghilang di balik pintu kamar.

"Siapa dia sebenarnya, semua ucapannya begitu membingungkan. Dia tahu masalahku dan dia jauh lebih paham siapa diriku. Ini ... sangat aneh," ucap Rena pada diri sendiri.

Luke melihat Marco tersenyum lebar semakin membuatnya bingung serta penasaran. "Marco, jelaskan kepadaku siapa wanita itu sebenarnya?"

"Suatu saat kau akan tahu dan kau akan bersedia melindungi dia dengan nyawamu." Kali ini jawaban Marco membuat Luke semakin gila.

Ia tahu bahwa Marco tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Namun Luke selalu tahu tujuan Marco, hanya saja kali ini dia tidak tahu sama sekali.

Di malam yang sunyi dan angin bertiup kencang membuat Rena mengeratkan selimut. Tubuhnya yang lemah menjadi sangat sensitif terhadap udara dingin. Ia berusaha untuk memejamkan mata, akan tetapi hatinya semakin tidak tenang.

Suara pintu berderit membuat Rena semakin takut, ia merasa dirinya tidak aman. Suara langkah kaki kian mendekati ranjang di mana Rena berbaring, Rena mencengkeram selimut dengan erat dan terus memejamkan mata sambil berdoa.

'Tuhan, kali ini aku mohon lindungi aku.'

*** 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status