Share

Cuma Mimpi

Rena keluar dari gedung tersebut dengan senyum di wajahnya. Apartemen yang baru dia dapatkan melebihi ekspektasinya dan membuat moodnya jadi baik sekali. Saking baiknya dia sampai tak kesal saat mendengar nyonya pemilik gedung apartemen mengomel soal salah satu penghuni yang menumpuk sampah di depan unitnya.

Sore itu juga, Rena mengemasi barang-barang miliknya yang tak begitu banyak, muat dimasukkan ke satu ransel dan satu tas besar. Sebelum jam makan malam, dia sudah berada di meja resepsionis lapuk warna merah marun dan meletakkan kunci bekas tempat tinggalnya selama dua tahun terakhir.

Nyonya Mirtle, si judes pemilik gedung menatapnya seolah menanyakan ‘Ada apa ini?’ dan dengan senang hati Rena mengatakan.

“Aku telah menemukan tempat baru. Aku pindah saat ini juga, Nyonya Mirtle. Terima kasih atas—”

“Pergilah, Nona Vasquez. Tak usah bicara yang tidak perlu,” potong wanita tersebut dengan wajah khas tak ramahnya.

Rena menahan diri untuk tak memutar bola mata dan hanya mengedikkan bahunya. “Sampai jumpa, Nyonya Mirtle.”

Dia tak repot menunggu balasan dari Nyonya Mirtle karena tahu pasti tak akan pernah datang. Sambil menenteng tasnya yang lumayan berat, dia berjalan menuju apartemennya yang baru.

Pikirannya terus memutar momen di mana Eric menyebutkan harga sewanya. Siapa yang menyangka kalau tarif sewa unit tersebut bahkan tak sampai dua kali lipat harga sewa apartemennya yang lama, sedangkan kualitasnya jauh berbeda. Apalagi dia mendapat diskon separuh harga untuk bulan pertama, Rena jadi langsung setuju. Gadis itu memberikan sejumlah uang sebagai uang pangkal dan langsung pulang untuk berkemas.

*** 

Setibanya di gedung apartemen yang baru, Eric menyambutnya dengan senyuman ramah. Rena segera melunasi pembayaran bulan pertama dan naik ke apartemen barunya setelah Eric menjelaskan beberapa hal.

Peraturan tinggal di sana pun tak rumit. Sampah harus dibuang tepat waktu tiga kali dalam seminggu dan Rena harus menuliskan namanya di papan jadwal jika ingin menggunakan fasilitas laundry yang ada di lantai dasar. Dia bahkan bebas mendekorasi unit yang dia tinggali selama tak mengakibatkan kerusakan.

Setelah menata tempat tidurnya, Rena duduk di sofa yang menghadap ke arah jendela yang belum memiliki korden. Langit sudah gelap dan dia berpikiran untuk membeli korden berwarna coklat yang sesuai dengan cat dinding yang berwarna krim pucat esok hari.

Dia membuka kaleng soft drink, kemudian kotak makan berisi lasagna pemberian Maria. Dia menyiapkan sesendok ke mulutnya. Lasagna buatan Maria masih sangat lezat walau tak lagi hangat. Setelah mencuci kotak makanan dan menghabiskan minumannya, Rena kembali duduk di atas sofa sambil memainkan ponsel pintarnya.

Sudut matanya menangkap gerakan dan Rena mengangkat pandangannya ke arah balkon. Kulitnya merinding saat melihat siluet seorang pria yang menatapnya lekat dari balik kaca.

Rena hampir saja berteriak saat dia terbangun karena suara ponselnya yang jatuh dari tangannya ke lantai. Rupanya dia ketiduran saat asyik berselancar di sosial media.

‘Cuma mimpi,’ batinnya sambil berdengkus.

Gadis itu memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Hari ini cukup melelahkan dan mandi dengan air hangat di bawah shower cukup untuk mengendurkan otot-ototnya yang tegang sebelum naik ke tempat tidur. Dengan piyama lembut dan tempat tinggal yang nyaman, dia yakin bisa beristirahat dengan lebih nyenyak daripada biasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status