Share

Berangkat ke Pondok

Berbagi kasih sayang yang sama dengan orang lain, memberikan perasaan hidup! Pengalaman sesuatu yang nyata, tak terlupakan. Hingga menimbulkan kasih saat antar sesama. Dan akan timbul sendiri untuk saling menghargai. 

Karena ....

Bicara tentang kasih sayang bukanlah hal yang sia-sia, karena kasih sayang tidak pernah sia-sia. Selalu tebar kebaikan dengan sesama, membuat kita di sayangi di tengah-tengah ribuan orang. 

***

Pagi ini Arni berangkat ke pondok dengan diantar sang ibu. Sedangkan Bapaknya tidak bisa mengantarkannya karena harus bekerja. Arni dan ibunya naik angkutan umum untuk ke sana

Saat ini Arni sudah sampai di pondok pesantren. Bangunan besar nan megah. Samping kanan adalah pondok putra dan asrama lengkap dengan fasilitasnya yang di batasi masjid besar, sedangkan di sebelah masjid adalah ndalem (kediaman pemangku pondok), kiyai Laqief yang sering di panggil oleh para santri buya, pondok pesantren dan asrama putri ada di sebelah ndalem lengkap dengan fasilitasnya, kecuali gedung sekolah. Para santri harus berjalan kaki kurang lebih lima menit untuk sampai ke gedung sekolah, karena luasnya area. Antara asrama putra dan  putri pun terpisah cukup jauh.

Arni belum sempat sidak ke pondok pesantren yang sebentar lagi akan dirinya huni selama menimba ilmu di sana, Arni hanya sidak di gedung sekolahnya saja. Arni terpesona dengan sisi dalam pondok pesantren, yang begitu menyejukkan di keliling taman. Letaknya dengan ndalem juga dekat, bahkan ada jadwalnya setiap santri putri untuk membersihkan ndalem buya Laqief dan memasuki kamar beliau untuk membersihkan kamarnya.

Arni menyerahkan formulir pendaftaran dan pembayaran bersama sang ibu. Setekah itu ia langsung mendapatkan tes lisan dari pengurus putri,  semua itu dilakukan untuk  pembagian kelas diniyahnya lembaga non formal di pondoknya dan juga ruang kamar yang akan ditempatinya nanti. Arni dengan kepintarannya menjawab benar semua pertanyaan lisan dari mbak pengurusnya dengan  menggunakan bahasa arab sesuai pertanyaan yang diterimanya .

Saat ini mbak pengurus yang namanya baru ia ketahui bernama mbak Rista mengantarkan Arni ke kamarnya. Ibunya masih menemani Arni untuk melihat kondisi kamar yang akan dihuni putrinya itu.

"Ini kamarnya dek Arni, semoga kerasan ya," ucap mbak Rista. Rista menyuruh Arni dan ibunya, bu Syafaah untuk masuk ke kamar itu.

"Terima kasih, Mbak. Doanya ya, semoga kerasan," balas Arni sambil tersenyum sopan.

"Aamiin ... Semoga ya," jawab mbak Rista.

Kamar Arni cukup luas dan lengkap. Bahkan ada dua kamar mandi dan tempat cuci baju dan wudhu di dalam. Di dalamnya dihuni 20 santri putri. Rata-rata di kamar itu adalah santri dan siswa kelas  unggulan, ternyata karena kepintarannya tadi menjawab pertanyaan lisan, Arni mendapatkan kamar yang dihuni santri kelas unggulan. Di kamar itu Arni juga  yang paling muda.

Semua yang ada di kamar itu menyambut Arni dengan senang, mereka langsung menyalami ibunya Arni dengan sopan. Arni juga menyalami mereka satu persatu sambil memperkenalkan dirinya.

Melihat sambutan teman barunya yang menjadi seniornya begitu hangat, Arni merasa senang. Begitu juga bu Syafaah.

Mbak Rista juga menunjukkan lemari yang akan ditempati Arni untuk meletakkan barang-barangnya selama di sini.  Ia memberikan kunci lemari itu pada Arni. Ia juga menunjukkan rak buku untuk Arni.

Setelah meletakkan barang-barangnya di kamar, ibunya pamit pada semua penghuni kamar Masyithoh, ya kamar yang ditempati Arni adalah kamar Masyithoh. Dengan kerendahan hati Bu Syafaah menitipkan Arni pada mereka.

"Ibu titip Arni  ya, Nak. Kalau dia salah mohon segera ditegur dan diingatkan. Dia masih baru dan belum pernah mengenal tempat ini, suasananya, larangan dan apa saja tentang pondok ini, harap kalian mau membimbingnya," ucap bu Syafaah menitipkan Arni.

"Iya, Bu. Insya Allah kami akan membimbing Dek Arni," ucap mereka serentak. Membuat Bu Syafaah sedikit lega meninggalkan putrinya.

"Terima kasih ya, Nak semuanya," ucapnya.

"Sama-sama, Bu."

Bu Syafaah keluar dari kamar itu dengan diikuti Arni dan mbak Rista.

Mbak Rista mengantarkan keduanya  sowan ke ndalem, sebelum bu Syafaah pulang. Bu Syafaah memasrahkan Arni pada pihak ndalem yaitu bu nyai Syarifah. Hal yang harus dilakukan orang tua santri baru untuk lebih mendekatkan diri pada pihak ndalem dan memperkenalkan diri sebagai penghuni baru Sekaligus minta barokah supaya kedepannya dalam menimba ilmu di sana lebih  tenang. 

Bu nyai  Syarifah yang sering di panggil para santri dengan sebutan ummi, menyambut mereka dengan senang hati dan senyuman yang mengambang di wajah cantiknya. Kecantikannya masih sangat terlihat meskipun umurnya sudah hampir  memasuki setengah abad.

"Setelah mengucapkan salam mereka segera dipersilahkan ummi Syarifah  untuk masuk dan duduk. Mbak Rista langsung sigap masuk ke dapur ndalem untuk membuatkan mereka minum.

Arni menyalami punggung tangan  ummi Syarifah dengan takzim. Begitu juga bu Syafaah.

"Adek cantik namanya siapa?" tanya ummi Syarifah setelah mereka duduk.

"Khairina Azzalina Arni, di panggil Arni, Ummi," jawab Arni sopan

"Nama yang cantik, semoga sholihah dan bisa membanggakan orang tua kelak ya, Nak," pujinya.

"Aamiin ... Terima kasih doanya, Ummi."

"Iya, sama-sama, Nak.

"Mohon Maaf, saya sebagai ibunya Arni, menitipkan putri saya pada ummi dan pihak pesantren, mohon bimbingan dan pengawasannya," ucap bu Syarifah sopan.

"Insya Allah, saya akan jaga amanah dari ibu," balas ummi Syarifah.

"Terima kasih, Ummi."

"Sama-sama, Bu. Sudah kewajiban saya," jawab ummi Syarifah lagi dengan senyuman.

Setelah memasrahkan Arni pada pihak ndalem, bu Syafaah pamit undur diri.

Saat ini Arni dan ibunya masih berada di aula tempat santri menerima tamu.

"Kamu yang kerasan ya, Nak. Belajar yang sungguh-sungguh ya, yang nurut dan jangan suka iseng. Doakan ibu dan bapak. Jangan lupa tunaikan sholat malam dan sholat dhuha," ucap bu Syafaah menasehati Arni.

Arni langsung memeluk wanita yang sudah  berusia setengah abad itu.

"Iya, Bu. Doakan Arni selalu ya," ucap Arni sambil terisak dipelukan sang ibu.

"Pasti orang tua mendoakan yang terbaik buat anaknya, sudah ... Jangan menangis nanti malu dilihat temannya yang lain," ucap bu Syafaah menghibur sang putri.

Arni semakin erat memeluk sang ibu.

"Nak, kamu cukup-cukupkan uang saku kamu ya, kalau ibu dan bapak dapat rezeki yang banyak, segera ibu kirimin uangnya lagi," bisik bu Syafaah.

Arni langsung mengangguk. "Ibu nggak usah mikirin itu, Arni akan sebisanya meminimalisir pengeluaran Arni. Arni akan menunggu sampai ibu dan bapak mengirim uang  lagi," lirihnya.

"Terima kasih ya, Nak. Atas pengertiannya."

"Iya, Bu."

"Ibu pamit pulang dulu, kamu jaga diri baik-baik," pamit bu Syafaah.

"Ibu hati-hati ya," ucapnya.

"Iya, Nak." Bu Syafaah mulai melepas pelukan Arni.

Namun Arni masih ingin  memeluk tubuh ibunya lagi, setelah cukup lama Arni pun melepas pelukan itu, ia lalu mencium punggung tangan ibunya. Yang dibalas bu Syafaah dengan mencium kening Arni. Rasanya ingin menangis, namun bu Syafaah menahannya, tidak mau Arni melihatnya menangis. Remaja itu perasaannya halus, kalau melihat ibunya menangis  pasti tidak tega, bisa-bisa kepikiran terus pada ibunya dan tidak kerasan.

Setelah Arni tenang Bu Syafaah segera meninggalkannya, Mbak Rista sudah mengajaknya masuk ke asrama  dan segera menyuruhnya masuk ke dalam kamarnya tadi.

"Sudah ya, katanya mau mondok! kok malah nangis. Nanti malah ibunya nggak tega lho. Biasanya orang tua akan ada ikatan batin yang kuat pada anaknya apalagi harus berpisah padahal sebelumnya kalian selalu bersama dan itu menyebabkan anak jadi nggak kerasan di pondok karena sama-sama saling memikirkan. Kamu nggak mau 'kan  ujung-ujungnya ibu kamu kepikiran  kamu terus dan kamu jadi nggak kerasan," ucap mbak Rista menasehati.

"Iya, Mbak. Sudah nggak nangis lagi kok," jawabnya sambil mengelap air matanya. Arni mencoba tersenyum pada mbak Rista.

"Ya gitu dong! itu baru bagus, kalau nggak nangis makin terlihat cantik," puji  Mbak Rista.

"Terima kasih, Mbak."

"Sama-sama, sudah kamu istirahat sebentar nanti ikut jamaah ya, biar nggak ditakzir (denda). Nanti juga santri baru akan  dikumpulkan untuk pembacaan tata tertib yang wajib dipatuhi," ujar Mbak Rista.

Arni mengangguk,  Mbak Rista pergi setelah mengucapkan itu pada Arni.

Di dalam kamar Arni mencoba membaur dengan senior-seniornya. Arni termasuk tipe anak yang mudah dalam bergaul, tidak pernah membeda-bedakan dalam mencari teman, bahkan Arni sudah mulai berani bertanya-tanya pada seniornya itu. Beruntung para seniornya itu sangat baik  padanya. Dengan sabar menjawab  pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan Arni pada mereka.

Mereka juga senang dengan Arni. Padahal mereka baru bertemu. Arni sudah membuat mereka nyaman dengan sikapnya yang polos. Namun tetap sopan dan lembut dalam bersikap. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status