Leonel pun menceritakan kejadian empat tahun lalu. Kala itu, Dalbert beserta anak buahnya sedang melakukan transaksi penjualan narkoba di salah satu negara bagian Eropa Barat dan mereka berhasil menangkap salah seorang anak buah Crusio.Sayangnya, begitu Leonel tiba di tempat penyekapan, anak buah Crusio ditemukan sudah tak bernyawa, mengakhiri nyawanya sendiri dengan mengiris leher pada bagian kiri.Saat anak buah Leonel membawa pergi jasadnya, netra Leonel menangkap sebuah tato ular di sebelah bahu kirinya. Ia beranggapan tato itu hanya sekadar tato biasa sehingga luput dari perhatiannya.Kini setelah ia teringat kembali, tato di tubuh anak buah Crusio itu sama seperti dengan kertas lambang Crusio dari peninggalan sepupunya. Hanya saja tidak ada sekuncup bunga pada bagian tengah.[Terima kasih telah membantuku memecahkan satu misteri ini, sweety.]Leonel menarik sudut bibirnya membentuk senyuman lebar.“Apakah itu artinya aku lolos penyeleksian masuk ke dalam organisasi kak Leo?” ta
“Seraya berpura-pura menjalani tugas dari Crusio, kita cari tahu kelemahan Nox.” Jeff menyuarakan keluar pemikirannya.“Kalau Nox memang punya kelemahan itu, mana mungkin dia masih bisa bernapas hingga sekarang!”“Sebelumnya mungkin memang tidak ada, Sir. Namun, kini tak lagi sama. Apakah Anda ingat di sisi Nox saat ini ada anggota baru?”Bayangan seraut wajah melintas ke dalam kepala sang pemimpin, membuatnya tersadar seketika lantas bibirnya membentuk senyuman licik. “Apakah kau yakin bisa memanfaatkan orang itu?” tanyanya.“Kita dapat menyimpulkan jawabannya dengan melakukan uji coba, Sir.”“Kau memang selalu bisa kuandalkan, Jeff. Tidak salah aku memilihmu sebagai orang kepercayaanku.” Ia menepuk-nepuk bahu Jeff diiringi wajah puas dan senyum lebar.“Setelah kita melenyapkan Nox, posisi underboss berikutnya sudah pasti akan jatuh di tangan Anda,” Jeff mengucapkan keluar dengan nada penuh keyakinan dan disambut gelak tawa dari Bosnya.“Aku mau beristirahat. Panggil orang untuk memb
Elian berdeham pelan untuk menyamarkan wajahnya yang berubah tegang. “Ini masalah pria, kau tidak perlu tahu,” jawabnya.Tentu saja karena aku cemburu, Bodoh! Jelas sekali pria itu menyukaimu. Aku tidak suka melihat pancaran matanya saat sedang memandangmu. Batinnya bergumam.“Kau selalu bermain rahasia, El! Dengan sifatmu seperti itu, mana ada wanita yang bersedia menikah denganmu?” Maylin mencebikkan bibirnya kesal dan melipat kedua tangannya di atas dada.“Pria yang misterius cenderung mampu membuat wanita semakin penasaran dan mengejar pria itu.”Maylin tertawa sinis, lalu berkata, “Yeah … aku dapat melihatnya.” Kedua netranya mengarah ke dua orang Pengawal yang tengah berdiri mematung. “Ketimbang dari seorang wanita, lebih tepatnya bodyguard pribadimu lah yang sering mengejarmu, El.”Elian tidak menanggapi sindiran dari wanita di depannya itu. Dengan lembut ia merapikan untaian rambut Maylin yang jatuh hampir menutupi mata indahnya. Sebuah perhatian kecil, tetapi sangat melekat k
Kedua sudut bibir Elian terangkat membentuk senyum lebar. Netranya tidak berhenti menatap pada layar ponselnya.“Apakah foto-foto itu membuatmu sebegitu bahagianya?” Maylin melirik Elian yang sedang duduk di sampingnya dengan seuntai senyum yang tidak lepas dari bibirnya sejak mereka mengambil beberapa foto bersama di Menara London. Sungguh ia tidak mengerti isi pikiran pria itu. Memangnya ada yang spesial dari foto itu?Foto yang tersimpan di dompetku selama ini berupa foto dirimu bersama Darwan. Hari ini bisa berfoto denganmu tanpa ada sosok pria lain, tentu saja membawa kebahagiaan tersendiri bagiku. Semoga keberuntungan dan kebahagiaan hari ini terus berlanjut sampai seterusnya. Batin Elian.“Kita mau ke mana?” Maylin bertanya saat mobil berbelok pada jalur yang bukan ke arah penthouse Elian.“Makan,” jawab Elian singkat.“Di mana?” tanya Maylin lagi.“Di restoran.”Jawaban singkat Elian membuat Maylin memutar bola mata. “Aku tahu, tetapi di mana?”“Kau akan tahu.” Pandangan mata
“Siapa saja selain Brianna?” tanya Elian ingin tahu.“Hanya kami berdua saja.”Elian mengangguk. “Pergilah.”Maylin menatap Elian dengan terkejut dan tak percaya. Sebuah keajaiban mengingat Elian terlalu bersikap paranoid padanya. Padahal, ia sudah menyiapkan banyak ancaman untuk pria itu bila tidak diizinkan.“Sunggguh, El?” tanya Maylin memastikan.“Yeah ... asalkan bodyguardku harus selalu bersamamu, ke mana pun kau pergi.”“Suruh mereka mengawasiku dari jauh. Setiap berkumpul bersama teman baruku, jangankan mereka, aku pun merasa tidak begitu nyaman karena kehadiran bodyguardmu itu.”“Terlalu beresiko mengawasimu dari jauh, Lin. Kemungkinan terlambat melindungimu bisa saja terjadi. Aku tak akan mengizinkan mereka jauh-jauh darimu.” Elian menggelengkan kepalanya tidak setuju.“Oh Gosh! Aku bukan anak kecil! Memangnya siapa yang mau berbuat jahat padaku? Aku tidak punya musuh dan bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan tak akan ada orang yang berani menculikku?” cibir Maylin.“Aku
Maylin mendongak tatkala mendengar suara seorang pria dan tertegun melihat kemiripan wajah pria itu dengan Elian. “Selamat malam, Mr. Carter,” Maylin menyapa dengan sopan. Ini kali pertama ia bertemu dengan Ayah Elian.“No, no … panggil saja Daddy Emilio and good night too, Dear.”“Eh? Da— daddy?” Maylin tampak terkejut.“Frida pasti senang mengetahui kau tetap menjadi calon menantunya. Dan kau, Elian … kenapa tidak memberi tahu Daddy tentang hubungan kalian ini?”Maylin menatap Elian yang hanya bergeming. Pria itu tidak sama sekali terlihat akan meluruskan kesalahpahaman Ayahnya. “Anda salah paham, Mr. Carter,” ucapnya kemudian.“Daddy Emilio, Dear,” tukas Emilio memperbaiki panggilan wanita itu untuknya.“Ba— baiklah, Daddy Emilio.” Merasa percuma saja Maylin menyatakan keberatannya sebab Ayah Elian terlihat tidak mau dibantah. “Maaf, Daddy Emilio. Ada suatu hal yang ingin kutanyakan.”Elian yang dapat menebak perihal apa yang akan ditanyakan oleh Maylin, bersiap menahan wanita itu,
Melihat putranya seakan-akan siap membunuh siapa pun saat ini juga, membuat Emilio memberikan sebuah pertanyaan, “Apakah kau jatuh cinta kepada wanita itu, Elian?” Helaan napas panjang Emilio berembus ketika menanti jawaban yang tak kunjung keluar dari bibir putranya. “Daddy sudah pernah memperingatkanmu, jangan pernah menaruh cinta kepada wanita mana pun, Elian. Terjebak dalam cinta mampu melumpuhkan logika terbaikmu. Terlebih akan ada banyak hal yang harus kau korbankan. Tidak hanya merugikan dirimu sendiri, tetapi juga kelompok kita dan sebelum kau menghancurkan musuhmu, mereka terlebih dulu yang akan menghancurkanmu.” “Seandainya saja cinta memiliki tombol on dan off untuk mengaturnya, maka aku tidak perlu bersusah payah membunuh perasaan cinta ini, Dad!” jawab Elian mengusap wajahnya frustrasi. “Sejak kapan kau mencintainya?” tanya Emilio. Ia bukannya tidak memahami perasaan Elian. Dirinya pun juga pernah berada di posisi putranya seperti saat ini. Namun, tidak semua cinta ha
Angin malam berhembus kencang hingga menusuk tulang meskipun pakaian tebal berlapis melekat di tubuh, angin dingin tetap melawan masuk. Membuat orang-orang yang masih beraktivitas di luar sana, lebih merapatkan lagi jaket yang membungkus tubuh mereka demi menghalau udara dingin.Nox beserta anak buahnya melangkah masuk menuju rumah besar bergaya kuno dengan tiang dan dinding batu yang kukuh. Beberapa pepohonan yang begitu lebat dan tinggi menjulang mengelilingi bangunan besar itu. Tanaman merambat, tumbuh subur di dinding yang membentengi rumah.Jika dilihat dari luar, rumah tersebut tampak tidak berpenghuni dan pada malam hari terlihat sangat mengerikan seperti rumah-rumah besar dan angker dalam film horor.Bangunan itu adalah peninggalan leluhur Crusio pada zaman penjajahan dahulu kala, yang kemudian dijadikan tempat rahasia keberadaan Crusio yang tidak diketahui oleh siapa pun, terkecuali Nox dan Imperius, seorang konselor bagi Crusio.Oleh sebab itu, penampilan luar bangunan denga