Beranda / Romansa / Cinta dan Impian / Pernyataan Cinta

Share

Pernyataan Cinta

Penulis: Nazila 12
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-05 19:18:30

"Sa...... sayang? Maksud kamu apa Marko?" tanya Debi terbata-bata.

"Mungkin sudah waktunya aku mengungkapkan perasaanku kepada kamu, Debi. Semua perhatian yang aku berikan kepada kamu selama ini, itu karena aku mencintai kamu. Aku ingin hubungan kita lebih dari sahabat. Apakah kamu mau Debi?"

Deg

Debi benar-benar terkejut mendengar pernyataan cinta dari Marko. Hal seperti inilah yang Debi takutkan selama ini. Tumbuh rasa cinta yang akan membuat persahabatan mereka menjadi berantakan. Sementara Debi belum siap dengan kata cinta yang datang di kehidupannya. 

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" bisik Debi dalam hati. 

Marko menggenggam kedua tangan Debi. Marko menatap Debi penuh harap. Tergambar jelas di wajah Marko jika dia tulis mencintai Debi. 

"Ya Tuhan, aku harus menjawab apa? Aku tidak mungkin menerima cinta Marko, karena aku tidak mau disibukkan dengan cinta hingga menghambat kuliahku, dan perjuanganku untuk menjadi orang sukses akan sia-sia. Tapi, sebenarnya aku juga menaruh hati dengan Marko. Laki-laki yang sangat tulus menerima statusku," bisik Debi dalam hati. 

"Debi, kenapa kamu diam? Kamu juga mempunyai perasaan yang sama sepertiku kan?" 

"Marko, aku sudah sangat nyaman dengan persahabatan ini. Lebih baik, kita seperti ini saja ya!" balas Debi sembari menarik tangannya dari genggaman Marko. 

"Tapi Debi, aku sangat mencintai kamu. Aku janji, aku tidak akan mengecewakan kamu," balas Marko penuh pengharapan. 

Untuk saat ini, Debi benar-benar tidak ingin ada cinta diantara mereka. Debi harus memberikan alasan yang tepat kepada Marko agar dia mau mengerti. 

"Marko, kamu tahu kan? Di dalam agama diajarkan jika tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Dan aku tidak mau kita sampai dari syariat yang sudah ditetapkan." 

"Tapi Debi, asal kita tidak melakukan di luar batas. Aku rasa tidak apa-apa kok."

"Iya, awalnya memang tidak akan melakukan di luar batas, tapi syaitan itu selalu ada di mana-mana. Jika kita terlena, pasti kita akan melakukannya. Mengertilah Marko. Kita akan lebih baik jika bersahabat."

Meski terlahir tanpa orang tua, namun Debi sangat memegang teguh pendiriannya untuk masalah agama. Yah, semua itu tidak terlepas dari Ibu panti yang mengajarinya. 

"Tapi Debi, aku tidak bisa hanya seperti ini, aku sangat mencintai kamu," kekeh Marko. 

Debi yang sudah menjelaskan dengan bahasa yang sangat baik agar tidak menyinggung perasaan Marko. Nyatanya sama sekali tidak diperdulikan Marko. Marko tetap saja dengan pendiriannya. Debi yang merasa lelah setelah pulang bekerja, membuat Debi tidak bisa mengontrol emosinya.

"Marko, aku harus bilang berapa kali agar kamu mau mendengarkannya? Kalau aku bilang tidak ya tidak."

"Tapi Debi......."

"Stop. Aku tidak mau mendengarnya lagi. Lebih baik kamu pulang dan jangan menggangguku," kata Debi yang membentak Marko dan berjalan meninggalkannya. 

Saat Debi hendak masuk ke dalam kos-kosannya. Langkah Debi terhentikan saat mendengar ucapan Marko. 

"Baiklah, jika itu kemauan kamu. Aku akan pergi dan tidak akan pernah lagi mengganggu kamu. Semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu ini," kata Marko yang langsung melangkahkan kakinya. 

Dengan perasaan yang hancur. Marko pergi meninggalkan tempat itu. 

Debi membalik tubuhnya dan melihat Marko yang semakin jauh dari pandangannya. Debi memegang dadanya. Ada perasaan gemuruh yang sulit Debi artikan. Debi merasa sedih melihat tatapan sayu penuh kekecewaan Marko kepadanya. 

"Maafkan aku, Marko," kata Debi penuh penyesalan. 

Debi menghela nafas berat dan langsung berjalan masuk ke dalam kos-kosannya.

Brakkkk

Debi membanting pintu dengan keras. Debi melempar tasnya begitu saja dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasanya tubuh Debi sangat lelah, ditambah kejadian tadi membuat Debi semakin tidak karuan perasaannya.

"Ya Tuhan, apakah tadi ucapanku keterlaluan kepada Marko ya! Sampai Marko begitu sedihnya? Tapi jika aku tidak bersikap tegas seperti tadi, Marko tidak akan menyerah. Semoga, besok semuanya akan baik-baik kembali," kata Debi yang memejamkan matanya.

Debi berharap dengan memejamkan matanya, Debi bisa mendapatkan ketenangan. 

Tap tap tap

Marko melempar jaketnya begitu saja kepada teman-temannya. Teman-teman Marko yang saat itu tengah berkumpul di dalam bar terkejut melihatnya. 

"Marko, kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Gilang heran. 

Yah, ini pertama kalinya mereka melihat Marko menginjakkan kakinya ke dalam bar. Marko tidak menjawab pertanyaan Gilang. Marko menarik gelas yang berisikan alkohol dari tangan Gilang, dan meneguknya hingga tandas. 

Melihat itu, teman-teman Marko semakin dibuat terkejut. Ini juga pertama kalinya Marko meminum alkohol. Padahal dulu Marko sangat anti dengan yang namanya alkohol.

"Marko, kamu kenapa?" tanya Bagas. 

"Apakah aku tidak cukup baik?" kata Marko yang mulai hilang kesadarannya. 

Yah, karena Marko tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Baru minum sedikit saja Marko sudah kehilangan kesadarannya. 

"Kamu putus cinta?" tanya Bima menduga. 

"Debi...."

"Kenapa dengan Debi?" 

Marko terdiam dan melihat teman-temannya dengan tatapan penuh luka. Marko tidak pernah menyangka jika pernyataan cintanya akan menjadikan hatinya sehancur ini. 

"Kamu ada masalah dengan Debi?" tanya Gilang. 

"Debi, menolok cintaku," balas Marko sembari meneguk alkohol kembali. 

"Debi menolok cinta kamu?" kata teman-teman Marko kompak. 

Yah, bagaimana tidak. Penolakan cinta Marko menjadi topik terhangat yang membuat mereka sangat penasaran dan juga terkejut. Pasalnya Debi dan juga Marko adalah sepasang sahabat yang sangat dekat, tapi entah kenapa tiba-tiba Debi menolak cinta Marko. 

"Kenapa Debi bisa menolok cintamu?" tanya Bagas penasaran.

"Debi tidak mau melanggar ajaran agama. Dia takut, jika aku dengannya akan melakukan perbuatan di luar batas nantinya. Tapi, dia malah tidak memperdulikan perasaanku," kata Marko dengan wajah sayunya yang penuh luka. 

Gilang, Bagas dan juga Bima hanya diam melihat kesedihan yang tengah dirasakan Marko. Yah, ini pertama kalinya mereka melihat Marko teluka separah ini. Marko yang terkenal sangat taat, nyatanya mampu meneguk minuman haram yang tidak pernah disentuhnya selama ini. 

"Apakah kita perlu bilang masalah ini sama Debi?" bisik Gilang.

"Aku rasa tidak perlu," balas Bima.

"Kenapa tidak perlu? Apakah kamu senang melihat Marko seperti ini?" 

"Bukan begitu, tapi jika Debi sampai tahu kalau Marko mabuk kayak gini, bukankah Debi akan semakin tidak suka dengan Marko? Secara Debi kan sangat taat dengan ajaran agama. " 

"Benar juga sih kata kamu." 

Akhirnya ketiga teman Marko hanya bisa menghela nafas berat. Mereka merasa kasihan dengan Marko, namun mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menemani Marko yang masih mengoceh ke sana kemari sembari menangis. 

"Marko."

Debi terbangun dari tidurnya sembari menjeritkan nama Marko. Yah, barusan Debi bermimpi buruk. 

"Syukurlah, untung hanya mimpi. Tapi, kenapa aku bisa bermimpi seburuk ini kepada Marko. Sebenarnya apa yang tengah terjadi?" kata Debi menduga-duga. 

Debi terdiam di tempat tidurnya sembari merenungi mimpinya tadi yang benar-benar membuat Debi sangat gelisah. 

"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Marko." 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta dan Impian   Renata Cemburu

    "Dia apa Renata? Jawab!!!!!" Deg Renata terkejut saat Rafa membentaknya. Renata melihat Rafa tak percaya. Ini pertama kalinya Renata melihat Rafa membentaknya, dan itu dia lakukan karena Debi. Renata sedih. Renata semakin membenci Debi saat itu. "Malah diam. Ayo jawab." "Pak Rafa, sudah Pak. Semua ini salah saya." "Mana bisa aku membiarkan orang yang hampir saja melukai kamu, Debi." "Tapi ini salah saya, Pak. Kak Renata tidak salah. Tidak sepantasnya Kak Renata dimarahi seperti ini." "Tidak. Dia memang pantas dimarahi seperti ini."Hati Renata semakin dibalut luka. Mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Rafa, laki-laki yang sangat ia cintai. Begitu sakit rasanya. Bahkan, Renata sangat mencemburui itu. Renata sampai tidak sanggup melihat pemandangan di hadapannya. "Kenapa diam? Jawab alasannya apa tadi?""Maaf Pak Rafa, saya salah." "Nah, gitu dong. Kalau salah ya minta maaf. Sekarang minta maaf sama Debi." "Baik Pak Rafa," balas Renata yang mengalihkan pandangannya.

  • Cinta dan Impian   Jatuh Cinta

    "Ini Sapu tangan Om, Marko." DegMarko terkejut mendengar ucapan omnya. Saking terkejutnya Marko sampai bengong. "Terima kasih ya sudah menemukan sapu tangan Om," sambung Rafa. Rafa tersenyum, namun tak mendapatkan respon dari keponakannya. Rafa tak memperdulikan itu, dia memilih kembali melangkahkan kakinya. Marko tertegun di tempatnya. Ucapan omnya terus terngiang-ngiang di telinganya. Rasanya Marko tak percaya dengan yang didengarnya tadi. "Jika yang aku temukan tadi sapu tangan Om Rafa. Berarti yang menolong Debi?"Perasaan Marko tak karuan. Marko cemas dan juga khawatir. Yah, Marko tidak mau yang ditakutkannya akan benar terjadi. "Enggak, enggak mungkin. Pasti hanya kebetulan saja. Siapa tahu Om Rafa ke kampusku hanya untuk jalan-jalan. Om Rafa kan memang suka kayak gitu. Iya, pasti benar seperti itu." BrukkkkRafa menghempaskan badannya di tempat tidur. Hemzzztttt, nyaman sekali. Tangan Rafa meraih benda pipih yang ada di dalam saku bajunya. "Kira-kira Debi lagi ngapain y

  • Cinta dan Impian   Jadian

    "Debi."DegDebi terkejut saat tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata itu Rafa yang saat ini berdiri di depannya."Kamu sedang mikirin apa Debi?""Tidak sedang mikirin apa-apa kok Pak.""Enggak sedang mikirin apa-apa kok sampai enggak denger aku panggil dari tadi.""Iya, itu karena kurang konsentrasi aja Pak," balas Debi tersenyum malu. "Kalau ada masalah cerita ya. Jangan dipendam sendiri. Gak baik buat kesehatan mental." "Iya Pak, tapi aku tidak sedang ada masalah kok Pak." "Alhamdulillah kalau begitu " "Iya Pak.""Ya sudah, aku antar pulang kamu sekarang ya." "Iya Pak Rafa." Dengan jalan berdampingan. Debi dan Rafa berjalan keluar dari dalam rumah makan. Hari ini jalanan beraspal tak seramai biasanya. Mobil yang Debi tumpangi bebas hambatan tanpa macet sedikitpun. Meski ada pemandangan yang bisa menyejukkan mata Debi di sepanjang jalan. Namun hal itu tak mengalihkan Debi dari lamunannya. "Ya Tuhan, bagaimana ini? Apakah aku bilang saja sama Rafa ya. Kalau aku

  • Cinta dan Impian   Sapu Tangan

    "Debi, kamu tidak usah khawatir. Semua sudah.......""Tolong." Deg Jantung Rafa berdegup kencang saat Debi memeluknya. Tangan Rafa bergetar membalas pelukan Debi padanya. "Jangan takut. Ada aku yang akan menolongmu." Debi semakin mengeratkan pelukannya, begitu pun Rafa sebaliknya.Debi mulai tenang. Seiring itu Debi mulai melepaskan pelukannya. Debi melihat Rafa yang tersenyum kepadanya. "Maaf.""Tidak apa-apa, jika kamu butuh sandaran. Bahuku siap untuk kamu buat sandaran.""Kenapa kamu begitu baik padaku. Padahal aku jahat. Aku sudah menolak cintamu." "Kamu tidak jahat. Kamu punya hak untuk menolak cinta laki-laki yang tidak kamu cintai." "Tapi bukankah seharusnya kamu membenciku? Menjauhiku? Seperti mereka yang melakukan itu padaku." "Tidak ada alasan bagiku untuk menjauhimu. Aku mencintaimu, tapi bukan berarti kamu harus menerima cintaku juga. Inilah yang dinamakan dewasa." Debi melihat Rafa takjub. Dia laki-laki yang sangat baik padanya. Bahkan pemikirannya pun juga sang

  • Cinta dan Impian   Maya Ditangkap Polisi

    "Pak Rafa." Rafa menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya dan melihat Debi dan Doni berjalan mendekatinya. "Terima kasih ya Pak sudah menolong saya." ."Iya Debi, sama-sama. Tapi kamu tidak kenapa-kenapa kan?" "Iya Pak, saya tidak kenapa-kenapa kok.""Syukurlah kalau begitu," balas Rafa lega. Entah perasaan apa yang tiba-tiba menyelimuti hati Debi. Rasanya Debi begitu nyaman. Bahkan Debi merasa aman saat berada di dekat Rafa. Mungkinkah ini cinta? Entahlah, hati Debi tak berhenti bertanya.Tanpa Debi dan yang lainnya sadari. Renata yang sedari tadi berdiri di depan pintu bar. Tak berhenti mengepalkan tangannya. Renata tidak suka melihat pemandangan di depannya. Apalagi melihat perhatian Rafa yang terlihat jelas untuk Debi. Renata pun cemburu dibuatnya. "Dasar enggak tahu terima kasih," ucapnya yang langsung pergi dari sana. Malam pun semakin larut. Bar pun juga mulai sepi, saat jam tutup telah tiba. Semua karyawan menuju loker untuk mengambil barang-barang milik mereka.

  • Cinta dan Impian   Debi Dipermalukan

    Deg Debi terkejut saat Doni memanggilnya. Ya Tuhan, tubuh Debi bergetar hebat. Pasti Maya mendengarnya. Debi semakin tak berkutik di tempatnya. "Oh, ternyata kamu."Tubuh Debi langsung gemetaran. Perasaan takut pun memenuhi hatinya. Debi seperti trauma akan kejadian penusukan waktu itu. "Masih hidup kamu. Aku kira udah mati," sambung Maya yang diikuti gelak tawa. Debi tetap diam tanpa ingin merespon mereka. "Tuli ya kamu!!!!!" bentak Maya membuat mereka yang ada di sekitar sana pun menjadi mereka pusat perhatian. Tak terkejut Doni yang terlihat terkejut dan juga penasaran. "Maaf Maya, aku mau bekerja," balas Debi yang langsung turun dari tempat duduknya. BrukkkkDebi yang hendak berjalan pun terjatuh saat Maya menjagal kakinya. "Mau kemana kamu? Takut ya kalau pekerjaan kamu ini sampai terbongkar sama kita." "Aku enggak ada urusan sama kalian," balas Debi sembari berdiri. Debi kembali melangkahkan kakinya, namun lagi-lagi Maya menjagal kakinya, dan Debi pun terjatuh kembali.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status