Share

Bab 5. Bukan Dia

Author: Dian Chikara
last update Last Updated: 2025-07-27 10:04:54

"Kamu ... kenapa ada di sini?" tanya Sabrina dengan kesal.

"Mengikuti mu."

"Untuk apa? Aku tetap tidak akan mau," tegas Sabrina.

"Aku akan berusaha."

Sabrina menatap tidak suka pada orang di depannya yang tidak lain adalah Antoni. Kali ini Antoni mengenakan pakaian yang lebih rapi untuk menemui Sabrina. Tetapi Sabrina tidak peduli, sekalipun Antoni berubah menjadi baik tapi hati Sabrina masih menyimpan Nathan. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Nathan di hatinya.

"Jangan harap," sinis Sabrina.

Ekspresi wajah Antoni sedikit berubah ada kemarahan yang tidak bisa langsung ia hilangkan. Tetapi kali ini Sabrina tidak takut lagi terhadap Antoni, sebab para pekerja sudah mulai berdatangan. Tidak mungkin Antoni berani melakukan hal yang buruk padanya di saat seperti itu.

Karena ada Antoni, Sabrina tidak meninggalkan Sofia sendirian di gubuk. Ia membawa Sofia untuk membersihkan rumput saja di kebun cabai yang sudah mulai tinggi. Sementara Antoni duduk di teras gubuk sambil terus mengamati Sabrina.

Baru saja membersihkan sedikit rumput Sabrina merasakan getaran ponselnya di dalam tas yang ia gunakan untuk membawa kebutuhan Sofia. Ia segera mengambil ponsel tersebut karena getarannya sudah cukup lama.

"Halo, siapa ya?" tanya Sabrina pada penelpon yang nomornya tidak dia kenali.

[Halo, benar ini nomor Kak Sabrina?] tanya penelpon.

"Iya, saya sendiri. Ini siapa ya?" tanya Sabrina.

[Syukurlah. Maaf, Kak, kenalin aku Leon—temannya Nathan.]

"Oh?" tanya Sabrina yang tidak tahu mau menjawab apa.

[Maaf, Kak, aku boleh bicara sebentar?] Leon meminta izin.

"Emb ... bukannya dari tadi sudah bicara?" Sabrina mencoba mencarikan kecanggungannya.

Sabrina menunggu Leon bicara, nafasnya terdengar berat dari sambungan telepon. Sabrina yakin ada sesuatu yang penting yang akan Leon bicarakan.

[Jadi gini, Kak, emb ... sebelumnya aku mau tanya dulu. Kak Sabrina cinta kan sama Nathan?] Dengan sedikit ragu Leon bertanya.

Sabrina diam, dia tidak mengerti kenapa Leon menanyakan itu dan kenapa juga dia sampai menghubunginya Hanaya untuk menanyakan perasaannya pada Nathan.

[Kak, masih dengar aku kan?] tanya Leon.

"Eh, iya. Sampai mana tadi?" Sabrina tergagap.

[Sampai perasaan Kak Sabrina sana Nathan,] jawab Leon.

Bukannya menjawab, Sabrina malah balik bertanya. "Apa terjadi sesuatu?"

[Iya, Kak, sesuatu ini sangat berbahaya,] tegas Leon.

"Maksudnya?" tanya Sabrina.

[Itu ... Nathan, Kak,] jawab Leon sedikit ragu.

"Ada apa dengan Nathan?" Sabrina mulai khawatir.

[Nathan ... dia belum sepenuhnya sembuh, Kak,] jawab Leon.

"Apa? Bukannya dia sudah lama sembuh?" Sabrina kebingungan.

[Iya. Tapi, tidakkah Kak Sabrina merasa aneh? Dia lupa sama Kak Sabrina bukan?] tanya Leon.

"Jadi?" tanya Sabrina.

[Nathan mengalami Amnesia Anterograde, Kak, dia kehilangan ingatan hanya pada orang yang belum lama ia kenal yaitu dirimu, Kak.]

Leon menunggu Sabrina bicara, tetapi Sabrina tidak kunjung menjawab. Sehingga membuat Leon sedikit ragu, khawatir kalau Sabrina tidak percaya padanya. Padahal Leon sangat butuh Sabrina untuk menyadarkan sahabatnya. Leon tidak bisa mencegah pertunangan Nathan dan Amelia yang tinggal beberapa bulan lagi. Karena itu dia menghubungi Sabrina.

[Kak, aku butuh bantuanmu untuk menyadarkan Nathan kembali. Tolong ya, Kak, demi aku dan demi cinta kalian berdua. Kak Sabrina boleh pikir-pikir dulu kok. Hubungi aku kalau Kak Sabrina sudah pikirkan dengan matang. Nanti aku bantu urus semuanya, Kak Sabrina tinggal terima beres.] Leon bicara panjang lebar lalu berpamitan.

"Telponan sama siapa, kok lama banget?"

Antoni sudah lama memperhatikan Sabrina, tapi dia baru mendekat ketika Sabrina sudah menyimpan ponselnya.

"Bukan urusanmu," ketus Sabrina.

Sabrina kembali membersihkan rumput, tak dihiraukannya Antoni yang mencabuti rumput tidak jauh darinya. Meski tangannya bekerja, pikirannya hanya tertuju pada Nathan. Perkataan Leon sangat menggangu pikirannya.

Seharian pikiran Sabrina tidak fokus pada pekerjaannya. Bahkan sampai di rumahnya pun dia masih memikirkan kata-kata Leon. Apalagi setelah Leon mengirim beberapa foto Nathan bersama Amelia. Pikirannya semakin tidak karuan, anter cemburu, marah, sedih dan juga khawatir.

[Kak Sabrina punya rekening?]

Sabrina membaca pesan masuk dari Leon lalu membalasnya. [Ada.]

[Boleh aku minta nomornya?] tanya Leon.

[Untuk apa?] balas Sabrina.

[Kalau kak Sabrina bersedia datang ke sini, aku akan tanggung jawab sepenuhnya kebutuhan Kakak,] balas Leon.

[Kalau kamu serius, kirim lima puluh juta,] balas Sabrina, tidak lupa menyertakan nomor rekeningnya.

Sabrina tidak bermaksud untuk memeras Leon. Dia hanya jaga-jaga kalau nanti Leon membohonginya. Jika Leon benar-benar mentransfer sebanyak itu, maka Sabrina bersedia pergi ke Jakarta. Meski sedikit risih dengan panggilan Leon terhadapnya, tapi ia sadar kalau Nathan juga memanggilnya begitu saat baru bertemu. Jadi dia harus membiasakan panggilan itu, karena nanti dia pasti akan lebih sering bertemu Leon daripada Nathan.

***

Pagi-pagi sekali Sabrina sudah bersiap, dia pergi diam-diam untuk menghindari Ferdi. Sebab, jika Ferdi tahu Sabrina akan berangkat menemui Nathan, pasti tidak akan diizinkan olehnya.

Sabrina tidak membawa pakaian saat berangkat. Uang yang Leon transfer lebih dari permintaannya, jadi dia akan membeli pakaian di Jakarta saja agar tidak menyulitkannya selama di perjalanan.

"Bi, aku pamit ke pasaran dulu ya," pamit Sabrina pada Nuraeni.

Sabrina meraih tangan bibinya itu dan mencium punggung tangannya. Tidak lupa ia selipkan secarik kertas untuk memberitahu Nuraeni kalau dia akan berangkat ke Jakarta. Nuraeni yang paham menyembunyikan kertas itu dari suaminya.

"Paman, kami berangkat dulu," pamit Sabrina.

"Kenapa Sofia dibawa?" tanya Ferdi.

"Tidak apa-apa, Paman, aku ingin mengajaknya sesekali," jawab Sabrina.

Sabrina pun berangkat dengan mantap, tujuannya adalah untuk menyatukan kembali cintanya yang telah terjadi kesalahpahaman. Sebelum berangkat menuju bandara ia menarik sejumlah uang dari rekeningnya untuk pegangan.

[Aku sudah di Bandara Syamsudin Noor, sebentar lagi berangkat.] Sabrina mengirim pesan pada Leon.

[Oke, Kak. Nanti kalau sudah mau berangkat bilang aja, biar aku tungguin di sini,] balas Leon.

Sabrina membalas pesan itu dengan stiker bertulisan oke, lalu menyimpan ponselnya ke dalam tas. Sabrina lupa mengabari Leon ketika akan berangkat. Tapi ia pikir Leon pasti tahu keberangkatannya dari nomornya yang tidak bisa dihubungi saat di dalam pesawat.

Pesawat yang Sabrina tumpangi sudah hampir tiba di Bandara Soekarno Hatta. Di saat bersamaan Leon sedang ke toilet. Kertas yang ia bawa dengan tulisan nama Sabrina ia titipkan pada orang di sampingnya yang baru ia kenal di tempat itu.

Sabrina turun dari pesawat sambil celingukan. Ia ingat pesan Leon agar mencarinya yang sedang memegang tulisan nama Sabrina. Setelah menemukannya Sabrina segera menghampiri.

"Leon?" sapa Sabrina dengan nada bertanya.

Orang yang di sapa Sabrina mengangguk dan memberi kode pada Sabrina agar mengikutinya. Sabrina mengikuti tanpa ragu, ia pikir orang yang ia temui memang Leon yang ia cari.

"Kita ke mana dulu, Le?" tanya Sabrina.

Orang yang Sabrina kira Leon itu menjawab dengan ragu. "Kita ke ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 6. Mencari Sabrina

    Di sebuah ruangan yang lembab dengan sedikit pencahayaan yang masuk terbaring seorang wanita yang tidak sadarkan diri. Ruangan itu sedikit kotor dan berdebu karena jarang dikunjungi, gudang.Sudah hampir satu jam wanita itu tak kunjung sadar. Hingga ia terkejut dan langsung terbatuk-batuk akibat sedikit parfum yang disemprotkan ke wajahnya.Amelia, pelaku penyemprotan parfum tersebut berkata dengan sinis, "Akhirnya, sadar juga.""Di mana aku?" Sabrina masih belum bisa mencerna karena baru saja siuman."Oh, masih linglung rupanya. Mau ku bantu ingatkan?" tanya Amelia."Anda siapa?" Sabrina menatap wajah Amelia."Hei, jangan melihatku seperti itu!" bentak Amelia."Ma-maaf." Sabrina tergagap.Sabrina yang masih bingung berusaha keras mengingat-ingat sebelum ia berada di gudang tersebut. Perlahan ia ingat ketika akan berangkat ke Jakarta untuk menemui Leon."Sofia, di mana anak saya?" Sabrina langsung menanyakan keberadaan Sofia pada Amelia, matanya langsung memindai isi gudang ters

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 5. Bukan Dia

    "Kamu ... kenapa ada di sini?" tanya Sabrina dengan kesal."Mengikuti mu.""Untuk apa? Aku tetap tidak akan mau," tegas Sabrina."Aku akan berusaha."Sabrina menatap tidak suka pada orang di depannya yang tidak lain adalah Antoni. Kali ini Antoni mengenakan pakaian yang lebih rapi untuk menemui Sabrina. Tetapi Sabrina tidak peduli, sekalipun Antoni berubah menjadi baik tapi hati Sabrina masih menyimpan Nathan. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Nathan di hatinya."Jangan harap," sinis Sabrina.Ekspresi wajah Antoni sedikit berubah ada kemarahan yang tidak bisa langsung ia hilangkan. Tetapi kali ini Sabrina tidak takut lagi terhadap Antoni, sebab para pekerja sudah mulai berdatangan. Tidak mungkin Antoni berani melakukan hal yang buruk padanya di saat seperti itu.Karena ada Antoni, Sabrina tidak meninggalkan Sofia sendirian di gubuk. Ia membawa Sofia untuk membersihkan rumput saja di kebun cabai yang sudah mulai tinggi. Sementara Antoni duduk di teras gubuk sambil terus mengamati

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 4. Dijodohkan

    "Kamu, aaaargh ...!" jerit Antoni.Sabrina segera berlari setelah tangannya dilepas Antoni yang kepedasan karena cabai. Untung saja dia cepat mengambil dan meremas cabai tersebut dan tanpa ragu ia lemparkan ke mata Antoni.Sabrina sudah di depan rumah Nuraeni dengan nafas ngos-ngosan. "Assalamualaikum, Bibi, Sofia."Mendengar suara ibunya Sofia langsung keluar dan menghampiri Sabrina. "Mama.""Kok baru pulang?" Nuraeni keluar dengan wajah masam."Maaf, Bi, cabainya sudah tidak banyak yang tua jadi nyarinya lama, harus di semua pohon," ujar Sabrina."Ya sudah sana timbang dulu," titah Nuraeni."Baik, Bi." Sabrina segera masuk dan menimbang cabai tersebut agar cepat pulang.Nuraeni mengikuti Sabrina masuk dan mengawasinya menimbang cabai. Seperti biasa cabai yang dipetik Sabrina tidak pernah kurang, lebihnya pun hanya sedikit. Itu semua karena Sabrina sudah terbiasa dan hafal dengan beratnya."Cabainya lima kilogram, Bi, semua sudah aku bungkus dan ini lebihnya," kata Sabrina."Ya sudah

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 3. Hatu yang Patah

    "Dia hanya seorang yang Mama tugaskan untuk menjagamu di sini, Nathan," ujar Mytha sambil tersenyum puas.Pertanyaan Nathan saja cukup mengejutkan bagi Sabrina, ditambah lagi dengan pernyataan Mytha membuat hati Sabrina sakit. Ia langsung keluar dari ruang ICU sambil menangis."Dokter, ada apa dengan Nathan?" tanya Mytha.Sunardi yang datang tidak lama setelah Mytha masuk belum bisa memastikan sebelum memeriksa kondisi Nathan."Biar saya periksa dulu ya, Bu," ujar Sunardi."Iya, Dok, kalau begitu saya pamit keluar sebentar." Mytha buru-buru keluar mencari Sabrina.Di luar Mytha melihat Sabrina yang sedang duduk di kursi tunggu. Ia segera menghampiri dan menyodorkan sebuah amplop pada Sabrina."Ambil ini dan ingat kamu jangan pernah muncul lagi di hadapan anak saya," ujar Mytha penuh penekanan.Sabrina menoleh dan bertanya dengan heran. "Apa ini, Tante?""Itu bayaran karena sudah membuat Nathan kembali sadar Sekaligus bayaran untukmu yang mengincar harta keluarga kami agar segera kamu

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 2. Kamu Siapa?

    Empat hari sudah Nathan terbaring lemah di rumah sakit dalam keadaan koma. Mytha begitu khawatir melihat kondisi anaknya, apalagi terkadang ia melihat air mata Nathan mengalir dengan sendirinya."Dokter, kenapa Nathan belum juga sadar?" tanya Mytha pada Sunardi--dokter yang menangani Nathan di rumah sakit tersebut."Mohon sabar ya, Bu. Benturan di kepala anak Ibu cukup parah, saya tidak bisa memastikan kapan ia akan sadar," jawab Sunardi.Mytha dan Sunardi bicara di ruangan Nathan karena Sunardi baru saja melakukan pemeriksaan rutin pada pasiennya. Begitu banyak yang Mytha tanyakan terkait dengan kondisi Nathan. Hingga saat Mytha tengah asyik membicarakan Nathan ia melihat mulut anaknya tersebut bergerak seperti sedang bicara."Dokter, apakah saya salah lihat? Sepertinya mulut Nathan bergerak." Mytha mendekatkan telinganya pada mulut Nathan."Sabrina," ujar Nathan lemah.Mytha tidak percaya dengan apa yang ia dengar hingga membuat Sunardi penasaran dan ikut mendekatkan telinganya pada

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 1. Tragedi

    "Sayang, aku pergi dulu ya. Kalau sudah sampai aku kabarin." Dengan perasaan sedih Nathan mencoba kuat saat berpamitan pada Sabrina, kekasihnya.Sabrina mengangguk. "Hati-hati di jalan," ujar Sabrina.Dengan langkah berat Nathan pergi meninggalkan kekasihnya. Wanita yang sudah lama ia cintai lewat media sosial itu bernama Sabrina, seorang janda muda beranak satu. Hari itu adalah hari terakhirnya di desa tempat Sabrina berada. Ia berpamitan untuk kembali ke Jakarta untuk meminta restu orang tuanya sekaligus untuk melamar Sabrina.***Taxi yang Nathan tumpangi sudah sampai, dengan langkah pasti Nathan menuju rumahnya."Assalamu'alaikum," ucap Nathan di depan pintu rumah, ia tidak langsung masuk meski tahu rumahnya tidak di kunci. Sebab sudah ada security yang menjaga gerbang didepan rumahnya."Iya, sebentar!" jawab asisten rumah tangga di rumah itu.Pintu rumah terbuka dan Surti keluar menyapa tamunya."Maaf, cari siapa ya?" Tanya Surti pada Nathan yang berdiri membelakanginya.Nathan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status