Tetangga Baru Yang Menggoda

Tetangga Baru Yang Menggoda

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Oleh:  LaxeraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
353Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis: Ethan, seorang eksekutif muda yang sudah menikah dengan Kalaya, tinggal di sebuah perumahan elit. Kehidupan mereka yang tampak sempurna terganggu ketika Leva, seorang wanita single, pindah ke rumah di depan mereka. Keberadaan Leva mulai memicu perasaan yang tidak terduga dalam diri Ethan. Meskipun ia berusaha menjaga jarak dan mempertahankan komitmennya pada Kalaya, tarikan terhadap Leva semakin sulit dihindari. Kalaya, yang tidak menyadari ketegangan ini, berusaha menjalin hubungan baik dengan Leva sebagai tetangga baru mereka. Namun, interaksi antara Ethan dan Leva semakin intens, menimbulkan dilema moral bagi Ethan yang terjebak antara loyalitas kepada istrinya dan dorongan yang datang dari perasaan terhadap Leva. Konflik batin Ethan semakin mendalam, sementara Leva tampaknya memiliki rencana tersendiri dalam mendekati Ethan.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 : Pindah Ke Perumahan Elit

“Ethan?” Suara Kalaya terdengar dari lantai bawah. Ethan segera mengatur napas dan berusaha menormalkan ekspresinya sebelum menjawab.

“Iya?” Ia menjawab sambil turun ke ruang tamu. Kalaya sedang berdiri di depan cermin, memperbaiki riasannya. Ethan hanya meliriknya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Kamu mau ikut ke acara makan malam nanti? Ada beberapa orang penting yang harus kita temui,” kata Kalaya tanpa menoleh.

Ethan menggeleng pelan. “Aku rasa aku butuh istirahat. Pindahan ini cukup melelahkan.”

Kalaya hanya mengangkat bahu tanpa memaksa. Ia sudah terbiasa dengan Ethan yang belakangan ini semakin sering menghindar dari acara-acara sosial. Baginya, itu tidak terlalu penting, selama ia tetap bisa menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.

Saat Kalaya pergi meninggalkannya sendirian di rumah, Ethan kembali ke ruang kerjanya. Ia membuka tirai jendela sedikit, sekadar untuk melihat apakah Leva masih di luar. Wanita itu kini duduk di teras rumahnya, menikmati segelas minuman sambil memandang ke kejauhan. Ethan menyadari bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang tertarik pada cara Leva menikmati waktu perlahan, tanpa tergesa-gesa, seolah dunia ini tidak memaksanya untuk terus bergerak.

Ethan menutup jendela dengan napas berat, merasa hatinya bercampur antara rasa bersalah dan hasrat yang tak bisa ia jelaskan. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa apa yang dirasakannya salah. Tetapi, ada sisi lain dari dirinya yang tidak bisa diabaikan, sisi yang mulai merindukan sesuatu yang selama ini hilang dari hidupnya.

Ethan duduk di kursi kerjanya, mencoba mengalihkan pikiran dengan membuka laptop dan menatap layar kosong. Tapi tidak ada ide yang muncul. Pikirannya masih tertuju pada Leva—bayangan wanita itu terus menghantui pikirannya. Cara ia tersenyum dengan santai, lekuk tubuhnya yang alami, dan aura bebas yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir pikiran itu. Apa yang salah denganku? Aku sudah punya istri. Seharusnya aku tidak merasakan ini. Tetapi, perasaan itu tak bisa dibendung.

Jam menunjukkan pukul delapan malam ketika Ethan mendengar suara mobil Kalaya keluar dari garasi. Ia memandang keluar dari jendela, memastikan bahwa istrinya benar-benar pergi ke acara makan malam. Perasaan lega bercampur cemas mulai merayap dalam dirinya. Rumah besar itu kini terasa begitu sunyi, hanya ditemani suara angin malam yang berhembus pelan.

Ethan berjalan ke dapur untuk menuang segelas air, tetapi pandangannya kembali tertuju ke arah rumah Leva. Lampu teras masih menyala, dan melalui kaca jendela, ia bisa melihat siluet Leva bergerak di dalam rumahnya. Siluet itu tampak jelas, menunjukkan lekuk tubuhnya yang proporsional dan setiap gerakan yang halus.

Berhenti, Ethan. Jangan bodoh. Ia mencoba mengalihkan perhatian, tetapi langkahnya justru membawa dirinya ke pintu depan. Tangannya ragu sejenak di gagang pintu, lalu ia menarik napas dalam-dalam dan membukanya.

Udara malam terasa sejuk. Ethan berdiri di beranda, menatap ke arah rumah Leva yang masih menyala. Ia tidak punya alasan untuk berbicara dengannya, tetapi sesuatu dalam dirinya terus memanggil. Ia mencoba melawan dorongan itu, namun pintu depan rumah Leva tiba-tiba terbuka, dan wanita itu melangkah keluar.

Leva mengenakan gaun santai berwarna biru muda, panjangnya hanya sampai di atas lutut, memamerkan kulitnya yang cerah di bawah lampu teras. Rambutnya diikat asal-asalan, memberikan kesan santai namun tetap memesona. Ia membawa secangkir teh hangat, lalu duduk di kursi rotan di terasnya.

Ethan tahu ia harus masuk kembali ke dalam rumah sebelum ketahuan. Tapi Leva tampak menyadari kehadirannya. Pandangan mereka bertemu sejenak, dan Ethan merasa seperti tersengat.

“Selamat malam,” sapa Leva dengan senyum tipis. Suaranya lembut, namun cukup jelas untuk mencapai Ethan.

“Oh, selamat malam,” jawab Ethan, berusaha terdengar santai. Ia mendekati pagar depan rumahnya, memberikan kesan bahwa ia hanya ingin menghirup udara segar.

“Kamu tetangga baru, ya?” tanya Leva. “Aku Leva.”

“Iya, aku Ethan. Baru pindah tadi pagi.” Ia mencoba tersenyum, meskipun merasa gugup.

Leva mengangguk sambil menyesap tehnya. “Bagaimana? Sudah terbiasa dengan tempat ini?”

Ethan mengangkat bahu. “Rumahnya bagus, tapi masih banyak yang harus diurus. Dan… rasanya agak sunyi.”

“Sunyi itu bagus, kan? Kadang kita butuh waktu sendiri,” jawab Leva sambil memiringkan kepala, memandang Ethan dengan tatapan tenang.

Kalimat itu membuat Ethan terdiam. Waktu sendiri. Kalaya tidak pernah memberinya itu, tidak secara emosional, tidak secara fisik. Leva seolah berbicara langsung ke dalam hatinya.

“Ya, mungkin kamu benar,” katanya akhirnya.

Leva tersenyum lagi, lalu berdiri. “Aku baru selesai unpacking. Kalau butuh sesuatu, kamu tahu di mana mencariku.” Ia berbalik dan masuk ke rumahnya tanpa menunggu jawaban.

Ethan menatap pintu rumah Leva yang perlahan tertutup, merasakan kehangatan yang aneh di dadanya. Tidak ada apa-apa dalam percakapan mereka yang seharusnya membuatnya merasa seperti ini. Itu hanya obrolan tetangga biasa. Tapi Leva memiliki sesuatu, sesuatu yang tidak bisa Ethan temukan lagi dalam hubungannya dengan Kalaya.

Malam itu, Ethan kembali ke dalam rumahnya, tapi pikirannya tidak bisa berhenti memutar ulang senyum Leva dan cara suaranya meluncur begitu lembut di telinganya. Ia berbaring di tempat tidur, tapi matanya menatap langit-langit, kosong.

Di sisi lain, Kalaya belum pulang, seperti biasa. Rumah yang besar dan megah itu terasa semakin dingin dan sunyi, meskipun hati Ethan justru bergolak hebat. Aku harus berhenti memikirkan ini. Ini hanya fase. Aku hanya lelah. Tapi dalam hatinya, ia tahu itu lebih dari sekadar kelelahan.

Itu adalah awal dari sesuatu yang belum ia pahami, sesuatu yang berbahaya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status