Share

Melarikan Diri

Author: Otty A
last update Last Updated: 2025-08-29 14:10:03

"Brak!" Suara berisik terdengar jelas di telinga Viola. Gadis itu masih meringkuk. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia seakan sedang melindungi dirinya dari amukan lelaki yang ada di depannya.

Namun kali ini Frans bukan hanya tidak memarahinya, ia juga tidak menyentuh Viola.

Frans meluapkan kekesalannya pada meja kecil dan benda benda di atas meja itu. Frans menggebrak meja lalu melemparkan barang barang ke lantai dan menghancurkannya.

Frans memukul dinding penuh emosi sambil berteriak. Suara teriakannya mirip seperti macan yang mengaum. Membuat ciut nyali orang orang yang berada di sana.

Setelah beberapa saat, kondisi kamar kembali hening. Viola memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi.

Kamar yang ia tempati terlihat berantakan. Benda benda berserakan di atas lantai. Frans sedang duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lurus ke arah Viola.

"Maafkan aku Om." Viola mengulangi kata katanya.

"Berdirilah Viola. Jangan meringkuk di pojokan seperti seekor tikus!" seru Frans dengan tatapan dingin.

Viola bangkit berdiri. Namun ia tak berani bergerak lebih banyak.

"Kau berani keluar dari rumahku. Kenapa sekarang kau seperti tikus kecil yang tak berdaya?" ucap Frans sembari mengamati tubuh Viola yang gemetaran.

"Aku minta maaf." Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan oleh Viola.

"Viola, kau mungkin orang baru di dunia hitam ini. Tapi, kau tetap harus tahu aturan permainannya. Aku sudah membayarmu. Aku sudah membelimu. Kau tak bisa seenaknya pergi dariku." Frans memberitahu Viola.

Kata membeli, membuat Viola merasa hancur dan rendah diri. Ia meneteskan air mata. Lalu dengan cepat mengusapnya.

Frans mengamati Viola. Ia mendekati gadis itu. Lalu memeluknya dengan erat.

"Jangan menangis Viola. Jika kau takut karena melihat kemarahanku, aku minta maaf." Frans mencium kening Viola.

Dona mengamati dari kejauhan. "Kukira Frans akan memukuli Viola tapi dia malah memeluknya."

Viola melepaskan dirinya dari pelukan Frans. Ia menatap Frans dengan mata yang sembab.

"Berkemaslah. Kita akan bersenang senang." Frans tersenyum.

Viola masih merasa sedih dengan nasibnya. Tapi ia tak punya banyak pilihan untuk bertahan hidup. Ia harus mengikuti kemauan Frans.

Gadis berumur 20 tahun itu membawa beberapa pakaiannya. Ia berjalan dengan patuh di belakang Frans. Semua pekerja wanita menatap ke arah mereka.

"Beruntung sekali dia, baru masuk ke sini langsung bisa menangkap pria kaya raya." Salah satu wanita pekerja $3x komersial bahkan merasa iri terhadap Viola.

"Jika kau sudah menyelesaikan tugasmu, kau bisa kembali ke sini dan tinggal bersama dengan kami." Dona menyapa Viola sambil memegang bahunya.

Viola masuk ke dalam mobil hitam milik Frans. Ia duduk di sebelah Frans yang mengemudikan mobil jenis sport itu.

****

Setibanya di rumah mewah milik Frans, Viola mendapatkan kamar pribadinya sendiri.

"Jangan kabur lagi. Jangan tinggalkan aku." Frans mengusap lembut pipi Viola sebelum keluar dari kamar.

Viola mengangguk lemah. Lalu dengan segera mengunci pintu kamar ketika bayangan Frans sudah tidak terlihat.

"Aku harus apa sekarang? Aku tidak mau tinggal di sini sebagai seorang pel@cur." Viola teringat tawaran pernikahan kontrak yang diberikan oleh Steven.

Ia menyimpan surat itu di dalam saku jaket hoodie nya. Viola membongkar tas dan mencari jaket tersebut.

Surat kesepakatan itu kembali dibaca. Setelah pertimbangan cukup matang, Viola memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.

"Daripada aku harus menjadi pekerja $3x, lebih baik aku menikah kontrak. Setidaknya aku memiliki status yang jelas dan terhormat." Viola yang masih muda dan tak memiliki pengalaman apapun, hanya bisa mengira ngira.

"Tok! Tok!" Pintu kamar diketuk dari luar. Viola dengan buru buru menyimpan surat kesepakatan itu. Lalu membuka pintu kamar.

"Bos memintamu untuk bersiap. Bos ingin kau menemaninya untuk makan malam!" Seorang pria botak menyerahkan gaun warna merah kepada Viola.

Viola tersenyum. Ia menerima gaun merah itu lalu pergi mandi. Viola berdandan dengan sangat cantik.

Ia juga menyemprotkan parfum yang sudah tersedia di dalam kamar.

"KRiet!" Terdengar suara pintu yang dibuka. Viola menoleh, ternyata Frans yang masuk ke kamarnya.

"Kau sudah siap ternyata." Frans tak bisa berkedip saat menatap Viola.

Frans pun segera membawa Viola ke sebuah hotel mewah yang berada di pusat kota.

Makan malam romantis telah ditata apik di sebelah kolam renang. Pemain piano juga mulai menunjukkan keterampilannya.

Denting piano membuat suasana semakin terasa romantis. Frans mengajak Viola untuk berdansa sebentar.

Memeluk sambil menikmati wangi tubuh gadis itu.

"Aku benar benar terpikat olehmu." Frans berbisik.

Ucapan Frans membuat Viola malu. Gadis itu hanya tersenyum kecil tanpa berani menatap mata lawan bicaranya.

Frans menautkan bibirnya ke bibir Viola. Setelah beberapa saat bibir itu saling beradu, akhirnya Frans memulai acara makan malamnya.

Saat makan malam, Frans bertanya lebih dalam mengenai siapa Viola, dimana rumahnya dan siapa orang tuanya. Frans juga bertanya hobi dan warna kesukaan Viola.

Mengetahui tentang keadaan adik Viola yang dirawat di rumah sakit, Frans semakin tertarik pada Viola.

Makan malam pun selesai, kini Viola diajak masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan oleh Frans.

Frans yang sejak tadi menahan hasr@tnya, langsung mengajak Viola untuk bertanding di atas pembaringan.

Gadis itu membiarkan bagian terdalamnya dimasuki oleh Frans. Setiap sentuhan yang dirasakan pada bagian sensitifnya, sesekali membuatnya melenguh. Entah karena terbawa suasana atau rasa nikmat yang kini juga mulai ia rasakan.

"Ah Om." Suara Viola terdengar mendayu. Membuat Frans mempercepat gerakan maju mundurnya.

Setelah pertandingan sengit selama beberapa saat, akhirnya Frans mencapai puncaknya.

Seperti biasanya Frans terkulai lemas setelah pedang kebanggaannya berlumuran lahar putih. Frans tertidur pulas.

Kesempatan ini digunakan oleh Viola untuk melarikan diri. Viola menghubungi nomor yang tertera pada surat kesepakatan itu.

"Halo! Dengan siapa saya bicara?" Suara seorang pria membuat Viola mengira jika ia salah menekan angka di telepon.

"Hallo. Saya Viola. Apa saya bisa bicara dengan Steven?" Viola menjawab dengan suara pelan. Ia agak ragu.

"Baik, akan segera saya sambungkan pada Tuan."

Hanya butuh beberapa kedipan mata, suara Steven sudah bisa didengar melalui sambungan telepon.

"Ada apa Viola?"

"Aku menerima tawaranmu."

"Bagus sekali." Stevan tersenyum puas.

"Tapi kau harus menjemputku di Hotel Givana Clown, sekarang juga."

"Hotel?" Steven agak kaget.

"Ya aku baru saja selesai bekerja." Viola mencoba untuk berbohong. Steven mengira jika Viola adalah pegawai di hotel tersebut.

Mereka mengakhiri pembicaraan. Steven langsung berangkat menuju ke Hotel Givana Clown.

Namun, ketika Viola mengembalikan ponselnya ke dalam tas. Frans terbangun. "Viola, apa kau menelepon seseorang? Siapa yang kau hubungi?"

"Ibuku. Ibu mengabarkan kondisi adikku." Viola berbohong.

"Hmmh! Aku turut bersedih dengan apa yang dialami oleh adikmu. Tapi, saat ini kau adalah milikku. Jangan pikirkan tentang adikmu lagi. Kita datang ke sini untuk bersenang senang." Frans bangkit berdiri.

Ia mengajak Viola untuk mandi bersama. Viola tak bisa menolak ajakan Frans. Ia melepas pakaiannya lagi dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Frans masuk ke dalam bathtub. Viola juga masuk ke dalam bathtub. Mereka berdua berpelukan sambil berendam air hangat.

"Aku sangat menyukaimu Viola." Frans mencium kening Viola.

Namun dalam hatinya, Viola memikirkan hal yang lain. "Bagaimana ini? Aku harus keluar. Steven pasti sudah menuju ke sini."

"Kenapa hanya diam sayang?"

"Apa Om ingin servis ranjang lagi?" tanya Viola.

"Kau mulai ketagihan ya? Kita lakukan lagi, setelah selesai mandi." Frans memagut bibir Viola.

"Itu terlalu lama. Aku harus keluar dari sini, sekarang." Viola bermonolog.

Tiba tiba Viola bangkit berdiri.

"Ada apa? Kau mau pergi kemana?"

"Mengambil sabun khusus untuk area kewanitaanku." Viola berbohong.

Frans membiarkan Viola keluar dari kamar mandi. Setelah itu, Viola mengunci Frans dari luar. Ia mengenakan pakaiannya dengan terburu buru.

Menyadari Viola yang tak segera kembali ke kamar mandi, Frans berinisiatif untuk menyusul. Namun sayangnya, pintu kamar mandi sudah terkunci.

"Viola! Apa yang kau lakukan!" teriak Frans.

"BRak!" Frans menendang dan mendobrak pintu.

Mendengar keributan yang terjadi di kamar mandi, Viola makin panik dan juga ketakutan.

"BRak!" Frans dengan kekuatan penuhnya akhirnya berhasil membuka pintu kamar mandi.

Bersamaan dengan ini, Viola juga sudah membuka pintu kamar dan melangkah keluar kamar.

"Viola!" Frans berteriak makin kencang sembari mengenakan pakaiannya.

Jantung Viola berdebar kencang. Viola sedikit berlari, agar cepat sampai di depan pintu lift.

Frans mengejarnya dari belakang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bilar Arimbi
si frans ni cnta apa cuma napsu yak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta di Rumah Bordil   Disiksa

    "PLak!" Satu tamp4ran yang cukup keras membuat telinga Viola berdenging. Ia mengaduh kesakit4n. Tapi kini, matanya tak lagi berkaca kaca. Mentalnya sudah diremukkan berkali kali, ia tak lagi sedih mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya."Ucapakan kata maaf, lalu aku akan mengampunimu." Steven menatap tajam."Aku tidak mau! Aku tidak merasa bersalah! Selama pernikahan kita, aku menjaga kesetiaan! Aku tidak pernah tidur dengan orang lain, seperti yang telah kau lakukan!" Viola menjawab dengan lantang. Gerakan tubuhnya mengi$yaratkan penolakan akan penind4san."PLak!" Kali ini Steven men4mpar wajahnya lebih keras. Hingga Viola jatuh tersungkur ke lantai. Kedua tangannya ditarik ke belakang, kepalanya diinj4k oleh suaminya sendiri."Cepat minta maaf! Atau aku akan meremukk4n tulang tengk0rakmu!" Steven tampaknya sudah gelap mata. Karena Viola tak lagi merengek dan mengemis perhatiannya.Setetes air mata keluar dari sudut mata wanita itu. Steven yang melihatnya merasa puas. Ia melepaska

  • Cinta di Rumah Bordil   Ceraikan Aku

    Frans datang ke Rumah Bagnio bersama dengan orang penting yang dikenal sebagai seorang Gubernur, pemimpin tertinggi di bagian provinsi. "Sekarang tidak ada yang bisa menghentikan aku. Dimana Viola? Kembalikan dia padaku!" Frans bicara pada wanita penghib*r yang ada di sana."Mawar baru saja dibawa ke kantor polisi. Dan Viola serta anaknya sudah dibawa pulang oleh Steven." Salah satu wanita pengh*bur memberitahu Frans."Jadi Viola kembali ke rumah Steven?!" Mata Frans terbuka lebar."Iya, suaminya memaksa untuk membawanya pulang.""Bagaimana Frans? Apa kita masih perlu menutup rumah b0rdil ini?" Sang Gubernur akan menggunakan jabatannya untuk menutup tempat hiburan itu.Sang Gubernur merupakan sahabat dekat Frans. Keduanya saling mengenal sejak duduk di bangku SMP. Pertemanan yang mereka jalin didasari oleh rasa hormat dan pengertian.Para wanita penghib*r yang mendengar ucapan Gubernur, segera mengatupkan kedua tangan mereka. Mereka tidak mau tempat yang menjadi satu satunya tumpuan u

  • Cinta di Rumah Bordil   Istri atau Pelac*r?

    Mawar dan orang orang yang berada di sana terkejut mendengar ucapan Steven. Tak ada orang yang melerai pertengkaran tersebut. Mereka semua hanya menonton. Membiarkan Adrian dipuk*li berkali kali hingga wajahnya babak belur."Kau yang membuang istrimu demi tembikar dari desa! Dan aku hanya mengambil apa yang sudah kau buang!" sahut Adrian dengan suara terbata bata."Siapa yang membuangnya? Aku tidak membuang Viola!!" Steven berteriak penuh amarah. Ia berusaha untuk menc3kik adiknya sendiri. Kali ini, semua orang yang berada di sana melerai pertengkaran mereka."Dimana Viola? Akan aku bongkar tempat ini, jika aku tidak menemukan Viola." Steven berteriak sambil melotot memandangi satu per satu wajah yang ada di depannya."Kau tidak berhak memiliki Viola lagi! Dia sudah bebas sekarang! Dia bisa memilih dengan siapa dia akan menikah!" Adrian melud4hi wajah Kakaknya. Ia menarik tubuhnya ke samping lalu bangkit berdiri. "Dia bisa tidur dengan s

  • Cinta di Rumah Bordil   Tidur Dengan Istri Kakakku

    "BRak! BRak!" Frans mengetuk pintu dengan kencang hingga suaranya terdengar seperti orang yang sedang memukul mukul pintu dari luar."Siapa yang mengetuk pintu? Mengganggu sekali!" Adrian enggan membuka pintu. Ia terus memainkan wanita yang ada di depannya."BRak! BRak!" Sementara Frans terus saja memukul pintu dengan keras. Hal ini menarik perhatian Mawar."Om Frans? Apa yang anda lakukan di sini? Apa anda lupa jika kamar ini adalah kamar VVIP khusus untuk pelanggan yang telah membayar mahal. Mawar menegur sikap Frans. Ia tak ingin Frans mengganggu Adrian yang sedang bercumbu dengan Viola."Aku ingin Viola keluar! Dia tidak boleh melayani siapapun!" Frans menjawab dengan tegas."Viola tidak bisa pergi kemana mana! Dia harus tetap berada di sini! Dia adalah bintang di rumah b0rdil ini!" Mawar menjawab dengan mata melotot, mengisyaratkan bahwa ia tak mau berkompromi dengan Frans."Berapa uang yang dibayarkan pria itu padamu?" tany

  • Cinta di Rumah Bordil   Bercumbu Dengan Adik Ipar

    "Selamat malam untuk kalian semua! Malam ini kita kedatangan wanita paling cantik di Rumah Bagnio." Mawar mulai memperkenalkan Viola di depan umum."Berapa harganya?" Salah satu tamu langsung bertanya pada Mawar. Raut wajahnya terlihat tidak sabar."Sabar Om. Sebentar lagi kita akan mulai acaranya." Mawar tersenyum genit. Wajahnya sumringah membayangkan banyaknya uang yang bisa ia dapatkan dalam semalam."Ayo buka harganya!" teriak pria yang lain lagi. "Aku tidak bisa! Aku tidak bisa melakukan ini." Viola menggeleng sambil bicara pelan. Wajahnya memelas, ia berusaha merayu Mawar agar tidak menju4lnya pada lelaki hidung b3lang."Jika kau mundur, maka aku akan membawa anakmu pergi dari sini. Dan selamanya, kau tak akan pernah bertemu dengan anakmu lagi." Mawar menunjuk ke arah sisi kirinya. Viola melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mawar. Ternyata ada seorang wanita yang saat ini sedang menggendong putranya."Alvaro!" uca

  • Cinta di Rumah Bordil   Menjadi P3lacur

    Meski awalnya sempat ragu, tapi akhirnya ia tetap datang ke Rumah Bagnio untuk mencari Mami Dona. Saat ia baru sampai di sana, 2 orang wanita berbisik bisik sambil melihat ke arahnya. Setelah itu, salah satu dari mereka pergi masuk ke dalam Rumah Bagnio.Tak berselang lama, Mawar datang menemuinya. "Kau pasti datang ke sini untuk mencari Dona, iya kan?" "Dimana dia?" Viola mengangguk."Viola, aku penasaran apa hubunganmu dengan Dona?" Mawar berjalan mendekat."Kami berteman baik." Viola melihat gerak gerik Mawar yang terlihat berbeda."Hmm! Itu bagus! Kalau begitu, apakah Dona juga sudah memberitahumu perihal tunggakan uang pajak rumah b0rdil ini?" Mawar mengerutkan kening."Tidak! Untuk yang satu itu aku tidak tahu." Viola menggeleng."Kau tidak tahu?" Mawar bertanya sekali lagi. Dan Viola segera menggelengkan kepala."Aneh sekali!" seru Mawar."Dimana Dona? Aku ingin bertemu dengannya." Viola menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status