Beranda / Rumah Tangga / Cinta di Rumah Bordil / Kembali ke Rumah B0rdil

Share

Kembali ke Rumah B0rdil

Penulis: Otty A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 14:09:37

Ego bercampur dengan ketertarikan pada wajah cantik Viola, membuat Steven menggelengkan kepalanya dengan mantap. Ia tidak mau menyerahkan gadis itu pada preman di depannya.

Si preman pelan pelan berjalan pergi, sambil terus memandangi gadis yang memeluk Steven.

Si preman menaruh rasa curiga, tapi ia tak dapat bertindak anarkis di depan umum tanpa bukti yang kuat. Sebab jika ia salah mengenali orang, ia akan mendapat masalah di kantor polisi.

Steven dan Viola akhirnya sampai di restoran. Jantung Viola masih berdegup dengan kencang, meski telah berhasil mengelabuhi preman yang mencarinya tadi.

"Dia mencarimu. Maaf aku tak ingin ikut campur. Tapi, dia bilang jika kau membawa kabur sejumlah uang." Steven yang penasaran mulai mencari kebenaran dari Viola.

"Tidak. Aku tidak membawa uang mereka. Jika aku membawa uang banyak, tentu aku akan menggunakan pakaian dari perancang terkenal." Viola membela dirinya.

Steven menarik nafas dalam. Ia percaya dengan ucapan Viola. Mereka pun mulai memesan sarapan dan terus mengobrol agar lebih mengenal satu sama lain.

Setelah makanan di piring mulai habis, Steven mengeluarkan sebuah kertas dan menyodorkannya ke arah Viola.

"Apa ini?" tanya Viola sambil memandangi kertas tersebut.

"Surat kesepakatan."

"Surat kesepakatan apa?" Viola tak paham dengan ucapan Steven. Ia mulai membaca surat itu.

"Pernikahan kontrak denganku. Aku akan memberikanmu uang sebagai imbalannya."

"Pernikahan kontrak?" Viola mengerutkan kening. Ia mulai membaca isi surat.

"Kita memang baru saja bertemu. Tapi, saat pandangan pertama aku tertarik padamu. Aku harap kau menerima tawaran ini." Steven tersenyum.

Viola terdiam. Ia benar benar tak mengerti dengan maksud dan tujuan Steven menawarinya pernikahan kontrak. Tapi waktu seakan tak memberinya kesempatan untuk berpikir. Ponselnya berbunyi. Ada panggilan masuk dari ibunya.

"Viola! Kau ada dimana? Ibu perlu uang untuk biaya pengobatan adikmu! Uang yang seharusnya Ibu bayarkan ke rumah sakit hari ini, sudah dirampas oleh Dona lagi. Semua itu karena ulahmu!" Sang ibu menyalahkan Viola.

"Maafkan aku Bu. Aku akan usahakan membayar tagihan rumah sakit. Ibu tidak perlu khawatir."

Si penelepon mematikan sambungan telepon begitu saja. Steven mendengar percakapan yang terjadi antara Viola dan ibunya.

"Kau sepertinya sedang kesusahan." Steven mengeluarkan uang 1 juta dari dompetnya dan memberikannya pada Viola.

"Untuk apa uang ini?" Viola masih merasa gengsi. Ia berpikiran untuk menolak bantuan Steven.

"Kau ambil saja. Gunakan uang itu untuk keperluanmu. Dan tawaranku untuk pernikahan kontrak, kau harus segera memberikan jawabannya. Aku harap kau tak menolaknya." Steven keluar restoran lebih dulu setelah membayar makanan. Ia harus pergi ke kantor untuk menghadiri rapat penting.

Viola memasukkan uang yang diberikan oleh Steven ke dalam tas kecilnya. Ia pun berjalan pulang.

Sesampainya di rumah, ia terkejut melihat semua pakaiannya sudah terbungkus rapi di dalam tas besar.

"Kau harus kembali ke Rumah Bagnio, Dona sudah menunggumu." Amora bicara dengan tegas.

"Tapi Bu, aku tidak mau kembali ke sana. Tempat itu penuh dengan laki laki hidung belang." Viola menolak.

"Viola, memangnya kau tahu apa tentang laki laki hidung belang? Hah! Kau harus belajar bertahan hidup sendiri! Jangan menyusahkan aku. Apa kau ingin melihat aku mati karena kelelahan merawatmu!" Amora mendelik. Meluapkan kekesalannya pada putrinya.

Viola hanya diam. Meski semua hal yang dikatakan oleh Amora adalah omong kosong baginya. Sebab sejak masuk ke bangku SMA, Viola sudah mulai bekerja paruh waktu di toko roti. Dan semua uang gajinya diambil oleh Amora.

Viola menitikkan air mata ketika ibunya mengusirnya dengan paksa. Ia membuka tas dan mengambil handphone untuk menghubungi sahabat baiknya.

Amplop coklat yang ada di dalam tasnya membuat Amora tertarik. Amora dengan paksa mengambil amplop coklat tersebut. Ia tersenyum lebar melihat isinya.

"Bu, jangan ambil semua uangku. Aku juga membutuhkannya untuk hidup sampai aku mendapatkan pekerjaan yang layak."

"PLak!" Tanpa diduga Amora malah menampar pipi Viola. Suara tamparan yang cukup kencang membuat telinga Viola berdenging.

"Kau harus kembali ke Rumah Bagnio dan bekerja di sana! Kau sudah menerima uang dalam jumlah besar dari pelanggan di sana! Jika kau berani membantah, maka aku akan membun*hmu dengan tanganku sendiri! Apa kau paham!" Amora bicara pelan, namun dengan nada penekanan.

Viola menangis, ia jijik mengingat keperawanannya yang telah hilang begitu saja.

Sementara itu, Amora sudah menelepon taksi langganannya yang biasa mengantarnya pergi ke rumah sakit.

Taksi dengan cat warna biru tiba di depan rumah. Amora keluar sambil menarik beberapa tas besar. Ia memasukkan 2 tas besar ke dalam bagasi.

"Cepat Viola! Jangan membuang waktuku! Aku akan mengantarmu, lalu pergi ke rumah sakit!" Amora berteriak kencang.

Viola berjalan pelan dengan wajah menunduk. Viola duduk di samping ibunya. Tak ada percakapan di sepanjang perjalanan.

Sesampainya di depan Rumah Bagnio, Amora melemparkan tas tas milik putrinya ke tanah. Wanita yang bekerja di sana, segera membawa tas milik Viola masuk ke dalam.

"Ingat, kau harus tetap berada di sini. Bekerja dan menghasilkan banyak uang!" Amora mendelik. Ia masuk ke dalam taksi dan pergi dari sana.

Dona yang menyaksikan semua itu, tersenyum kecut. Ia meminta pekerja wanitanya untuk mengajak Viola masuk dan memberikannya sebuah kamar khusus.

"Viola kau ini gadis bod0h! Frans memberimu banyak kemewahan, tapi kau malah kabur darinya!" Dona juga mengomeli Viola.

Gadis itu masih diam. Ia merasa hidupnya terlalu pahit untuk dijalani. Dona mengunci Viola di dalam kamar. Lalu menelepon Frans.

Frans yang mendapatkan kabar jika Viola telah ditemukan, tersenyum getir. Ia langsung pergi ke Rumah Bagnio untuk menemui Viola.

Mobil hitam melaju kencang di jalan raya. Mata Frans terlihat seperti elang yang sedang memburu mangsa. Ia kesal dengan Viola yang pergi dari rumah mewahnya tanpa pamit.

"BRooM! BRooM!" Suara pedal gas yang diinjak berulang kali, membuat Dona keluar dari kamarnya.

"Frans sudah datang." Dona bicara dalam hati.

Ia menyambut Frans dengan senyuman. "Selamat sore menjelang malam, Om."

"PLak!" Frans meluapkan kekesalannya pada Dona. Ia men@mpar wajah Dona hingga tersungkur ke lantai.

Semua pekerja wanita yang ada di sana merasa ketakutan melihat sikap Frans yang arogan.

"Dimana Viola?!" tanya Frans dengan wajah garangnya.

"Di dia ada di kamar paling ujung." Suara Dona terbata bata karena takut. Ia menyerahkan kunci kamar pada tamu VVIP nya tersebut.

Frans meraih kunci dari tangan Dona. Lalu berjalan cepat menuju ke kamar tempat dimana Viola berada. Ia membuka kunci. Lalu menendang pintu kamar.

Viola terjingkat. Ia melongo melihat sikap Frans yang kasar. "Ma maafkan aku Om."

Satu kalimat permintaan maaf keluar dari bibir Viola. Frans mengerutkan kening menatap Viola dengan kesal. Kedua tangannya mengepal erat. Ia berjalan cepat mendekati Viola.

Viola menggigil ketakutan. Ia memejamkan mata sambil meringkuk. "Ampuni aku Om. Jangan puk*l aku," erang Viola.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta di Rumah Bordil   Bertemu Lagi

    Bayangan Frans terasa makin mendekat. Viola memencet tombol yang ada di dekat pintu lift.Jantung berdebar makin kencang seperti hampir meledak. Akhirnya pintu lift terbuka. Viola dengan langkah kaki yang cukup lebar masuk ke dalam lift. Ia memencet tombol dengan angka paling kecil.Pintu lift segera tertutup. Sebelum pintu lift benar benar tertutup, Viola dapat melihat dengan jelas Frans sedang mengejarnya sambil meneriakkan namanya. "Viola! Kembali padaku!" Viola merasa lega, ia akhirnya sampai di basement dan segera menelepon Steven."Halo Steven, kau ada dimana? Aku sudah ada di basement.""Aku juga baru saja sampai di basement." Steven keluar dari mobil. Ia bersiul dan melambaikan tangan pada Viola.Viola berlari ke arah Steven dan dengan buru buru masuk ke dalam mobilnya."Ayo kita pergi dari sini," ucap Viola.Steven mengangguk. "Aku akan mengantarmu pulang ke rumah. Dan meminta izin pada ibumu untuk menikahimu.""Tidak!" Viola langsung menggelengkan kepalanya. Menolak usulan

  • Cinta di Rumah Bordil   Melarikan Diri

    "Brak!" Suara berisik terdengar jelas di telinga Viola. Gadis itu masih meringkuk. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia seakan sedang melindungi dirinya dari amukan lelaki yang ada di depannya.Namun kali ini Frans bukan hanya tidak memarahinya, ia juga tidak menyentuh Viola.Frans meluapkan kekesalannya pada meja kecil dan benda benda di atas meja itu. Frans menggebrak meja lalu melemparkan barang barang ke lantai dan menghancurkannya.Frans memukul dinding penuh emosi sambil berteriak. Suara teriakannya mirip seperti macan yang mengaum. Membuat ciut nyali orang orang yang berada di sana.Setelah beberapa saat, kondisi kamar kembali hening. Viola memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi.Kamar yang ia tempati terlihat berantakan. Benda benda berserakan di atas lantai. Frans sedang duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lurus ke arah Viola."Maafkan aku Om." Viola mengulangi kata katanya."Berdirilah Viola. Jangan meringkuk di pojokan seperti seekor tikus!" seru Frans

  • Cinta di Rumah Bordil   Kembali ke Rumah B0rdil

    Ego bercampur dengan ketertarikan pada wajah cantik Viola, membuat Steven menggelengkan kepalanya dengan mantap. Ia tidak mau menyerahkan gadis itu pada preman di depannya.Si preman pelan pelan berjalan pergi, sambil terus memandangi gadis yang memeluk Steven. Si preman menaruh rasa curiga, tapi ia tak dapat bertindak anarkis di depan umum tanpa bukti yang kuat. Sebab jika ia salah mengenali orang, ia akan mendapat masalah di kantor polisi.Steven dan Viola akhirnya sampai di restoran. Jantung Viola masih berdegup dengan kencang, meski telah berhasil mengelabuhi preman yang mencarinya tadi."Dia mencarimu. Maaf aku tak ingin ikut campur. Tapi, dia bilang jika kau membawa kabur sejumlah uang." Steven yang penasaran mulai mencari kebenaran dari Viola."Tidak. Aku tidak membawa uang mereka. Jika aku membawa uang banyak, tentu aku akan menggunakan pakaian dari perancang terkenal." Viola membela dirinya.Steven menarik nafas dalam. Ia percaya dengan ucapan Viola. Mereka pun mulai memesan

  • Cinta di Rumah Bordil   Memeluk Orang Asing

    Viola menggigit bibir bawahnya. Ia hanya bisa pasrah menerima perlakuan tamu pertamanya.Mahkotanya yang paling berharga telah berhasil diambil oleh Frans. Viola memejamkan matanya, air mata menetes. Benda tumpul itu telah benar benar berhasil masuk ke bagian terdalamnya. Ia merasakan gerakan gerakan yang membuat bagian bawahnya seperti digelitik.Lama kelamaan nyeri yang ia rasakan berubah menjadi gelitikan panas yang membuat tubuhnya menggelinjang.Cairan kental terasa panas menyemburnya. Si pria terkulai lemas dan langsung tertidur di sebelahnya.Dari bagian mahkotanya, ia merasakan cairan hangat lain yang keluar. Viola mengusapnya dengan hati hati. Ia melihat cairan warna merah pada jemarinya.Kehormatan yang seharusnya dipertahankan hingga pernikahan, telah menghilang. Gadis yang telah kehilangan kep3rawan@n itu masuk ke dalam kamar mandi.Ia menyalakan shower. Membiarkan tubuhnya basah di bawah air. Ia menangis meratapi nasibnya, merasa jijik dengan apa yang baru saja terjadi p

  • Cinta di Rumah Bordil   Dunia Malam

    "Berdiri yang tegak!" Seorang wanita bertubuh sintal melotot ke arah wanita muda."Iya Mi!" sahut Viola dengan gugup."Tunjukkan senyum terbaik kamu." Wanita paruh baya yang mendapat julukan Mami Dona ini, tersenyum manja ke arah para tamu lelaki yang datang ke pondok hiburannya."Wah ada yang baru nih!" Seorang lelaki tua melirik Viola. Paras Viola yang cantik membuat semua lelaki tak bisa mengalihkan pandangan mata mereka."New! Dan yang ini barang bagus! Dijamin masih segel!" Mami Dona bicara dengan gayanya yang genit."Berapa Mi?""Dua puluh ribu US Dollar!" Para tamu lelaki mulai menawarkan harga terbaik mereka. Viola hanya diam saja melihat hal itu. Sebab ia tak memiliki pilihan lain.Ibu kandungnya memiliki tanggungan hutang kepada Mami Dona dengan jumlah fantastis. Hutang tersebut digunakan untuk membayar biaya rumah sakit adiknya, yang terkapar tak berdaya karena penyakit tumor otak yang menyerangnya."Lima puluh ribu US Dollar!" Frans Chandra, pengusaha tambang batu bara t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status