Anna duduk di meja rias di dalam kamarnya yang super luas dan mewah. Mematut diri di depan cermin. Kurang apa dirinya hingga Jonathan tak tertarik padanya?Ia bahkan harus rela memakai cara kotor dengan mencampur minuman pria itu dengan obat perangsang, itu pun tetap tak berhasil. Se cinta itukah Jonathan pada istrinya?Ia telah menyewa jasa detektif swasta untuk mencari informasi tentang pria itu. Selama di Manhattan, pria itu tak pernah memiliki hubungan special dengan wanita manapun, kecuali dengan Emily. Anna mengeraskan rahang. Wanita keparat itu harus lenyap jika itu satu-satunya jalan mendapatkan Jonathan. Ia terbiasa mendapat apa yang diinginkannya, jika tidak, seperti ada gatal yang mendera tubuh dan ia tak bisa menemukan titik untuk menggaruknya.Emily tengah mencari informasi tentang program studi di Universitas pilihan Eden saat tanpa sengaja di halaman pencarian muncul headline berita tentang perceraian Oliver dan Caroline.“Oliver, CEO Unity Corp menggugat cerai sang istr
Beberapa hari ini Emily disibukkan dengan persiapan Eden memasuki bangku kuliah. Mulai pemilihan jurusan hingga pendaftaran. Mateo dengan sigap selalu membantunya meski hal-hal remeh mulai mengambil formulir pendaftaran hingga mencarikan pensil untuknya. Emily merasa tidak enak hati, tapi lama kelamaan ia menjadi terbiasa. Di samping karena Mateo memang pria yang irit bicara, ia juga sangat sopan. Jonathan sangat ahli memilih orang yang bisa diandalkan. Jonathan masih dengan kesibukan setiap Sabtu sore hingga Minggu malam menemani Kai, entah hiking atau sekedar bersepeda santai di area Manhattan waterfront greenway.Jumat malam ini Emily berencana menginap di rumah orang tuanya karena Jonathan ijin lebih awal menemani Kai melihat proyek resort di Oak beach yang sudah hampir selesai. Emily menjemput Eden di kampusnya sekalian menuju rumah. Keduanya berbincang seru di kursi pengemudi sementara Mateo duduk di sebelah Simon. 15 menit jalan raya yang mereka lalui tampak tenang saat dari
Aldera tampak mondar mandir di depan ruang operasi. Ia terlihat cemas. Emily mengalami gegar otak parah. Eden duduk sembari tak henti-hentinya menangis. Lukanya telah diobati oleh perawat sejam yang lalu. Hanya luka lecet. Sementara Simon pingsan setelah telepon terakhirnya. Ia terluka di wajah akibat pecahan kaca. Di tempat lain, Mateo tengah menjalani operasi karena luka tembak di dada.. Jonathan duduk bersandar dengan wajah tak terbaca. Sesaat tampak marah sesaat berubah cemas. Ia meremas rambut dengan kesal. Kai duduk di sampingnya dengan kaku. Ia pernah hampir mencelakai Emily dan menyadari kini Emily terluka parah membuat hatinya sedih. Operasi berlangsung hampir 4 jam. Mateo berhasil melalui operasi dengan lancar. Baginya ini bukan pertama kali. Sementara Emily masih dalam masa kritis setelah operasi usai. “Selamatkan istriku, dokter.”Jonathan berujar dengan menahan emosi. “Kami lakukan yang terbaik, Mr Jonathan.”Dokter Liam adalah dokter bedah rekan sejawat dari Jame
“Ibu, kenapa Oliver belum datang?”tanya Emily pada Aldera pagi itu. ALdera diam memikirkan sebuah alasan. “Ia sedang ditugaskan kantornya ke luar kota, Sayang. Ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.” Emily merasa aneh. Istrinya kecelakaan dan Oliver yang biasanya tak peduli dengan pekerjaan tiba-tiba menjadi lebih memilih pekerjaan daripada dirinya? “Aku juga belum bertemu ayah,”ucap Emily. Aldera terhenyak mendengar ucapan Emily. Ia tak mampu bicara. Dokter Richard menyuruh untuk mengkondisikan keadaan seperti saat Emily tengah menjalani pernikahan dengan Oliver dan saat itu Robert masih hidup. Aldera mencoba tersenyum walau hatinya tercabik. “Ayahmu ada di luar negeri dan tak mungkin segera datang. Kau tahu kan harga tiket sangat mahal.” “Luar negeri?” “Pamanmu Albert mengajak ayahmu belajar bisnis di Australia.”Aldera membalikkan tubuh, berpura-pura sibuk merapikan sesuatu. Tak ada pertanyaan lagi. Emily tampaknya percaya. Jonathan dan Aldera mulai mencari aparte
Konsentrasi Jonathan tidak sepenuhnya tertuju pada tumpukan dokumen kerja di atas meja. Ia lebih sering menatap ponsel melihat CCTV apartemen yang ditempati Emily. Tidak tampak Oliver. Hanya sosok Emily yang terlihat sibuk merapikan pakaian dan membersihkan apartemen. Jonathan mengawasi layar ponselnya hingga terdengar suara dari telepon di atas meja. “Ya, Ernetta.” “Ada tuan Mateo mencari anda, Sir.” “Suruh dia masuk.” Tak lama terdengar ketukan pintu disusul sosok Mateo memasuki ruang kerja Jonathan. Ia mengangguk memberi hormat sebelum duduk di kursi seberang meja. “Ada perkembangan apa Mateo?”tanya Jonathan. Ia memerintahkan Mateo untuk mencari pelaku yang menyebabkan kecelakaan mobil beberapa hari lalu. Ia menyewa tim khusus yang dipimpin Mateo untuk menyelidiki kasus ini. “Kami telah berhasil menemukan salah satu mobil pelaku. Mereka juga orang bayaran, Sir.”Mateo menjelaskan singkat. “Kami masih menginterogasi salah satu dari 4 orang yang kami tangkap. Tampaknya 1
Dengan sedikit menyeret Emily, Jonathan menuju lift khusus yang membawa keduanya menuju apartemen. Sesampai di dalam apartemen, ia mengunci pintu apartemen dan duduk di sofa panjang di tengah ruangan, mengamati Emily yang berdiri kaku di samping pintu masuk. “Ini rumahmu,”ucap Jonathan . Emily menggeleng. “Aku tidak kenal tempat ini,’bisiknya sendu. “Aku juga tidak mengenalmu, tuan.” “Namaku Jonathan.” “Baiklah Mr Jonathan, biarkan aku pergi. Aku wanita bersuami.” “Aku suamimu.” Emily kembali menggeleng cepat. “Suamiku Oliver, tuan.”Saat menyebut nama Oliver, ia tiba-tiba merasa marah dan sakit hati. Kenapa Oliver diam saja saat pria itu membawanya pergi?Dan dengan pasrah Oliver malah menyebut jika pria ini mengatakan yang sebenarnya. Apakah Oliver menjual dirinya kepada lelaki di depannya karena masalah uang? Apa Oliver menjualnya karena kehidupan ekonomi mereka yang pas-pasan? Berbagai pikiran buruk hinggap di kepala Emily. Jonathan menghela nafas panjang. “Terserah,”u
Siang itu Jonathan menunjukkan semua ruangan di apartemennya. Ada kamar tidur tamu dan ruang khusus berisi alat gym pribadi milik Jonathan. Ia juga memperlihatkan peralatan dapur yang dibeli khusus oleh Emily karena ia suka memasak. Peralatan memasak itu persis seperti impiannya dulu. Saat masih awal menikah dengan Oliver ia bercita-cita membeli peralatan memasak bermerk dan berkualitas, tapi tak pernah kesampaian karena keuangan yang tidak mencukupi.Jonathan menuruti kemauan Emily yang bersikeras pergi ke tempat kerjanya. Alfredo, sang pemilik restoran menyambut Emily dengan hangat.“Apa kabar Emily?”Pria itu menjabat tangan Emily dan Jonathan. “Lama tidak bertemu. Kamu ingin membuat reservasi di restoranku?”Emily tampak gugup. “Aku hanya ingin…”“Benar, kami ingin memesan tempat untuk makan siang.”Jonathan memotong ucapan Emily. “Tentu saja. Selalu ada tempat untuk Emily, silahkan.”Alfredo mempersilahkan keduanya memasuki area makan dan meminta secara khusus kepada anak buahnya
Jonathan menepati janjinya. Ia memperbolehkan Emily menemui Oliver siang itu. Jonathan menelepon Oliver untuk membuat janji temu untuk Emily. Oliver meminta Emily menemuinya di Unity Corp.Emily akhirnya bisa mengerti dengan sandiwara Oliver beberapa hari yang lalu. Oliver bukan lagi sales mobil tapi presdir Unity Corp saat ini. “Silahkan duduk, Emily.”Oliver mempersilahkan Emily duduk di sofa melingkar di sudut kantornya yang luas dengan nuansa kayu. Emily duduk dengan kaku. Mengamati Oliver yang tampak salah tingkah. Pria itu terasa asing baginya saat ini. Pakaiannya, rambutnya. Harusnya Emily menyadari itu saat Oliver menjemputnya di rumah sakit, saat pria itu bersandiwara di apartemen. Tapi ia dibutakan cinta. Ia masih mengira Oliver adalah pria yang mencintainya seperti saat awal menikah. Tapi saat mengetahui kebenaran yang terjadi beberapa hari ini, ia menjadi ragu akan hal itu. “Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Oliver,”ucap Emily memulai pembicaraan. “Tolong jujur padaku
Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beran
Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung.“Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi.Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mungil
Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber
Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala
Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d
Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti
Jonathan terpaksa menjual penthousenya dengan harga di bawah pasar, itu dilakukan demi segera mendapatkan uang membayar gaji dan tunjangan pisah karyawan resort. Pihak asuransi properti masih dalam penyelidikan tentang penyebab kebakaran sehingga tidak bisa mengupayakan pencairan asuransi kebakaran dalam waktu dekat.Jonathan meminta James untuk memperkerjakan kembali Simon di Weston dan juga merekomendasikan Mateo untuk bekerja di sana.Jonathan dan Emily melakukan persiapan untuk berangkat ke Manchester setelah sebelumnya berpamitan pada Aldera.“Jaga diri baik-baik, Sayang.” Aldera memeluk Emily dan Jonathan saat keduanya berpamitan pergi“Ibu jaga kesehatan, ya.”Emily mengurai pelukan. “Tolong sampaikan Eden, untuk biaya kuliahnya, akan kutransfer setiap bulan ke rekeningnya seperti biasa, jadi dia tak perlu khawatir.”Aldera mengangguk dengan mata berkaca-kaca.“Jaga Emily, Jonathan.”“Aku janji,” kata Jonathan sebelum keduanya berlalu pergi.Saat tiba di mansion, hanya James d
Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu
Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha