Elmi merasa berat pikirannya. Ia tidak bisa berpikir jernih setelah mendengar apa saran yang diberikan oleh mereka kepada dirinya ini. Memang itu adalah ide yang bisa memberikannya keuntungan. Tapi, memikiran bagaimana reaksi Alina membuat dirinya merasa pusing.“Mama…, aku lapar,” ucap anaknya yang memanggilnya.Elmi segera melihat ke arahnya, dan memberikan senyuman lebar meski sebenarnya dirinya ini merasa sangat frustrasi dengan apa yang tengah ia hadapi ini.“Bagaimana kalau kita masak? Atau kamu mau beli makanan di luar?” Elmi bertanya kepada anaknya tersebut.“Mmmm, Alina mau makan spageti ma…, yang di tempat itu lagi…,” pinta Alina.Betapa polos dan lugunya sang anak yang meminta kepada dirinya ini. Rasanya tidak relah dirinya harus melihat bagaimana sang anak harus mengetahui apa yang dirinya hadapi, dan juga apa yang tengah dirinya coba untuk hilangkan ini.“Baik lah kalau begitu. Kamu segera siap-siap ya, kita pergi makan ke sana,” ajak Elmi dengan senang mengajak sang anak
“Jadi, kamu bisa, ya?” tanya dari Elmi kepada anaknya tersebut.Alina langsung menganggukkan kepala mengiyakan apa yang barusan dikatakan oleh Elmi tersebut. Semoga saja dia bisa terus mengerti dan juga paham kenapa dirinya sampai seperti ini. Bukan tanpa alasan lagi Elmi seperti ini, demi kebaikannya.Alina sudah kelihatan jelas memiliki bayangan yang tinggi mengenai papanya, dan sekarang, Elmi merasa sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi kalau anaknya tahu yang sebenarnya.Alasan Elmi berpisah, alasan Gerard seperti itu, dan alasan kenapa Alina tidak langsung bertemu. Adalah 3 alasan yang membuat ia merasa sangat takut sampai dirinya sendiri tidak berani berpikir lebih jauh lagi.Bahkan, saat sampai rumah, Alina terus menyanyikan lagu mengenai orang tua, yang jelas sekali menunjukkan kalau dia snagat senang bisa bertemu dengan orang tuanya. Tapi, tidak dengan Elmi, pertemuan ini bisa saja menjadi bencana pertengkaran atau kesalahpahaman.“Mama.., papa orangnya seperti apa? Ap
Andrew dengan segra menuju ke rumahnya, dan dengan wajah yang panik, melihat seluruh barang yang ada di rumah Elmi sudah berantakan tidak karuan. Elmi sudah tidak bisa mengendalikan dan menenangkan anaknya tersebut. Seluruh energinya sudah habis, dan ini saja yang tersisa dari dirinya.“Kenapa bisa begini?!” panik Andrew yang langsung menghampirinya.Elmi terlalu malu untuk mengangkat wajahnya, ia menangis dalam diamnya, meski air mata sudah membasahi pipinya, dan sekarang ia benar-benar merasa putus asa sampai ke urat-uratnya sendiri.Tangannya meminta kepada Andrew untuk menuju ke kamar Alina, untuk sekarang, dia lah yang paling memerlukan seseorang untuk berada di sampingnya, “Alina…, Ndrew…,” ucap Elmi dengan lemah menahan dirinya tersebut.Andrew yang langsung merespon tersebut, segera berlari menuju ke kama Alina, dan menghampiri anaknya tersebut. Alina kedengaran menangis tersedu, sepertinya dia sedang berada di pelukan Andrew untuk ditenangkan. Elmi merasa lega, mendengar bahw
“Alina, kamu makan dulu ya, supaya tidak sakit,” bujuk Elmi dengan suara yang masih halus.“Tidak. Aku mau ke rumah tante Yuna, titik!” tegas dari Alina yang tidak tanggung-tanggung lagi.Dari kecil hingga sekarang Elmi merawatnya, ini adalah kali pertama dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa Alina melawanya dengan sangat tegas dan juga menunjukkan jelas sifatnya yang sangat amat keras kepala sekali. Ucapan yang barusan dikatakan juga tidak tanggung-tanggung. Dia seperti orang yang sangat berbeda.Rasanya berat ingin berucap kepada Alina pada saat itu. Elmi yang hendak memanggil dan membujuknya sekali lagi merasa sangat ragu dan juga merasa tidak bisa melakukannya meski hanya sedikit saja.“Alina…,” Elmi meminta dengan nada yang gemetar.Bukan menggubris lagi apa yang barusan dikatakan oleh Elmi, Alina memilih untuk mengabaikan sambil tetap memasang wajah yang sangat marah kepada dirinya ini. Menyerah…, Elmi tidak bisa meladeni kalau seperti ini. Dan sepertinya, ia pada ak
Gerard langsung terdaim seketika setelah mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Elmi tersebut. Tentu saja dia harus tahu dan juga sadar. Tidak mungkin Alina tidak mengerti mengenai hubungan orang tua, apalagi sekarang dia sudah sekolah.“Apa…, dia akan menerimaku?” tanya Gerard kepada Elmi.Elmi memasang wajah sebal sambil bersandar dengan dirinya yang merasa tidak senang dengan pertanyaan yang telah dilontarkan kepada dirinya tersebut. Benar-benar menjengkelkan sekali. “Aku tidak mau tahu. Tapi sepertinya dia akan menerimamu sepenuhnya,” Elmi menjawab dengan jawaban yang cukup cepat.Tidak peduli lagi dirinya dengan bagaimana perasaan Gerard. Sekarang, yang menjadi pilihan dan tujuannya hanya Alina seorang. Dia hanya memikirkan apakah Alina akan bahagia setelah ini, atau mungkin saja dia makin membenci diri Elmi yang tidak berguna ini.Elmi langsung mengemasi barangnya sambil menggendong tas kecilnya tersebut, “Oke, sudah tidak ada urusan lagi, kan? Aku akan pergi,” ucap Elmi yan
Meski berat sekali rasanya memberikan kabar yang ia bawa tersebut, Elmi merasa bahwa mungkin ini adalah satu-satunya cara supaya dirinya ini bisa mendapatkan kembali perhatian dari Alina, dan juga bisa mendapatkan kembali senyuman sang anak yang telah hilang dari wajahnya tersebut. Ya, memang terdengar sangat dan amat bodoh dan memalukan.Elmi merasa benar-benar malu selama memikirkan bahwa Alina tidak menyukainya. Tapi, di sisi lain dia juga merasa sangat sedih karena dirinya harus melihat bahwa anaknya tersebut membenci dirinya yang ada di depannya tersebut selama ini.“Alina,” Elmi memanggil saat anaknya baru saja masuk dari pintu.Dia tidak mengerti, kenapa tidak ada yang mengantarkannya sampai ke dalam? Apa ini Alina yang meminta? Apa jangan-jangan, ini juga karena Alina merasa tidak senang ada yang berbicara dengan dirinya ini?“Al-““Aku mau tidur,” ucap sang anak yang baru saja melewati umur balitanya tersebut.Alina langsung masuk ke dalam kamarnya, dan menutup pintu tanpa me
“Mama,” panggil anaknya saat mereka sedang sarapan.“Ya?” tanya Elmi.“Hubungan mama dan papa sebenarnya seperti apa?”Elmi yang sedang menelan makanan langsung tersedak mendengar bahwa anaknya mendadak saja menanyakan hal tersebut kepada dirinya ini. Elmi buru-buru meminum air putih yang ada di atas meja, untuk menenangkan dirinya kembali. Sabar dan tenang.“Ke- kenapa kamu mendadak menanyakan hal seperti itu?” bingung Elmi tentunya.“Ya, teman-temanku Alina lihat kalau mama papanya sangat bahagia sekali, senyum, dan banyak tertawa,” jelas Alina.Rasanya ia ingin menelan ludahnya dan ingin mengingatkan kepada dirinya sendiri, bahwa itu adalah imajinasi dari anak kecil yang berharap kebahagiaan dari orang tuanya sendiri. Tapi, Alina bukan anak yang bisa mendapatkannya. Sudah bisa dipastikan Alina akan susah mendapatkannya.Sesal dan perasaan sakit jadi satu di dalam dirinya tersebut. Ia tidak bisa berpikir jernih dan juga tidak bisa merasa ringan. Bagaimana bisa ia menjelaskan bagaima
Elmi yang mendengar ucapan Andrew mendadak saja tidak bisa berbicara, dan merasa kalau mulutnya sendri terasa tertahan oleh dirinya tersebut. Apa-apaan orang ini? Tidak ada angin, tidak ada hujan, mendadak saja berkata begitu. Sedikit dirinya melirik ke ujung mata, tampak rasa khawatir dan gelisah dar wajahnya.Elmi tak paham dengan apa maksud dari Andrew sampai bisa berkata begitu kepadanya. Tapi, yang pasti, Elmi akan mencoba untuk tidak mendengar dan berpura-pura tidak tahu dengan apa yang telah dikatakan kepada dirinya ini.“Haha, kamu ada-ada saja, aku cari yang baru saja sudah malas, mana mungkin aku mau kembali kepada Gerard, haha,” Elmi mencoba mengalihakn topik pembicaraan yang ia rasa sedikit perlu diluruskan dan juga perlu ditegaskan tentunya.Andrew menatapnya lamat-lamat. Tatapan tersebut menunjukkan dengan jelas mengenai apa perasaan yang tengah dipendamnya. Elmi masih mencoba menepisnya. Sudah lebih dari 5 tahu ia berteman dengan Andrew,tidak mungkin dirinya tidak tahu.