Share

Bab 5

Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya.

"Nadzira!" Panggil seseorang dari belakang

Merasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini

"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu

"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya.

"Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya itu

Gadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu. Hanya saja mereka terpisah sementara di karenakan Rania harus melanjutkan kuliah ke Kairo atas permintaan kedua orangtuanya, mengetahui apa yang terjadi pada Nadzira, sungguh dirinya merasa iba pada kehidupan Nadzira. Andai saja saat itu dirinya tiba tepat waktu sudah bisa dipastikan bahwa Nadzira akan dia bawa pergi tanpa harus menikah pada pria yang menikahinya secara tiba-tiba itu.

"Apa kamu bahagia dengan pernikahan mu?" Tanya Rania melihat tubuh sahabat nya itu terlihat sangat kurus, jauh berbeda saat pertama kali mereka berpisah dulu

Nadzira yang mendengar itu hanya membalasnya dengan senyuman. "Aku harus pulang sekarang, suamiku pasti sudah menunggu, mari bertemu lagi minggu depan" ucap Nadzira memeluk kembali Rania

"Bareng aku aja pulang nya" pinta Rania menahan tangan Nadzira

"Tidak perlu Rania, aku tinggal di sekitar sini kok" tolak Nadzira lembut

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Rania masih setia berdiri dengan mata tak lepas dari sosok sahabat yang sangat dia sayangi itu. "Zira, semoga kebahagiaan segera menghampiri mu" lirih Rania dengan mata yang berkaca-kaca

Di rumah mewah milik Zefran, suara dentuman musik terdengar cukup keras. Nadzira yang baru saja selesai mengerjakan shalatnya kembali ke ruang tamu guna membersihkan semua kekacauan yang di perbuat oleh suaminya sendiri. Bahkan saat adzan berkumandang Zefran tidak juga berniat untuk mematikan sejenak musik yang dia putarkan itu membuat Nadzira menggelengkan kepalanya pelan.

Nadzira melihat beberapa botol minum keras yang terletak di atas meja, di sertai dengan asap rokok yang memenuhi ruangan. Nadzira mendekat dan mendapati sosok perempuan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya dan juga Darwin yang duduk tepat di sebelahnya.

"Maaf pak, tapi sekarang waktu shalat Maghrib sudah tiba, apa bapak tidak mau melaksanakan shalat dulu?" Tanya Nadzira mencoba mengecilkan suara musik yang mengganggu indra pendengaran itu

"Ck! Siapa kamu yang berani-beraninya mengaturku? Lagipula aku tidak butuh Tuhan, tanpa berdoa pun aku sudah memiliki segalanya" kata Zefran dengan sombongnya

"Astaghfirullah. Istighfar pak" ucap Nadzira

Prang

Suara pecahan botol yang di lemparkan Zefran berserakan tepat di bawah kaki Nadzira, membuat Nadzira terkejut ketakutan

"Sialan! Berani sekali kau menasehati ku, wanita sialan" ucap Zefran dengan amarah yang menggebu-gebu.

Nadzira terdiam mendengar ucapan Zefran, lidahnya kelu, tidak bisa berkata-kata

Plak

Tamparan keras mengenai wajah cantik Nadzira hingga membuat nya terduduk dan telapak tangannya mengenai pecahan botol hingga mengeluarkan darah segar.

Sontak melihat itu. Darwin dan juga wanita yang bernama Karin itu menghampiri Zefran.

"Dengar wanita udik, mulai dari sekarang jangan pernah ikut campur dalam urusan pribadiku apalagi mencoba menceramahi ku, kau itu hanya seorang PEMBANTU, PEMBANTU ingat itu" ucap Zefran penuh penekanan

"Pergi dari hadapan ku sekarang" Usir Zefran dengan mendorong kasar tubuh Nadzira

Darwin merasa kasihan pada Nadzira, sungguh miris kehidupan gadis yang memiliki hati yang sangat lembut itu, sepertinya takdir sedang mempermainkan nya dengan mempertemukan nya pada pria bersifat iblis seperti Zefran Al Faruq

Darwin berniat menyusul Nadzira, namun dengan cepat Zefran menahannya.

"Tidak perlu menolong nya, wanita itu pantas mendapatkan perlakuan seperti itu" ucap Zefran seraya kembali duduk dan menikmati minuman haram itu kembali

"Tapi tangannya terluka, jika tidak cepat di obati akan mengalami infeksi" bujuk Darwin seraya melihat tetesan darah Nadzira yang berceceran di lantai

"Aku bilang tidak perlu, jangan coba-coba menolongnya" Ucap Zafran dengan menekan kata-katanya

"Kau akan menyesal karena telah berbuat kasar pada gadis sebaik dia, ingat Zefran tidak semua wanita mempunyai sifat seperti Ibu kamu, yang akan meninggalkan lelakinya saat dilanda kesusahan. Kau lihat istrimu. Bahkan saat dirinya tidak di anggap sebagai seorang istri pun dia masih bertahan di samping mu" Ucap Karin seraya melangkahkan kakinya menyusul Nadzira

Zefran tertegun mendengar kalimat terakhir yang di lontarkan Karin padanya. Dia memutar otak dan mengingat segala perilaku kasarnya pada Nadzira. Namun bukan Zefran namanya lelaki yang tidak memiliki rasa Iba pada siapapun terlebih pada seorang wanita.

Nadzira menangis tersedu, dia mencurahkan segala kesedihannya dan juga rasa sakitnya. Atas perlakuan kasar yang diterima nya dari suaminya sendiri

"Ibu....," Ucap Nadzira pelan di sela-sela tangisnya

Karin menghampiri Nadzira dengan membawa kotak obat yang dia dapat kan dari Zico. Karin merasa sangat prihatin melihat keadaan Nadzira dengan luka yang masih belum dia obati.

"Sini di bersihkan dulu lukanya, nanti infeksi jika tidak segera di obati" ucap Karin menyentuh bahu Nadzira dengan lembut

Nadzira terdiam memperhatikan Karin yang sibuk mengobati luka di tangannya. Sesekali dia merasakan perih, namun Nadzira mencoba menahan nya

"Zefran sebenarnya laki-laki yang baik, hanya saja Dia menjadi pendendam akibat luka yang di torehkan oleh Ibunya sendiri" kata Karin memulai percakapan setelah beberapa saat mereka terdiam dengan pikiran masing-masing

Nadzira ingin sekali menanyakan siapa wanita yang di depannya ini, hanya saja dia bingung harus memulai dari mana

"Kamu pasti penasaran siap aku kan? Aku Karina" Ucap Karin memperkenalkan dirinya

"Aku mengenal Zefran sudah sangat lama, saat itu laki-laki bermulut pedas itu sedang sekarat di pinggir jalan akibat kedapatan mencuri makanan, dengan perasaan tak tega, Papaku menolongnya dan membiarkan nya tinggal bersama kami, lambat laun Zefran di ajarkan berbisnis oleh Papaku. Hingga sekarang dirinya menjadi pengusaha yang sukses. Zefran sangat membenci setiap wanita, kecuali aku, itupun karena dia merasa berhutang Budi pada Papaku. Aku yakin bahwa kamu itu wanita yang berbeda, kamu cantik, baik dan juga memiliki pemahaman Agama yang luas. Aku berharap kamu bisa mengubah cara pandang Zefran pada setiap wanita melalui kamu Nadzira. Buat Zefran melupakan dendamnya" pinta Karina dengan mata yang berkaca-kaca

Nadzira terdiam mendengar semua yang di ucapkan Karina padanya, selama ini dia mengira bahwa kehidupan Zefran baik-baik saja. Ternyata Zefran memiliki masa lalu yang kelam hingga mengubah nya menjadi kejam seperti sekarang ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status