Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya.
"Nadzira!" Panggil seseorang dari belakangMerasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya."Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya ituGadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu. Hanya saja mereka terpisah sementara di karenakan Rania harus melanjutkan kuliah ke Kairo atas permintaan kedua orangtuanya, mengetahui apa yang terjadi pada Nadzira, sungguh dirinya merasa iba pada kehidupan Nadzira. Andai saja saat itu dirinya tiba tepat waktu sudah bisa dipastikan bahwa Nadzira akan dia bawa pergi tanpa harus menikah pada pria yang menikahinya secara tiba-tiba itu."Apa kamu bahagia dengan pernikahan mu?" Tanya Rania melihat tubuh sahabat nya itu terlihat sangat kurus, jauh berbeda saat pertama kali mereka berpisah duluNadzira yang mendengar itu hanya membalasnya dengan senyuman. "Aku harus pulang sekarang, suamiku pasti sudah menunggu, mari bertemu lagi minggu depan" ucap Nadzira memeluk kembali Rania"Bareng aku aja pulang nya" pinta Rania menahan tangan Nadzira"Tidak perlu Rania, aku tinggal di sekitar sini kok" tolak Nadzira lembut"Assalamualaikum""Waalaikumsalam"Rania masih setia berdiri dengan mata tak lepas dari sosok sahabat yang sangat dia sayangi itu. "Zira, semoga kebahagiaan segera menghampiri mu" lirih Rania dengan mata yang berkaca-kacaDi rumah mewah milik Zefran, suara dentuman musik terdengar cukup keras. Nadzira yang baru saja selesai mengerjakan shalatnya kembali ke ruang tamu guna membersihkan semua kekacauan yang di perbuat oleh suaminya sendiri. Bahkan saat adzan berkumandang Zefran tidak juga berniat untuk mematikan sejenak musik yang dia putarkan itu membuat Nadzira menggelengkan kepalanya pelan.Nadzira melihat beberapa botol minum keras yang terletak di atas meja, di sertai dengan asap rokok yang memenuhi ruangan. Nadzira mendekat dan mendapati sosok perempuan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya dan juga Darwin yang duduk tepat di sebelahnya."Maaf pak, tapi sekarang waktu shalat Maghrib sudah tiba, apa bapak tidak mau melaksanakan shalat dulu?" Tanya Nadzira mencoba mengecilkan suara musik yang mengganggu indra pendengaran itu"Ck! Siapa kamu yang berani-beraninya mengaturku? Lagipula aku tidak butuh Tuhan, tanpa berdoa pun aku sudah memiliki segalanya" kata Zefran dengan sombongnya"Astaghfirullah. Istighfar pak" ucap NadziraPrangSuara pecahan botol yang di lemparkan Zefran berserakan tepat di bawah kaki Nadzira, membuat Nadzira terkejut ketakutan"Sialan! Berani sekali kau menasehati ku, wanita sialan" ucap Zefran dengan amarah yang menggebu-gebu.Nadzira terdiam mendengar ucapan Zefran, lidahnya kelu, tidak bisa berkata-kataPlakTamparan keras mengenai wajah cantik Nadzira hingga membuat nya terduduk dan telapak tangannya mengenai pecahan botol hingga mengeluarkan darah segar.Sontak melihat itu. Darwin dan juga wanita yang bernama Karin itu menghampiri Zefran."Dengar wanita udik, mulai dari sekarang jangan pernah ikut campur dalam urusan pribadiku apalagi mencoba menceramahi ku, kau itu hanya seorang PEMBANTU, PEMBANTU ingat itu" ucap Zefran penuh penekanan"Pergi dari hadapan ku sekarang" Usir Zefran dengan mendorong kasar tubuh NadziraDarwin merasa kasihan pada Nadzira, sungguh miris kehidupan gadis yang memiliki hati yang sangat lembut itu, sepertinya takdir sedang mempermainkan nya dengan mempertemukan nya pada pria bersifat iblis seperti Zefran Al FaruqDarwin berniat menyusul Nadzira, namun dengan cepat Zefran menahannya."Tidak perlu menolong nya, wanita itu pantas mendapatkan perlakuan seperti itu" ucap Zefran seraya kembali duduk dan menikmati minuman haram itu kembali"Tapi tangannya terluka, jika tidak cepat di obati akan mengalami infeksi" bujuk Darwin seraya melihat tetesan darah Nadzira yang berceceran di lantai"Aku bilang tidak perlu, jangan coba-coba menolongnya" Ucap Zafran dengan menekan kata-katanya"Kau akan menyesal karena telah berbuat kasar pada gadis sebaik dia, ingat Zefran tidak semua wanita mempunyai sifat seperti Ibu kamu, yang akan meninggalkan lelakinya saat dilanda kesusahan. Kau lihat istrimu. Bahkan saat dirinya tidak di anggap sebagai seorang istri pun dia masih bertahan di samping mu" Ucap Karin seraya melangkahkan kakinya menyusul NadziraZefran tertegun mendengar kalimat terakhir yang di lontarkan Karin padanya. Dia memutar otak dan mengingat segala perilaku kasarnya pada Nadzira. Namun bukan Zefran namanya lelaki yang tidak memiliki rasa Iba pada siapapun terlebih pada seorang wanita.Nadzira menangis tersedu, dia mencurahkan segala kesedihannya dan juga rasa sakitnya. Atas perlakuan kasar yang diterima nya dari suaminya sendiri"Ibu....," Ucap Nadzira pelan di sela-sela tangisnyaKarin menghampiri Nadzira dengan membawa kotak obat yang dia dapat kan dari Zico. Karin merasa sangat prihatin melihat keadaan Nadzira dengan luka yang masih belum dia obati."Sini di bersihkan dulu lukanya, nanti infeksi jika tidak segera di obati" ucap Karin menyentuh bahu Nadzira dengan lembutNadzira terdiam memperhatikan Karin yang sibuk mengobati luka di tangannya. Sesekali dia merasakan perih, namun Nadzira mencoba menahan nya"Zefran sebenarnya laki-laki yang baik, hanya saja Dia menjadi pendendam akibat luka yang di torehkan oleh Ibunya sendiri" kata Karin memulai percakapan setelah beberapa saat mereka terdiam dengan pikiran masing-masingNadzira ingin sekali menanyakan siapa wanita yang di depannya ini, hanya saja dia bingung harus memulai dari mana"Kamu pasti penasaran siap aku kan? Aku Karina" Ucap Karin memperkenalkan dirinya"Aku mengenal Zefran sudah sangat lama, saat itu laki-laki bermulut pedas itu sedang sekarat di pinggir jalan akibat kedapatan mencuri makanan, dengan perasaan tak tega, Papaku menolongnya dan membiarkan nya tinggal bersama kami, lambat laun Zefran di ajarkan berbisnis oleh Papaku. Hingga sekarang dirinya menjadi pengusaha yang sukses. Zefran sangat membenci setiap wanita, kecuali aku, itupun karena dia merasa berhutang Budi pada Papaku. Aku yakin bahwa kamu itu wanita yang berbeda, kamu cantik, baik dan juga memiliki pemahaman Agama yang luas. Aku berharap kamu bisa mengubah cara pandang Zefran pada setiap wanita melalui kamu Nadzira. Buat Zefran melupakan dendamnya" pinta Karina dengan mata yang berkaca-kacaNadzira terdiam mendengar semua yang di ucapkan Karina padanya, selama ini dia mengira bahwa kehidupan Zefran baik-baik saja. Ternyata Zefran memiliki masa lalu yang kelam hingga mengubah nya menjadi kejam seperti sekarang ini.Zefran terbangun dari tidurnya di waktu subuh, dan segera berjalan menuju dapur untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, bahkan cacing di perutnya meminta untuk disisi di karenakan Zefran melewati waktu makan malamnya dengan sengaja hanya karena ingin menghindari Nadzira.فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ۠ fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."Sayup-sayup terdengar suara indah yang sudah lama tidak Ia dengar dari dalam kamar Nadzira yang pintunya tidak tertutup rapat. Seketika ada rasa damai yang di rasakan nya, seolah-olah seperti ada yang menyentuh hatinyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَyaaa ayyuhalladziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innallaaha ma'ash-shoobiriin"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (k
Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, Nadzira kembali ke kamar Zefran untuk melihat keadaan suaminya. Nadzira melihat sang suami yang masih terbaring di atas ranjang Zefran tertidur dengan sangat pulas hingga tidak menyadari kedatangan Nadzira."Apa Mas Zefran masih membenciku? Apa aku memang tidak pernah pantas menjadi istri mu? Kenapa Mas, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku? Jika memang aku hanya menjadi penghalang bagimu untuk bersama dengan Khansa, maka aku ikhlas Mas, aku ikhlas kamu ceraikan saat ini juga" lirih Nadzira menatap sendu Zefran yang masih setia menutup matanya tanpa Nadzira sadari bahwa sedari tadi Zefran mendengar semua yang ia ucapkanNadzira memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zefran, Nadzira tersenyum tipis melihat wajah tampan milik suaminya itu. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu Mas, meski itu tidak denganku nantinya, tapi aku akan selalu bahagia jika melihat mu bahagia, hiduplah tanpa menyimpan dendam di hatimu dan cobalah untuk memaafkan kesa
"Apa begini cara mu menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan mu?" Tanya wanita tua itu dengan wajah yang di buat sesedih mungkin"Ck! Menghormati? Wanita sepertimu tidak pantas di hormati ataupun di jadikan sebagai seorang Ibu" ujar Zefran dengan tersenyum sinis"Cepat angkat kaki dari rumahku, sebelum kesabaranku benar-benar habis" Zefran menekan kata-katanyaWanita tua itu berjalan mendekat ke arah Zefran, tangannya berniat menyentuh wajah tampan milik pria bermata emerald itu, namun dengan cepat Zefran menepisnya"Jangan menyentuh ku dengan tangan kotormu" Zefran menepis kasar tangan wanita tua itu"Maafkan Ibu Nak, saat itu Ibu benar-benar tidak bisa hidup dengan penuh kemiskinan bersama Ayahmu, sungguh Ibu menyesal pernah meninggalkan tanggung jawab Ibu, Ibu mohon maaf" Ucap wanita tua itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinyaNadzira yang mendengar hal itu merasa sangat terkejut, berarti wanita yang Ia suruh pergi ternyata benar adalah ibu mertuanya."Maaf? Apa denga
Sinar matahari mulai menyeruak memasuki celah jendela kamarnya, burung-burung berkicauan saling menyahut satu dengan yang lainnya, membuat pria yang berbaring di sampingnya bangun terlebih dahulu. Zefran merasakan pegal di bagian tangannya karena ternyata semalaman ia menjadi kan lengannya sebagai bantalan ternyaman bagi Nadzira, Zefran memperhatikan wajah teduh Nadzira yang sedang tidur terlelap tanpa terganggu dengan pergerakan Zefran. Cantik, satu kata itu yang melintas dalam pikirannyaZefran memilih pergi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Nadzira mengerang. Aneh, ia merasa tidurnya sangat nyenyak bahkan rasanya berbeda dari hari-hari biasanya, Nadzira meraih benda pipih yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya. "Astaghfirullah, aku bangun kesiangan, pasti Pak Zefran menunggu sarapannya" ucap Nadzira bangun dari tidurnya dan segera berlari menuju dapur tanpa memperhatikan penampilannya yang masih sangat berantakanNamun karena kurangnya hati-ha
Darah segar mengalir dari sekujur tubuh Nadzira yang tergeletak di jalanan, tangan, pipi bahkan anggota tubuh yang lainnya lecet parah, akibat hantaman mobil yang benar-benar melaju dengan sangat kencang.Zefran langsung bersimpuh dan membawa kepala Nadzira dalam pangkuan nya, "Nadzira bangun, jangan tutup mata kamu kita kerumah sakit sekarang, bangun Zira, kamu harus bangun". Zefran terus saja meminta Nadzira untuk membuka matanya, padahal dia tahu sendiri bahwa wanita itu sudah memejamkan matanya Zefran ketakutan melihat kondisi Nadzira sekarangHampir 6 jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda Dokter yang menangani Nadzira keluar, membuat Zefran semakin khawatir Zefran menunggu di depan ruangan IGD dengan di temani Darwin dan juga Karina. Mereka bertiga hanya diam membisu membuat suasana di selimuti ketegangan"Berdoalah, semoga Nadzira baik-baik saja" ujar Darwin melihat kekhawatiran di wajah Zefran"Apa aku pernah melakukan hal itu? Bahkan aku sudah lupa caranya" ucap Zefran deng
DegZefran merasa tertampar dengan semua penuturan Nadzira, gadis itu selalu saja sukses memporak-porandakan perasaan nya Zefran berdiri di balkon kamarnya dengan menikmati angin malam yang dingin tak lupa sebotol minuman haram itu kembali menemani malam nya.Berbeda dengan Nadzira di sepertiga malam itu Nadzira melawan lelah untuk beribadah, bacaan Al Qur'an nya masih kurang satu juz lagi, betapa beratnya untuk Istiqomah dalam menjaga hafalan dengan selalu memurojaahkan hafalannya. Nadzira berdiri tegap memurojaahkan hafalan Qur'an nya dalan shalat malamnya. Cukup lama ia bersujud mengutarakan segala isi hatinya pada Allah yang maha mendengar segala keluh kesahnya, dengan begitu Nadzira merasakan ketentraman dalam hati dan juga jiwanya di karenakan sebaik-baiknya tempat bercerita ialah pencipta Nya."Hanya kepada Allah aku mengadukan segala kesusahan dan kesediaan ku(QS. Yusuf 86)"Matahari bersinar terang menyambut pagi dua insan yang sedang sibuk pada urusan masing-masing, Nadzira