Share

Bab 4

Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Zefran. Baik itu Darwin maupun Nadzira tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat wajah Zefran yang menurut Nadzira sangat menakutkan saat itu.

"Apa kamu akan terus berdiri disitu" sindir Zefran yang sudah memasuki pelataran rumah mewah miliknya

"Maaf pak" Nadzira menunduk dan mengikuti langkah Zefran yang saat ini sudah menjadi suami sah nya.

Nadzira terkesima melihat rumah mewah milik Zefran yang menurut nya sangat besar dan juga luas itu. "Duduk, aku ingin menjelaskan sesuatu" ucap Zefran dengan raut wajah tidak sukanya

Nadzira duduk tanpa berani menatap Zefran dari dekat. "Mulai hari ini, kamu akan bekerja di rumahku sebagai pembantu selama satu tahun. Dan setelah itu kita akan bercerai, jadi jangan terlalu berharap pada pernikahan ini. Karena aku menikahimu dengan sangat-sangat terpaksa demi menjaga nama baikku" ucap Zefran penuh penekanan

Air mata Nadzira lolos begitu saja, Dia sendiri tidak pernah berfikir untuk menikah dengan cara yang seperti ini. Tapi bukan berarti dirinya menyalahkan takdir. Nadzira menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. "Ya Allah, kuat kan hatiku untuk menerima segala ketentuan-Mu" lirih Nadzira pelan.

Ketika segala musibah dan ujian itu menjadikan hati kita menjadi lebih baik. Maka segeralah bersyukur dan berhenti mengeluh, agar hikmah itu menjadi rahmat bukan laknat. Tidak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak memiliki kesedihan,tidak ada kelezatan bagi mereka yang tidak memiliki kesabaran dan tidak ada pula kerehatan bagi mereka yang tidak memiliki seletihan.

Yakinlah bahwa ada sesuatu yang menunggumu setelah banyak bersabar, yang akan membuatmu terpana, hingga membuatmu lupa betapa pedihnya rasa sakit. Ali bin Abi Thalib

Sayup-sayup Nadzira mendengar suara adzan. Dia segera bangun dan mengerjakan shalat subuh pertama sebagai seorang Istri. Jika kebanyakan pengantin baru akan mengerjakan shalat berjamaah, namun berbeda dengan Nadzira, bahkan dirinya dan juga Zefran menggunakan kamar yang terpisah. Nadzira tidur di kamar yang memang khusus di sediakan untuk para pekerja di rumah mewah milik Zefran.

Terlepas dari itu. Nadzira masih bersyukur dengan kondisinya sekarang. Setidaknya Ia masih memiliki tempat tinggal setelah dirinya di usir oleh Tante Safira. Meskipun keadaan nya tidak jauh berbeda.

Nadzira dengan telaten membersihkan seluruh ruangan, dia menyapu bersih setiap ruangan dengan hati-hati. Setelah selesai Nadzira beralih ke dapur untuk memasak sarapan. Namun Nadzira tidak menemukan apa-apa. Bahkan sekedar alat untuk memasak pun Zefran tidak memilikinya.

"Bagaimana ini? Ucap Nadzira bingung

Lama Nadzira berdiri dengan bingung, Namun setelah pertimbangan yang agak lama. Akhirnya Nadzira memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Zefran dengan sangat hati-hati.

Belum sempat Nadzira bersuara untuk memanggil sang empunya. Zefran sudah lebih dulu membuka pintu kamarnya membuat Nadzira mundur dari tempatnya. "Maaf pak, tadinya saya berniat untuk membuat sarapan, tapi di dapur kosong tidak ada apa-apa" kata Nadzira menunduk

Zefran merogoh sesuatu di dalam saku celananya, dan melemparkan sebuah kartu ATM miliknya tepat ke wajah Nadzira. "Lain kali jangan pernah menginjakkan kaki keruangan pribadiku. Kau bisa menyampaikan pada Zico, tentang hal yang ingin kau sampaikan padaku" Ucap Zafran dengan tatapan tajamnya

Nadzira terdiam tak bergeming di tempat dirinya berpijak, sakit, tentu saja hatinya sakit. Namun sebisa mungkin Nadzira menguatkan diri. "Maaf pak" kata Nadzira pelan seraya mengayunkan kaki melangkah meninggalkan Zefran.

Nadzira menekan kuat dadanya yang terasa sesak, air matanya lolos begitu saja sedari tadi dia sudah mencoba menahan tangisnya. "Ya Rabb. Tegarkan lah hatiku, berikan kesabaran yang luas untuk hamba menerima semuanya" perlahan Nadzira menghapus air matanya

Nadzira mencoba untuk berfikir jernih, pernikahan ini terjadi secara tiba-tiba. Wajar saja Zefran bersikap seperti itu, mengingat mereka yang baru saja mengenal satu sama lain dalam beberapa bulan belakangan ini.

"Usahakan rapat hari ini selesai dengan cepat, moodku sedang tidak bagus, aku ingin menghabiskan waktu di tempat biasa" ujar Zefran pada Darwin yang masih fokus pada layar laptopnya

"Apa kamu akan membiarkan istrimu sendirian dirumah sebesar itu?" Tanya Darwin dengan wajah datarnya

"Ck! Dia pembantu, bukan istriku" ucap Zefran penuh penekanan

Zefran memang tidak suka rumah tempat dia tinggal di huni oleh banyak orang, itu sebabnya Zefran tidak mengijinkan para pelayannya tinggal dirumahnya. Kecuali Zico yang bekerja sebagai pengawas dan juga pelayanan pribadinya sebelum Nadzira hadir di kehidupannya.

Seperti biasa, seusai mengerjakan semua pekerjaannya, Nadzira membaca Alquran dan juga menghafalkan nya sebelum dirinya beristirahat.

Dalam ajaran agama yang di pelajari Nadzira, kita dianjurkan untuk melakukan Amalan sebelum beranjak ke tempat tidur. Tujuan nya agar tidur kita tak hanya berkualitas bagi fisik dan psikis, namun mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. "Jika kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhu lah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaring lah pada sisi kananmu" (HR. Bukhari no 247 dan Muslim no 2710).

Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah sebulan Nazdira menyandang status sebagai seorang Istri atau lebih tepatnya seorang pembantu bagi Zefran Al Faruq. Nazdira bahkan sudah terbiasa mendapatkan kata-kata kasar dari suaminya tersebut.

Nadzira kembali melangkah kan kaki menuju ruang tamu, dimana Zefran duduk disana dengan sebuah koran yang Ia baca. "Pak, bolehkah saya keluar untuk menghadiri acara kajian di Masjid dekat komplek" pinta Nazdira meminta ijin

"Apa itu perlu?" Tanya Zefran singkat

"Sangat perlu pak, untuk menambah Ilmu Agama, ada sebuah hadits yang menjelaskan "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka akan Allah mudahkan jalan baginya menuju surga (HR. Muslim no  7028)" jelas Nadzira antusias

"Tidak perlu menjelaskan panjang lebar begitu padaku, sana pergi" kata Zefran mengibaskan tangannya

Nadzira memberanikan diri mendekat ke arah Zefran. Nadzira mengulurkan tangannya dan meraih tangan Zefran lalu mencium secara khidmat.

"Apa yang kau lakukan" ucap Zefran mendorong kuat tubuh Nadzira hingga terjatuh

"Berani sekali wanita sepertimu menyentuhku" Hardik Zefran

Nadzira mencoba untuk kembali berdiri, dia merasa sedikit sakit di bagian bahu kirinya yang terbentur di ujung meja. "Kenapa, apa aku tidak boleh mencium tangan suamiku sendiri?" Tanya Nadzira dengan suara bergetar

"Aku tidak pernah menganggap bahwa kau adalah istriku, kamu hanya lah seorang pembantu, ingat itu" kata Zefran dengan wajah tidak sukanya

Nadzira tersenyum getir menatap Zefran. Jadi karena itu dia menolak Nadzira mencium punggung tangannya

"Tapi di mata Allah, semua manusia itu sama. Baik itu seorang pembantu ataupun seorang Istri, aku melakukan itu sebagai tanda hormat ku padamu sebagai seorang suami. Namun jika bapak keberatan, maka tidak mengapa, anggap saja itu bentuk pamit seorang pembantu pada tuannya" lanjut Nazdira seraya melangkahkan kakinya pergi dengan hati yang sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status