"Apa begini cara mu menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan mu?" Tanya wanita tua itu dengan wajah yang di buat sesedih mungkin"Ck! Menghormati? Wanita sepertimu tidak pantas di hormati ataupun di jadikan sebagai seorang Ibu" ujar Zefran dengan tersenyum sinis"Cepat angkat kaki dari rumahku, sebelum kesabaranku benar-benar habis" Zefran menekan kata-katanyaWanita tua itu berjalan mendekat ke arah Zefran, tangannya berniat menyentuh wajah tampan milik pria bermata emerald itu, namun dengan cepat Zefran menepisnya"Jangan menyentuh ku dengan tangan kotormu" Zefran menepis kasar tangan wanita tua itu"Maafkan Ibu Nak, saat itu Ibu benar-benar tidak bisa hidup dengan penuh kemiskinan bersama Ayahmu, sungguh Ibu menyesal pernah meninggalkan tanggung jawab Ibu, Ibu mohon maaf" Ucap wanita tua itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinyaNadzira yang mendengar hal itu merasa sangat terkejut, berarti wanita yang Ia suruh pergi ternyata benar adalah ibu mertuanya."Maaf? Apa denga
Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, Nadzira kembali ke kamar Zefran untuk melihat keadaan suaminya. Nadzira melihat sang suami yang masih terbaring di atas ranjang Zefran tertidur dengan sangat pulas hingga tidak menyadari kedatangan Nadzira."Apa Mas Zefran masih membenciku? Apa aku memang tidak pernah pantas menjadi istri mu? Kenapa Mas, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku? Jika memang aku hanya menjadi penghalang bagimu untuk bersama dengan Khansa, maka aku ikhlas Mas, aku ikhlas kamu ceraikan saat ini juga" lirih Nadzira menatap sendu Zefran yang masih setia menutup matanya tanpa Nadzira sadari bahwa sedari tadi Zefran mendengar semua yang ia ucapkanNadzira memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zefran, Nadzira tersenyum tipis melihat wajah tampan milik suaminya itu. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu Mas, meski itu tidak denganku nantinya, tapi aku akan selalu bahagia jika melihat mu bahagia, hiduplah tanpa menyimpan dendam di hatimu dan cobalah untuk memaafkan kesa
Zefran terbangun dari tidurnya di waktu subuh, dan segera berjalan menuju dapur untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, bahkan cacing di perutnya meminta untuk disisi di karenakan Zefran melewati waktu makan malamnya dengan sengaja hanya karena ingin menghindari Nadzira.فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ۠ fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."Sayup-sayup terdengar suara indah yang sudah lama tidak Ia dengar dari dalam kamar Nadzira yang pintunya tidak tertutup rapat. Seketika ada rasa damai yang di rasakan nya, seolah-olah seperti ada yang menyentuh hatinyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَyaaa ayyuhalladziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innallaaha ma'ash-shoobiriin"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (k
Di tengah kemelut nya malam. Seorang gadis tengah mengadu kepada pemilik semesta. Ia dengan khusyuknya meminta di mudahkan segala urusannya dan di kuat kan hatinya menjalani segala ketetapan-Nya.Nadzira Xena Gumasya. Gadis cantik berwajah teduh itu dengan senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya menjalani rutinitas sehari-hari nya dengan ceria. Biarpun diperlakukan kurang baik oleh keluarga Tantenya sendiri, Namun Nadzira tetap bersyukur Tante Safira masih mau merawat dan membesarkan nya hingga menjadi seperti sekarang ini. Nadzira menjadi anak yatim-piatu disaat usianya masih balita, sehingga Ia hanya bisa mengenali wajah kedua orang tuanya dari sebuah foto yang terpampang di dinding kamarnya."Nadzira....Zira!" Teriak Tante Safira membangun kan Nadzira dengan kasar"Bukannya pagi ini kamu ada interview kerja? Cepat bangun dan bersiap-siap, awas saja kalau hari ini gagal lagi" Lanjut Tante Safira seraya menutup pintu kamar Nadzira kuatNadzira bangun dengan mata yang masih engg
Nadzira tiba lebih awal, keadaan Toko tempat Ia bekerja pun masih sangat sepi. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sedang mengerjakan tugas mereka masing-masing.Nadzira berniat melaksanakan shalat Sunnah Dhuha sebelum memulai aktivitas nya, Ia melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul delapan pagi, setidaknya Nadzira memiliki sedikit waktu untuk beribadah dan melancarkan hafalan Qur'an nya. Nadzira memang bukan tamatan pesantren, namun meski begitu, Ia sangat giat menghafal, Bahakan hafalannya kini telah mencapai 12 Juz.Zefran berjalan beriringan dengan Darwin yang selalu setia disisinya menuju ruangan nya. Hari ini entah mengapa Zefran tiba lebih cepat dari biasanya, bahkan para pekerjanya belum ada yang tiba kecuali Nadzira sendiri.Darwin melihat Nadzira yang sedang fokus membaca Alquran di tangannya tanpa menyadari kehadiran mereka berdua."Merdu sekali kedengarannya" Ucap Darwin membuat Nadzira tersentak melihat Zefran dan juga Darwin sudah berada di hadapann
Hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Zefran duduk di pinggir jendela kamarnya sambil menatap gelapnya malam di temani sebatang rokok dan juga minuman keras yang menjadi rutinitas nya setiap malam. Hari ini dia sendiri, begitu juga dengan kemarin. Sendiri adalah kehidupan Zefran yang sesungguhnya, setelah kedua orang tuanya memilih untuk bercerai.Kehidupan Zefran tidak seindah yang orang lain bayangkan. Keluarganya hancur berantakan disebabkan oleh Ibunya sendiri. Yang saat itu memilih pergi bersama lelaki kaya raya dibandingkan Ayahnya yang hanya memiliki usaha kecil-kecilan. Zefran di tinggal pergi sang Ayah satu tahun setelah kejadian itu berlangsung. Dimana sang Ayah yang sering sakit-sakitan akibat luka hati yang di torehkan oleh wanita yang amat dicintainya itu. Waktu yang cukup lama untuk Zefran lupakan, sering kali Zefran mencoba untuk melakukan nya. Namun bukannya lupa, ingatan itu justru semakin melekat dan menghantui nya setiap detiknya.Zefran menghela nafas berat.
Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Zefran. Baik itu Darwin maupun Nadzira tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat wajah Zefran yang menurut Nadzira sangat menakutkan saat itu."Apa kamu akan terus berdiri disitu" sindir Zefran yang sudah memasuki pelataran rumah mewah miliknya"Maaf pak" Nadzira menunduk dan mengikuti langkah Zefran yang saat ini sudah menjadi suami sah nya.Nadzira terkesima melihat rumah mewah milik Zefran yang menurut nya sangat besar dan juga luas itu. "Duduk, aku ingin menjelaskan sesuatu" ucap Zefran dengan raut wajah tidak sukanyaNadzira duduk tanpa berani menatap Zefran dari dekat. "Mulai hari ini, kamu akan bekerja di rumahku sebagai pembantu selama satu tahun. Dan setelah itu kita akan bercerai, jadi jangan terlalu berharap pada pernikahan ini. Karena aku menikahimu dengan sangat-sangat terpaksa demi menjaga nama baikku" ucap Zefran penuh penekananAir mata Nadzira lolos begitu saja, Dia sendiri tidak pernah berfikir
Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya."Nadzira!" Panggil seseorang dari belakangMerasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya."Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya ituGadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu