Share

Cinta yang Sirna Sebelum Fajar
Cinta yang Sirna Sebelum Fajar
Author: Hedgehog

Bab 1

Author: Hedgehog
"Apa kamu benar-benar sudah memutuskan? Donor organ bukanlah hal sepele, apalagi tubuhmu dalam keadaan sehat. Aku harap kamu mempertimbangkannya dengan matang, ini menyangkut nyawa seseorang."

Shasa Handoko terdiam sejenak, lalu dengan suara tegas dia berkata, "Saya sudah memikirkannya. Anda tentu tahu, sekali saya memutuskan sesuatu, sulit untuk mengubahnya."

Profesor di seberang telepon menghela napas panjang. "Baiklah, kalau itu memang keinginanmu... aku menghormatinya."

"Terima kasih, Profesor."

Shasa berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan pelan, "Kalau bisa, tolong rahasiakan hal ini."

"Tentu saja."

Setelah menutup telepon, Shasa terpaku menatap layar televisi yang menyiarkan berita.

[Menurut laporan, bulan lalu pewaris Grup Lexim, Arya Lexim, tiba-tiba jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Pihak Grup Lexim kemudian merilis pernyataan bahwa meski Arya sakit, kondisinya tidak memengaruhi aktivitas sehari-harinya. Baru-baru ini, dia kembali aktif di perusahaan.]

Di layar, Arya tampak berdiri di samping seorang wanita, yaitu sekretaris pribadinya sekaligus wanita yang disebut-sebut sebagai cinta sejatinya.

Dalam tayangan itu, Arya menatap wanita di sampingnya dengan penuh kasih. "Saat aku sakit, untungnya ada Shasha yang terus menemani di sisiku."

Seketika, publik terharu dengan kisah cinta mereka yang tetap kuat di tengah cobaan. Sementara Shasa, sang istri sah yang tidak melakukan apa pun, malah menjadi sasaran cercaan semua orang.

Bahkan para wartawan pun ikut berkomentar.

"Pak Arya adalah pria yang begitu baik, tapi Nyonya Shasa malah nggak menghargainya. Saat suaminya sakit, istrinya justru meninggalkannya. Untung ada Nona Shasha. Semoga mereka segera bercerai, Nona Shasha dan Pak Arya jelas pasangan yang ditakdirkan."

Lihat saja, bahkan media pun merasa Shasha dan Arya adalah pasangan yang serasi.

Shasa menatap layar dengan wajah getir. Dia mematikan televisi dan baru hendak duduk ketika Arya membuka pintu, tangannya menggenggam erat tangan wanita di sampingnya. Wajahnya dipenuhi kelembutan yang tidak pernah Arya tunjukkan pada istrinya.

"Kamu kenapa di sini?"

Melihat Shasa, Arya langsung cemberut.

"Kalau begitu, aku nggak akan masuk dulu. Kak Arya, jaga kesehatanmu baik-baik. Dia pasti akan merawatmu," kata Shasha lembut.

Arya tertawa dingin. "Dia? Merawatku? Sejak aku sakit, apa dia pernah melakukan sesuatu untukku? Saat aku terbaring di rumah sakit, satu panggilan pun nggak pernah dia lakukan."

"Mulai sekarang, ini rumahmu," ujarnya sambil menggandeng tangan Shasha masuk. Arya berjongkok sedikit dan memakaikan sandal rumah untuk Shasha dengan penuh kelembutan.

Shasa berdiri kaku di tempat, dia seperti orang asing di rumahnya sendiri. Padahal, dialah nyonya rumah yang sebenarnya.

Shasa memang pernah menjenguk Arya di rumah sakit.

Saat itu, dia melihat pria itu terbaring lemah di ranjang sambil menggenggam tangan Shasha erat-erat. Keduanya bersandar satu sama lain, tampak seperti pasangan suami istri yang setia dalam suka dan duka. Saat itu, tangan Shasa yang sempat terangkat akhirnya perlahan dia turunkan lagi.

Arya adalah penyelamat hidupnya. Dulu, Shasa sampai memohon pada keluarganya dan melakukan berbagai cara demi bisa menikah dengannya. Dia pikir, setelah bertahun-tahun menikah, hati Arya akan luluh.

Jika memang tidak bisa diluluhkan, lebih baik dilepaskan. Sebelum pergi, setidaknya biarkan Shasa melakukan satu hal terakhir untuk Arya.

"Shasha baru kembali ke kota ini, dia belum punya teman di sini. Biarkan dia tinggal di rumah ini dulu. Dia nggak suka makanan yang terlalu berminyak, dan juga nggak suka daun bawang. Saat memasak, ingat untuk hindari itu."

Nada suara Arya datar, seperti sedang memberi perintah pada pembantu rumah tangga.

"Kak Shasa, jangan khawatir. Aku hanya khawatir dengan kondisi Kak Arya, nggak ada maksud lain."

Shasha seolah khawatir Shasa akan menolak, lalu dia menambahkan dengan hati-hati, "Aku datang tanpa diundang, kamu nggak marah, 'kan?"

Tatapan Arya beralih pada Shasa penuh rasa muak.

Selama bertahun-tahun menikah, meskipun Shasa tahu suaminya tidak mencintainya, ini adalah pertama kalinya Shasa melihat tatapan penuh kebencian dari Arya.

Setelah lama terdiam, akhirnya Shasa berkata, "Tidak."

"Lakukan sesuka kalian."

Setelah itu, Shasa mengambil satu berkas dari meja dan menyerahkannya pada Arya. "Asistenmu datang pagi ini, ini berkas yang perlu kamu tanda tangani."

Mungkin karena kondisi tubuhnya yang tidak nyaman, Arya hanya melihatnya sekilas dan langsung menandatangani semuanya dengan ekspresi kesal.

"Ambil!"

Namun, ketika menoleh ke arah Shasha, raut wajah Arya seketika berubah lembut. "Shasha, ayo kita istirahat di atas."

"Kak Arya, biar aku bantu menuntunmu."

Shasha bersandar pada Arya, mereka berdua naik ke atas sambil saling menuntun.

Sementara itu, Shasa berdiri sendirian di ruang tamu, seperti boneka rusak yang telah dibuang. Dia menggenggam erat ujung roknya, giginya menggigit bibirnya hingga hampir berdarah.

Sampai sekarang, dia masih tidak berani memikirkan, selama pernikahan mereka, saat memanggil namanya, sebenarnya siapa yang dipikirkan Arya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 25

    Selama beberapa hari-hari ini, Riana memperhatikan setiap gerak-gerik Arya.Awalnya, dia juga sangat membenci pria itu, karena bagaimanapun juga Arya telah mengecewakan sahabatnya, Shasa.Namun seiring waktu berlalu, Riana mulai menyadari bahwa tatapan dan ekspresi Shasa setiap kali melihat Arya sudah tidak lagi seperti dulu, tidak lagi dipenuhi kebencian dan penolakan.Bahkan, kadang-kadang dia memergoki Shasa menatap Arya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.Sebagai sahabatnya, Riana tahu bahwa di hati Shasa, Arya masih menempati tempat yang istimewa.Daripada terus terjebak dalam kebimbangan, bukankah lebih baik jika dia berani mengambil langkah ke depan?Mendengar kata-kata Riana, hati Shasa yang semula dipenuhi keraguan dan ketakutan tiba-tiba menjadi tercerahkan.Benar juga, apa pun yang terjadi nanti, tidak akan lebih buruk dari sekarang.Jika dia masih mencintai pria di hadapannya, mengapa tidak mencoba sekali lagi? Mungkin kali ini Shasa bisa menemukan kebahagiaan yang bena

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 24

    "Aku tumbuh sebagai pewaris Keluarga Lexim, sejak kecil aku dikelilingi oleh tipu muslihat dan intrik orang dewasa.""Aku bisa menghadapi segala macam siasat dan permainan kotor, tapi yang nggak bisa kuterima adalah ketika orang terdekatku menipuku.""Namun lucunya, orang yang menipuku justru ada di sekelilingku sendiri. Aku nggak mampu melihat perasaanku dengan jelas, bahkan meremehkan perasaan Shasa padaku.""Semua yang terjadi sekarang adalah akibat dari perbuatanku sendiri, dan aku menerimanya.""Kalau begitu, kamu seharusnya juga bisa melepaskannya," ujar Erza.Arya menghela napas dan tersenyum pahit. "Kalau benar-benar mencintai seseorang, bagaimana mungkin bisa melepaskannya? Terlebih aku baru menyadari ketika semuanya sudah terlambat, tanpa kusadari, aku sudah lama mencintai Shasa.""Aku nggak bisa melepaskannya."Tiba-tiba, pintu apartemen Shasa terbuka.Arya menoleh dan melihat Shasa keluar dengan mengenakan sweter longgar yang santai, rambutnya digulung seadanya.Jantungnya

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 23

    Shasa mendengarkan ucapan Arya yang penuh keyakinan, tetapi hatinya terasa aneh, seolah semua ini tidak nyata.Tidak, perasaan itu sudah muncul sejak pertama kali Arya muncul di depan toko hiasan rambut bunganya.Sekarang, ketika melihat pria itu berbicara seperti ini, rasa tidak percayanya mencapai puncak.Shasa bahkan sempat meragukan, apakah orang yang berdiri di hadapannya ini benar-benar Arya.Arya tampak sudah membulatkan tekadnya. "Tentu saja, aku tahu kamu sekarang sangat membenciku.""Nggak apa-apa." Dia menatap Shasa dengan serius. "Nggak peduli kamu mencintaiku atau nggak, yang penting aku mencintaimu.""Masa lalu kita memang nggak indah, tapi nggak masalah. Kita bisa menciptakan kenangan indah yang baru."Erza mendengus pelan. "Kamu nggak merasa omonganmu itu terlalu sepihak?"Tidak disangka, Arya justru mengangguk. "Benar, aku memang terlalu sepihak. Tapi demi bisa mendapatkanmu kembali, aku bersedia melakukan semua hal yang dulu nggak pernah kulakukan.""Shasa." Arya berk

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 22

    Arya menatap Shasa dengan perasaan hancur. Sebelum datang, dia sudah menyiapkan diri secara mental dan merasa bisa menerima perkataan apa pun dari Shasa.Namun, kenyataannya tidak demikian.Saat Shasa dengan wajah datar berkata bahwa dirinya tidak ingin tahu dan tidak peduli, Arya merasa seolah jantungnya ditusuk pisau tajam.Perihnya begitu nyata.Dia ingin bicara, tetapi mengurungkannya.Sementara itu, Erza yang mendengar ucapan Shasa dan melihat ekspresi Arya yang tidak percaya, tidak kuasa menahan nada sinis di suaranya. "Etika seorang pria itu penting. Shasa bahkan sudah nggak peduli soal urusanmu dengan wanita lain, jadi buat apa kamu masih mengatakan semua ini?"Shasa mengangguk, menyetujui ucapan Erza, lalu menambahkan dengan tenang, "Selain itu, hal-hal yang dulu kulakukan untukmu, itu karena aku sendiri yang ingin melakukannya. Kamu nggak perlu merasa terbebani, juga nggak perlu berterima kasih."Shasa memang tidak pernah mengharapkan rasa terima kasih darinya. Semua itu hany

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 21

    Shasa tanpa sadar menjerit pelan.Darah merembes dari sudut bibir Arya, tetapi dia tetap menggenggam erat lengan Shasa dan tidak mau melepaskan.Arya takut, jika dia melonggarkan genggamannya, Shasa akan kembali menghilang tanpa jejak."Lepaskan aku!" Shasa mengkerutkan dahi. "ARYA!"Namun, bukannya melepas, Arya justru terseyum.Erza yang melihat itu tidak tahan lagi. Dia tidak bisa membiarkan wanita yang dia sukai digenggam begitu kasar oleh pria bernama Arya itu.Erza mengepalkan tinjunya. "Kamu cari masalah, ya? Kamu nggak tahu sopan santun, ya? Sudah kubilang, lepaskan!""Nggak. Aku nggak akan melepaskannya."Arya menatap Shasa lekat-lekat. "Aku sudah pernah melepaskanmu sekali. Kali ini, aku nggak akan melakukannya lagi."Shasa merasakan sedikit getir di hatinya.Seandainya, kata-kata itu diucapkan Arya sebelum dia pergi.Mungkin Shasa akan luluh.Namun, setelah setengah tahun berlalu, hatinya sudah berubah.Saat kembali bertemu dengan Arya, Shasa melihat di mata pria itu sudah t

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 20

    Shasa sedang fokus membuat hiasan rambut bunga untuk pelanggan, sehingga dia tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Riana.Erza yang melihat Riana menatap ke arah luar toko, ikut menoleh dengan bingung.Di depan pintu toko berdiri seorang pria berambut hitam yang mengenakan mantel panjang. Dia menatap ke arah dalam toko dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara sedih dan bahagia.Erza mengikuti arah pandang pria itu, dan segera menyadari bahwa yang sedang diperhatikan adalah Shasa.Dalam sekejap, hatinya merasa waswas.Pria itu melangkah perlahan masuk ke dalam toko. Riana segera maju dan menghadangnya. "Ngapain kamu datang ke sini?"Nada kesal Riana menarik perhatian Shasa.Begitu dia melihat pria itu, tubuhnya langsung menegang.Pria itu tidak lain adalah Arya, orang yang telah berusaha mencari Shasa dengan susah payah selama setengah tahun."Shasa." Arya menatap Shasa tanpa tahu harus berkata apa."Pak, apa kamu ingin membeli hiasan rambut bunga?"Sebuah sosok tinggi tiba-ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status