Share

Bab 2

Author: Hedgehog
Arya menggandeng tangan Shasha dan langsung naik ke lantai atas. Baru melangkah beberapa anak tangga, dia tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah Shasa.

"Oh iya, kapan kita akan bercerai?"

Setelah mengatakannya, tanpa menunggu jawaban Shasa, Arya sudah kembali menatap Shasha dan menuntunnya naik dengan lembut.

Shasa menatap tumpukan berkas yang baru saja ditandatangani Arya. Sudut matanya memerah, bibirnya bergerak pelan tanpa suara, seolah berbisik pada dirinya sendiri, "Sebentar lagi."

Dia tahu Arya tidak mencintainya. Pernikahan mereka dulu hanyalah hasil dari keadaan yang memaksa.

Namun, saat ini Shasa belum bisa bercerai. Ada sesuatu yang hanya bisa dia lakukan selama masih menyandang status sebagai istri Arya.

Begitu semuanya selesai, dia akan mengembalikan tubuh yang sehat untuk Arya, sekaligus turut merelakan cintanya.

Sesuai janji dengan Profesor, Shasa pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.

"Masih berapa lama waktu yang saya punya untuk bersiap?"

Profesor menatapnya. "Sepuluh hari."

Shasa tertegun.

Sepuluh hari?

Lebih cepat dari yang dia bayangkan.

"Dilihat dari kondisi tubuh Arya saat ini, kemungkinan dalam sepuluh hari lagi hasil pemeriksaannya sudah cukup untuk melakukan operasi."

"Baik, saya mengerti."

Dengan beban pikiran yang berat, Shasa menekan tombol lift untuk turun. Begitu pintu terbuka, pandangannya langsung menangkap sosok Arya dan Shasha.

Keduanya tampak sedang bercakap sambil tersenyum, tetapi senyum di wajah Arya langsung lenyap begitu melihat Shasa.

"Kamu ngapain di sini?" tanyanya.

Shasa gugup dan berusaha menutupi kegelisahannya. "Aku cuman ingin menemui Profesor."

Arya tahu Shasa juga mengenal Profesor. Suaranya terdengar tidak sabar. "Kamu malah lebih rajin datang daripada aku, ya."

"Lalu kamu sendiri?" Shasa tanpa sadar membalas, tapi langsung menyesal setelah kata-kata itu terucap.

Wajah Arya yang pucat tetap terlihat menawan. Bibirnya yang berwarna pucat sudah cukup menunjukkan bahwa dia datang untuk berobat.

Arya tertawa dingin dan tidak menjawab. Tatapan matanya dipenuhi ejekan, seolah menertawakan pertanyaan bodoh Shasa.

Dalam sorotan mata itu, Shasa hanya bisa menunduk dan menggigit bibirnya, dia tidak tahu harus berkata apa.

Suasana pun seketika terasa canggung.

Shasha mendadak tertawa dan berusaha mencairkan suasana. "Kak Shasa, jangan tersinggung ya. Kak Arya memang begitu orangnya, nggak suka banyak bicara."

Shasa tersenyum tipis.

Arya bukan tidak suka bicara, tetapi dia hanya tidak suka berbicara dengan Shasa.

Shasa memandangi Shasha yang merangkul lengan Arya dengan mesra. Ada sebersit iri yang menyelinap di dadanya.

Dulu, dia pun pernah membayangkan bisa seperti itu.

Sayangnya, semua itu hanya khayalan.

Seorang pengganti... pada akhirnya, tetaplah hanya seorang pengganti.

"Oh iya, Kak Shasa! Aku mau kasih tahu kabar baik!"

"Shasha."

Arya memotongnya dengan dahi berkerut, "Nggak perlu diberitahukan ke semua orang."

Shasha merengek manja sambil menggoyangkan lengannya. "Tapi ini kabar bahagia. Aku terlalu senang, sampai ingin memberitahukan ke seluruh dunia!"

Arya hanya bisa tersenyum sambil menggeleng, memperlihatkan ekspresi pasrah yang lembut, seolah sama sekali tidak bisa menolaknya.

"Hei, apa kamu nggak penasaran apa kabar baiknya?" tanya Shasha ke Shasa.

Shasa sebenarnya sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Shasha.

Kalau bisa, dia lebih memilih tidak mendengarnya sama sekali.

Namun, tatapan tajam Arya kembali menusuknya, tatapan yang seakan memaksa agar dia menanggapi.

Shasa pun bertanya dengan senyum kaku, "Kabar baik apa?"

Shasha langsung berseri-seri. "Ada orang yang mendonorkan ginjalnya khusus untuk Kak Arya, jadi aku ikut menemaninya ke sini untuk melihat apakah hasil kecocokannya sesuai."

Ketika Shasha berbicara, Arya dengan lembut menyelipkan rambut yang jatuh di dahi Shasha ke belakang telinga.

Gerakannya begitu hati-hati seolah Shasha adalah harta paling berharga di dunia.

Tanpa sadar, Shasa tertegun dan memandangi Arya.

"Eh? Apa kamu nggak senang?"

Shasha memiringkan kepala dengan wajah heran. "Kok kelihatannya kamu nggak begitu senang?"

Shasa tersadar dan memaksakan senyum. "Senang, kok! Itu benar-benar kabar yang bagus."

Arya menatapnya dengan wajah dingin. "Bagaimana mungkin dia senang? Dia pasti malah berharap uji kecocokannya gagal."

"Perempuan yang bahkan nggak datang menjenguk suaminya saat sakit, kamu masih berharap dia punya hati?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 25

    Selama beberapa hari-hari ini, Riana memperhatikan setiap gerak-gerik Arya.Awalnya, dia juga sangat membenci pria itu, karena bagaimanapun juga Arya telah mengecewakan sahabatnya, Shasa.Namun seiring waktu berlalu, Riana mulai menyadari bahwa tatapan dan ekspresi Shasa setiap kali melihat Arya sudah tidak lagi seperti dulu, tidak lagi dipenuhi kebencian dan penolakan.Bahkan, kadang-kadang dia memergoki Shasa menatap Arya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.Sebagai sahabatnya, Riana tahu bahwa di hati Shasa, Arya masih menempati tempat yang istimewa.Daripada terus terjebak dalam kebimbangan, bukankah lebih baik jika dia berani mengambil langkah ke depan?Mendengar kata-kata Riana, hati Shasa yang semula dipenuhi keraguan dan ketakutan tiba-tiba menjadi tercerahkan.Benar juga, apa pun yang terjadi nanti, tidak akan lebih buruk dari sekarang.Jika dia masih mencintai pria di hadapannya, mengapa tidak mencoba sekali lagi? Mungkin kali ini Shasa bisa menemukan kebahagiaan yang bena

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 24

    "Aku tumbuh sebagai pewaris Keluarga Lexim, sejak kecil aku dikelilingi oleh tipu muslihat dan intrik orang dewasa.""Aku bisa menghadapi segala macam siasat dan permainan kotor, tapi yang nggak bisa kuterima adalah ketika orang terdekatku menipuku.""Namun lucunya, orang yang menipuku justru ada di sekelilingku sendiri. Aku nggak mampu melihat perasaanku dengan jelas, bahkan meremehkan perasaan Shasa padaku.""Semua yang terjadi sekarang adalah akibat dari perbuatanku sendiri, dan aku menerimanya.""Kalau begitu, kamu seharusnya juga bisa melepaskannya," ujar Erza.Arya menghela napas dan tersenyum pahit. "Kalau benar-benar mencintai seseorang, bagaimana mungkin bisa melepaskannya? Terlebih aku baru menyadari ketika semuanya sudah terlambat, tanpa kusadari, aku sudah lama mencintai Shasa.""Aku nggak bisa melepaskannya."Tiba-tiba, pintu apartemen Shasa terbuka.Arya menoleh dan melihat Shasa keluar dengan mengenakan sweter longgar yang santai, rambutnya digulung seadanya.Jantungnya

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 23

    Shasa mendengarkan ucapan Arya yang penuh keyakinan, tetapi hatinya terasa aneh, seolah semua ini tidak nyata.Tidak, perasaan itu sudah muncul sejak pertama kali Arya muncul di depan toko hiasan rambut bunganya.Sekarang, ketika melihat pria itu berbicara seperti ini, rasa tidak percayanya mencapai puncak.Shasa bahkan sempat meragukan, apakah orang yang berdiri di hadapannya ini benar-benar Arya.Arya tampak sudah membulatkan tekadnya. "Tentu saja, aku tahu kamu sekarang sangat membenciku.""Nggak apa-apa." Dia menatap Shasa dengan serius. "Nggak peduli kamu mencintaiku atau nggak, yang penting aku mencintaimu.""Masa lalu kita memang nggak indah, tapi nggak masalah. Kita bisa menciptakan kenangan indah yang baru."Erza mendengus pelan. "Kamu nggak merasa omonganmu itu terlalu sepihak?"Tidak disangka, Arya justru mengangguk. "Benar, aku memang terlalu sepihak. Tapi demi bisa mendapatkanmu kembali, aku bersedia melakukan semua hal yang dulu nggak pernah kulakukan.""Shasa." Arya berk

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 22

    Arya menatap Shasa dengan perasaan hancur. Sebelum datang, dia sudah menyiapkan diri secara mental dan merasa bisa menerima perkataan apa pun dari Shasa.Namun, kenyataannya tidak demikian.Saat Shasa dengan wajah datar berkata bahwa dirinya tidak ingin tahu dan tidak peduli, Arya merasa seolah jantungnya ditusuk pisau tajam.Perihnya begitu nyata.Dia ingin bicara, tetapi mengurungkannya.Sementara itu, Erza yang mendengar ucapan Shasa dan melihat ekspresi Arya yang tidak percaya, tidak kuasa menahan nada sinis di suaranya. "Etika seorang pria itu penting. Shasa bahkan sudah nggak peduli soal urusanmu dengan wanita lain, jadi buat apa kamu masih mengatakan semua ini?"Shasa mengangguk, menyetujui ucapan Erza, lalu menambahkan dengan tenang, "Selain itu, hal-hal yang dulu kulakukan untukmu, itu karena aku sendiri yang ingin melakukannya. Kamu nggak perlu merasa terbebani, juga nggak perlu berterima kasih."Shasa memang tidak pernah mengharapkan rasa terima kasih darinya. Semua itu hany

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 21

    Shasa tanpa sadar menjerit pelan.Darah merembes dari sudut bibir Arya, tetapi dia tetap menggenggam erat lengan Shasa dan tidak mau melepaskan.Arya takut, jika dia melonggarkan genggamannya, Shasa akan kembali menghilang tanpa jejak."Lepaskan aku!" Shasa mengkerutkan dahi. "ARYA!"Namun, bukannya melepas, Arya justru terseyum.Erza yang melihat itu tidak tahan lagi. Dia tidak bisa membiarkan wanita yang dia sukai digenggam begitu kasar oleh pria bernama Arya itu.Erza mengepalkan tinjunya. "Kamu cari masalah, ya? Kamu nggak tahu sopan santun, ya? Sudah kubilang, lepaskan!""Nggak. Aku nggak akan melepaskannya."Arya menatap Shasa lekat-lekat. "Aku sudah pernah melepaskanmu sekali. Kali ini, aku nggak akan melakukannya lagi."Shasa merasakan sedikit getir di hatinya.Seandainya, kata-kata itu diucapkan Arya sebelum dia pergi.Mungkin Shasa akan luluh.Namun, setelah setengah tahun berlalu, hatinya sudah berubah.Saat kembali bertemu dengan Arya, Shasa melihat di mata pria itu sudah t

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 20

    Shasa sedang fokus membuat hiasan rambut bunga untuk pelanggan, sehingga dia tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Riana.Erza yang melihat Riana menatap ke arah luar toko, ikut menoleh dengan bingung.Di depan pintu toko berdiri seorang pria berambut hitam yang mengenakan mantel panjang. Dia menatap ke arah dalam toko dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara sedih dan bahagia.Erza mengikuti arah pandang pria itu, dan segera menyadari bahwa yang sedang diperhatikan adalah Shasa.Dalam sekejap, hatinya merasa waswas.Pria itu melangkah perlahan masuk ke dalam toko. Riana segera maju dan menghadangnya. "Ngapain kamu datang ke sini?"Nada kesal Riana menarik perhatian Shasa.Begitu dia melihat pria itu, tubuhnya langsung menegang.Pria itu tidak lain adalah Arya, orang yang telah berusaha mencari Shasa dengan susah payah selama setengah tahun."Shasa." Arya menatap Shasa tanpa tahu harus berkata apa."Pak, apa kamu ingin membeli hiasan rambut bunga?"Sebuah sosok tinggi tiba-ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status