Share

Bab 6

Author: Hedgehog
Ucapan itu membuat sorot mata Arya berubah garang. Dia mengangkat tangan Shasa dan mencengkeram dagunya.

"Nggak mau tanda tangan? Shasa, jangan kira kamu masih bisa pakai cara-cara licik seperti dulu."

"Aku nggak akan membiarkanmu menghancurkan hidupku lagi."

Hati Shasa bergetar, matanya memandang Arya dengan getir. "Jadi, menikah denganku adalah kehancuran dalam hidupmu?"

"Ya. Kamu menghancurkan hidupku. Karena dirimu, aku dan Shasha terpisah selama bertahun-tahun."

Shasa menatapnya lama, lalu perlahan menampilkan senyum tipis.

Dulu, ketika dia menikah dengan Arya, Shasa bukan hanya ingin membalas budi atas pertolongan hidupnya, tetapi juga ingin memberinya kebahagiaan untuk Arya.

'Arya, kalau saja kamu bersabar beberapa hari lagi, semua ini tidak perlu menjadi rumit. Apa yang kamu inginkan sebenarnya sudah akan kamu dapatkan...'

Arya merasakan dinginnya kulit Shasa di bawah genggamannya. Tatapan mata wanita itu berkilau lembut dengan cahaya yang tidak bisa dia pahami.

Arya pun makin marah.

"Kak Arya, kamu di mana?"

Suara Shasha terdengar dari luar.

Arya melepaskan cengkeramannya. "Oke. Kalau kamu nggak mau tanda tangan, aku akan membuatmu menandatanganinya."

Setelah mengatakannya, Arya melangkah pergi meninggalkan kamar sementara Shasa.

Shasa jatuh terduduk di lantai, senyum pahit muncul di sudut bibirnya.

Dia berusaha menenangkan diri, lalu lanjut membereskan barang-barangnya.

Begitulah, di tengah kesibukannya, hari operasi Arya akhirnya tiba.

Hari itu juga adalah hari di mana Shasa akan mendonorkan ginjalnya.

Pagi-pagi sekali, setelah membersihkan diri, Shasa turun ke bawah dan melihat Shasha sedang merapikan kerah pakaian Arya.

Langkahnya terhenti di tangga.

Shasha tampak seperti seorang istri yang sibuk, dia menata kerah Arya sambil berkata lembut, "Kamu benaran nggak mau memanggil Kak Shasa?"

"Nggak perlu," jawab Arya dengan nada dingin.

Shasha bergumam pelan, "Tapi bagaimanapun juga, dia masih istrimu sekarang. Ini operasi besar, seharusnya..."

Tangan besar Arya menutup mulut Shasha dengan lembut. Dia menatap ke lantai dua. "Dia sebentar lagi bukan istriku."

"Kami akan segera bercerai."

Tatapan Shasa bertemu dengan pandangan Arya. Dia tidak bisa menahan diri untuk menggenggam erat pegangan tangga.

Ternyata, Arya sudah tahu bahwa dirinya berdiri di sana.

Shasa menarik napas dalam-dalam, lalu lanjut turun ke bawah dengan perlahan.

"Pagi, Kak Shasa. Kak Arya hari ini akan menjalani operasi transplantasi ginjal. Kamu ikut?" ujar Shasha.

"Nggak," jawab Shasa datar.

Wajah Arya langsung tampak tidak senang.

Shasha menghela napas. "Oke, kalau begitu aku saja yang menemaninya."

Shasa mengangguk sopan dan melangkah melewati mereka, dia berniat ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.

Tiba-tiba, suara berat Arya memanggilnya. "Shasa."

Langkah Shasa sedikit terhenti, tapi dia tidak langsung menoleh.

Arya menatap punggungnya, lalu bertanya dengan tegas, "Sebelum aku masuk rumah sakit, adakah sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?"

Shasa perlahan berbalik.

Mata Arya sempat memancarkan sedikit cahaya harapan.

Kemudian, dia mendengar Shasa berkata, "Nggak ada."

"Setelah kamu selesai operasi, aku punya hadiah untukmu."

Arya yang sedang berjalan keluar dengan bantuan Shasha, menanggapinya dengan tawa sinis. "Kuharap hadiahnya adalah surat perjanjian perceraian."

Di belakang mereka, Shasa tersenyum getir. Dia menunduk dan mengambil selembar dokumen dari dalam tas, lalu meletakkannya di atas meja ruang tamu. Beberapa huruf besar tercetak jelas di atasnya, [Surat Perjanjian Perceraian].

Di bawahnya, ada sepucuk surat berisi hadiah terakhir yang ingin dia tinggalkan untuk Arya.

Setelah semuanya tertata, Shasa mengenakan masker dan keluar rumah untuk naik taksi menuju rumah sakit.

Profesor sudah mengatur semuanya, memastikan agar mereka tidak saling bertemu. Arya juga tidak akan pernah tahu bahwa pendonor ginjal itu adalah dirinya.

Biarlah ini menjadi hal terakhir yang bisa Shasa lakukan untuk Arya.

Saat obat bius disuntikkan ke dalam tubuhnya, Shasa menoleh sekilas ke arah Arya. Arya berbaring di meja operasi dengan mata terpejam, wajahnya pucat dan kurus, sosoknya begitu berbeda dari yang tersimpan dalam ingatan Shasa.

Dalam kesadaran yang mulai memudar, hanya satu kalimat yang terngiang di benaknya, 'Arya, kukembalikan tubuh yang sehat untukmu. Mulai sekarang, kita tidak saling berutang lagi.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 25

    Selama beberapa hari-hari ini, Riana memperhatikan setiap gerak-gerik Arya.Awalnya, dia juga sangat membenci pria itu, karena bagaimanapun juga Arya telah mengecewakan sahabatnya, Shasa.Namun seiring waktu berlalu, Riana mulai menyadari bahwa tatapan dan ekspresi Shasa setiap kali melihat Arya sudah tidak lagi seperti dulu, tidak lagi dipenuhi kebencian dan penolakan.Bahkan, kadang-kadang dia memergoki Shasa menatap Arya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.Sebagai sahabatnya, Riana tahu bahwa di hati Shasa, Arya masih menempati tempat yang istimewa.Daripada terus terjebak dalam kebimbangan, bukankah lebih baik jika dia berani mengambil langkah ke depan?Mendengar kata-kata Riana, hati Shasa yang semula dipenuhi keraguan dan ketakutan tiba-tiba menjadi tercerahkan.Benar juga, apa pun yang terjadi nanti, tidak akan lebih buruk dari sekarang.Jika dia masih mencintai pria di hadapannya, mengapa tidak mencoba sekali lagi? Mungkin kali ini Shasa bisa menemukan kebahagiaan yang bena

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 24

    "Aku tumbuh sebagai pewaris Keluarga Lexim, sejak kecil aku dikelilingi oleh tipu muslihat dan intrik orang dewasa.""Aku bisa menghadapi segala macam siasat dan permainan kotor, tapi yang nggak bisa kuterima adalah ketika orang terdekatku menipuku.""Namun lucunya, orang yang menipuku justru ada di sekelilingku sendiri. Aku nggak mampu melihat perasaanku dengan jelas, bahkan meremehkan perasaan Shasa padaku.""Semua yang terjadi sekarang adalah akibat dari perbuatanku sendiri, dan aku menerimanya.""Kalau begitu, kamu seharusnya juga bisa melepaskannya," ujar Erza.Arya menghela napas dan tersenyum pahit. "Kalau benar-benar mencintai seseorang, bagaimana mungkin bisa melepaskannya? Terlebih aku baru menyadari ketika semuanya sudah terlambat, tanpa kusadari, aku sudah lama mencintai Shasa.""Aku nggak bisa melepaskannya."Tiba-tiba, pintu apartemen Shasa terbuka.Arya menoleh dan melihat Shasa keluar dengan mengenakan sweter longgar yang santai, rambutnya digulung seadanya.Jantungnya

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 23

    Shasa mendengarkan ucapan Arya yang penuh keyakinan, tetapi hatinya terasa aneh, seolah semua ini tidak nyata.Tidak, perasaan itu sudah muncul sejak pertama kali Arya muncul di depan toko hiasan rambut bunganya.Sekarang, ketika melihat pria itu berbicara seperti ini, rasa tidak percayanya mencapai puncak.Shasa bahkan sempat meragukan, apakah orang yang berdiri di hadapannya ini benar-benar Arya.Arya tampak sudah membulatkan tekadnya. "Tentu saja, aku tahu kamu sekarang sangat membenciku.""Nggak apa-apa." Dia menatap Shasa dengan serius. "Nggak peduli kamu mencintaiku atau nggak, yang penting aku mencintaimu.""Masa lalu kita memang nggak indah, tapi nggak masalah. Kita bisa menciptakan kenangan indah yang baru."Erza mendengus pelan. "Kamu nggak merasa omonganmu itu terlalu sepihak?"Tidak disangka, Arya justru mengangguk. "Benar, aku memang terlalu sepihak. Tapi demi bisa mendapatkanmu kembali, aku bersedia melakukan semua hal yang dulu nggak pernah kulakukan.""Shasa." Arya berk

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 22

    Arya menatap Shasa dengan perasaan hancur. Sebelum datang, dia sudah menyiapkan diri secara mental dan merasa bisa menerima perkataan apa pun dari Shasa.Namun, kenyataannya tidak demikian.Saat Shasa dengan wajah datar berkata bahwa dirinya tidak ingin tahu dan tidak peduli, Arya merasa seolah jantungnya ditusuk pisau tajam.Perihnya begitu nyata.Dia ingin bicara, tetapi mengurungkannya.Sementara itu, Erza yang mendengar ucapan Shasa dan melihat ekspresi Arya yang tidak percaya, tidak kuasa menahan nada sinis di suaranya. "Etika seorang pria itu penting. Shasa bahkan sudah nggak peduli soal urusanmu dengan wanita lain, jadi buat apa kamu masih mengatakan semua ini?"Shasa mengangguk, menyetujui ucapan Erza, lalu menambahkan dengan tenang, "Selain itu, hal-hal yang dulu kulakukan untukmu, itu karena aku sendiri yang ingin melakukannya. Kamu nggak perlu merasa terbebani, juga nggak perlu berterima kasih."Shasa memang tidak pernah mengharapkan rasa terima kasih darinya. Semua itu hany

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 21

    Shasa tanpa sadar menjerit pelan.Darah merembes dari sudut bibir Arya, tetapi dia tetap menggenggam erat lengan Shasa dan tidak mau melepaskan.Arya takut, jika dia melonggarkan genggamannya, Shasa akan kembali menghilang tanpa jejak."Lepaskan aku!" Shasa mengkerutkan dahi. "ARYA!"Namun, bukannya melepas, Arya justru terseyum.Erza yang melihat itu tidak tahan lagi. Dia tidak bisa membiarkan wanita yang dia sukai digenggam begitu kasar oleh pria bernama Arya itu.Erza mengepalkan tinjunya. "Kamu cari masalah, ya? Kamu nggak tahu sopan santun, ya? Sudah kubilang, lepaskan!""Nggak. Aku nggak akan melepaskannya."Arya menatap Shasa lekat-lekat. "Aku sudah pernah melepaskanmu sekali. Kali ini, aku nggak akan melakukannya lagi."Shasa merasakan sedikit getir di hatinya.Seandainya, kata-kata itu diucapkan Arya sebelum dia pergi.Mungkin Shasa akan luluh.Namun, setelah setengah tahun berlalu, hatinya sudah berubah.Saat kembali bertemu dengan Arya, Shasa melihat di mata pria itu sudah t

  • Cinta yang Sirna Sebelum Fajar   Bab 20

    Shasa sedang fokus membuat hiasan rambut bunga untuk pelanggan, sehingga dia tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Riana.Erza yang melihat Riana menatap ke arah luar toko, ikut menoleh dengan bingung.Di depan pintu toko berdiri seorang pria berambut hitam yang mengenakan mantel panjang. Dia menatap ke arah dalam toko dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara sedih dan bahagia.Erza mengikuti arah pandang pria itu, dan segera menyadari bahwa yang sedang diperhatikan adalah Shasa.Dalam sekejap, hatinya merasa waswas.Pria itu melangkah perlahan masuk ke dalam toko. Riana segera maju dan menghadangnya. "Ngapain kamu datang ke sini?"Nada kesal Riana menarik perhatian Shasa.Begitu dia melihat pria itu, tubuhnya langsung menegang.Pria itu tidak lain adalah Arya, orang yang telah berusaha mencari Shasa dengan susah payah selama setengah tahun."Shasa." Arya menatap Shasa tanpa tahu harus berkata apa."Pak, apa kamu ingin membeli hiasan rambut bunga?"Sebuah sosok tinggi tiba-ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status