Share

Bab 6

Penulis: Meteorit
Kucing kecil yang tadinya berbaring di atas karpet sambil menjilati bulunya, segera berlari menghampiri Jasmine saat melihatnya pulang. Kucing itu menggesekkan tubuhnya dengan manja.

Hati Jasmine melembut. Dia tiba-tiba teringat saat Kaeso masih belajar berjalan. Setiap kali dia pulang, Kaeso akan merangkak sambil berjalan tergesa-gesa ke arahnya, lalu berceloteh minta digendong.

Saat Kaeso lebih besar dan mulai memahami situasi, dia akan bertanya apakah Jasmine terluka. Dia juga akan berkata kepada orang lain dengan bangga, "Ibuku bisa menangkap penjahat, dia pahlawan hebat!"

Namun, sekarang?

Jasmine menggeleng, mengenyahkan kenangan itu. Dia membungkuk, mengangkat si kucing kecil, dan bergumam, "Sayangnya aku harus pergi. Di rumah ini nggak ada yang menyukaimu. Aku harus segera mencarikanmu keluarga yang mau mengadopsimu."

Dengan pikiran itu, Jasmine langsung keluar rumah sambil menggendong kucing. Dia mengunjungi semua toko hewan di sekitar, tetapi semuanya menolak untuk menerima kucing tersebut.

"Kami adalah toko komersial, nggak menerima hewan titipan. Mungkin kamu bisa menghubungi organisasi penampungan hewan," kata salah satu pemilik toko.

Tiba-tiba, Jasmine teringat bahwa Junaidi dari bagian logistik di Biro Keamanan memelihara kucing. Setelah menghubunginya, Jasmine mengantar kucing itu ke rumahnya.

Begitu keluar dari rumah Junaidi, Jasmine menerima telepon dari Zayn. "Hari ini ulang tahun ke-70 Pak Bahran. Kamu ada waktu?"

Bahran adalah mantan atasan dan guru Zayn, yang hampir menyaksikan seluruh perjalanan karier Zayn di bidang medis. Dia juga menjadi saksi pernikahan Jasmine dan Zayn. Karena Bahran yang berulang tahun, Jasmine tentu tidak bisa menolak.

Pesta ulang tahun itu diadakan dengan sangat meriah. Saat Jasmine tiba, Zayn, Kaeso, dan Jaslyn sudah menunggunya di pintu. Mereka bertiga mengenakan pakaian dengan warna senada, tampak seperti keluarga bahagia. Sebaliknya, Jasmine justru terlihat seperti orang luar.

Setelah Bahran memberikan pidato singkat, jamuan makan dimulai. Semua orang mulai menikmati hidangan.

Hanya Zayn yang tampak tidak banyak makan. Dia sibuk melayani Jaslyn. Mengambilkan makanan, memisahkan duri ikan, mengupas udang ....

Bahkan Kaeso pun ikut membantu. Anak itu menuangkan minuman dan mengambilkan tisu untuk Jaslyn.

Seorang gadis muda yang duduk di seberang meja berkata dengan kagum, "Kak Zayn dan putranya sangat perhatian pada istrinya! Semoga aku bisa menemukan pasangan seperti itu."

Suasana menjadi canggung.

Orang yang duduk di sebelah gadis itu segera berkata, "Yang di sebelah kanan Zayn itu baru istrinya. Jasmine, ini junior kami, Yuna. Dia baru dua bulan di sini, belum mengenalmu. Jangan dimasukkan ke hati ya."

"Nggak apa-apa, bukan masalah besar," balas Jasmine.

Mendengar suara Jasmine yang tenang, tangan Zayn yang sedang mengupas udang terhenti. Dia merasa marah. Bagaimana bisa Jasmine tidak keberatan saat orang lain salah mengira Jaslyn adalah istrinya?

Zayn menoleh, bertemu dengan tatapan dingin Jasmine. Tatapan itu seperti es. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Jasmine sudah lebih dulu mengalihkan pandangan, seolah-olah semua itu hanya ilusi.

Udang yang tadinya akan diberikan kepada Jaslyn, malah diletakkan Zayn di piring Jasmine. Jasmine suka makan udang, tetapi malas mengupasnya. Setiap kali Zayn mengupaskan udang untuknya, Jasmine akan tersenyum bahagia dan memakannya dengan lahap.

Mengingat hal itu, Zayn menatap Jasmine dengan harapan. Namun, Jasmine hanya mengucapkan terima kasih, lalu memindahkan udang itu ke piring lain.

Zayn hendak berbicara, tetapi Jaslyn sudah lebih dulu meletakkan garpu dan berucap, "Aku adalah adik Jasmine, Jaslyn. Aku dan Kak Zayn juga satu keluarga."

Setelah pernyataan itu, suasana menjadi semakin hening. Semua orang menatap Zayn dan Jaslyn dengan pandangan penuh celaan.

"Cuma adik iparnya? Kalian begitu dekat, aku kira ...." Sebelum Yuna selesai berbicara, mulutnya sudah disumpal dengan paha ayam.

Orang lainnya segera mengangkat gelas. "Ayo, mari kita bersulang."

Dengan minuman, suasana kembali meriah. Bahkan Zayn yang biasanya tidak minum pun ikut menenggak beberapa gelas dan Jasmine pun tidak bisa menolak untuk minum segelas.

Karena mereka berdua minum dan Jaslyn tidak bisa menyetir, kebetulan ada kenalan yang membawa mobil sendiri, jadi mereka memutuskan untuk pulang bersama.

Jasmine duduk di kursi depan dengan pengertian, memberikan ruang belakang untuk Zayn, Kaeso, dan Jaslyn.

Meskipun Zayn merasa pusing karena alkohol, dia bisa merasakan ada yang tidak beres. Dia merasa Jasmine sengaja menjauh darinya.

Dia hendak berbicara, tetapi tiba-tiba terdengar suara benturan keras, diikuti dengan mobil yang terguling. Dunia terasa berputar. Zayn hanya sempat melindungi Kaeso yang duduk di tengah.

Entah berapa lama kemudian, rasa sakit di lengannya membuat Jasmine membuka mata. Dia mendapati dirinya terjepit di dalam mobil yang rusak parah. Jaslyn yang duduk di sisi yang sama juga terjepit.

Zayn berusaha keras mengangkat mobil, tetapi sia-sia. Kaeso duduk di samping Jaslyn, menangis dan memanggilnya. Casey yang merupakan perawat sekaligus pemilik mobil juga berusaha membantu.

Melihat Jasmine sadar, Zayn berteriak, "Jasmine, jangan panik. Bantuan akan segera datang."

Zayn tidak salah. Bantuan datang dengan cepat, diikuti oleh ambulans. Dengan alat profesional, mobil segera dibongkar. Jasmine dan Jaslyn berhasil dikeluarkan.

Petugas medis menjelaskan dengan ragu, "Ambulans terbatas, saat ini cuma ada satu. Yang lainnya masih dalam perjalanan. Dokter Zayn, siapa yang harus dibawa dulu?"

"Selamatkan Tante!"

Tak ada yang memedulikan perkataan anak kecil, semua mata tertuju pada Zayn. Zayn melihat wajah pucat Jasmine, hatinya terasa sakit. "Tentu saja selamatkan ...."

Namun, saat itu Jaslyn menangis histeris. "Kak Zayn, aku takut. Kepalaku sakit sekali. Apa aku akan mati? Aku nggak ingin mati, aku masih muda! Aku baru merasakan kebahagiaan beberapa hari ini, aku nggak rela!"

Pandangan Zayn berpindah antara Jasmine dan Jaslyn. Lengan Jasmine berdarah dan perlu segera ditangani, tetapi Jaslyn mengeluh sakit kepala dan bisa jadi cedera otak ....

Hal ini yang menjadi kekhawatiran dokter yang turun ke TKP. Menurut logika, mereka tentu harus menyelamatkan korban yang kondisinya lebih parah. Namun, sekarang mereka tidak bisa menilainya.

Dokter itu mendesak, "Dokter Zayn, cepat putuskan. Waktu adalah nyawa!"

Zayn berkata tanpa ragu, "Selamatkan Jaslyn dulu!"

Mendengar pilihannya, semua orang yang mengenal mereka terkejut. Tak ada yang menyangka dia akan meninggalkan istrinya demi orang lain.

Hanya Kaeso yang bertepuk tangan dan bersorak, lalu ikut membantu.

Jasmine tidak terkejut sedikit pun. Ini bukan pertama kalinya Zayn memilih Jaslyn terlebih dahulu. Kekecewaan yang menumpuk membuatnya tidak lagi merasa terkejut.

"Kalian bawa dia ke rumah sakit, aku akan merawat Jasmine." Setelah itu, Zayn berlari ke ambulans, mengambil alkohol dan perban.

Jaslyn yang sudah di atas tandu menarik tangan Zayn. "Kak Zayn, aku takut. Temani aku ya?"

Zayn mengerutkan kening, akhirnya menyerahkan peralatan kepada Casey, lalu berkata kepada Jasmine, "Jasmine, kamu adalah kakak, seharusnya mengalah pada adik. Sejak kecil, Jaslyn sudah banyak menderita untukmu. Fisiknya nggak sekuat kamu."

"Tahan sedikit lagi! Ambulans akan segera datang, biarkan Casey merawatmu! Aku janji ini terakhir kalinya. Setelah ini, kita hidup bahagia."

Itu adalah kalimat yang paling dibenci Jasmine seumur hidupnya. Kamu adalah kakak, seharusnya mengalah pada adik.

Kalimat itu hampir merenggut semua orang yang dia sayangi. Lucunya, adik ini tidak memiliki hubungan darah dengannya.

Jasmine tersenyum pahit. Dengan suara bergetar, dia berucap, "Zayn, kita nggak punya masa depan lagi."

Suaranya tertutup oleh teriakan Jaslyn yang lebih keras. Zayn hanya menoleh sekali, dengan tatapan bingung seolah-olah bertanya apa yang dia katakan.

Kehilangan banyak darah membuat pandangan Jasmine kabur. Gambar terakhir yang dia lihat adalah Zayn dan Kaeso yang naik ke ambulans satu per satu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 20

    Clarisa tertegun. "Hah?"Sejak Clarisa masih dikenal sebagai Jasmine, Revan telah pernah mendengar namanya. Bagaimanapun, Clarisa adalah murid kebanggaan ayahnya yang sering kali dipuji-puji akan keberanian, ketelitian, dan jiwa kesatrianya.Waktu ayahnya menghilang, Revan sempat pulang ke tanah air dan bertemu dengan Clarisa sekali. Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan yang mendalam. Jadi, saat melihatnya muncul di markas rahasia, Revan langsung mengenalinya.Ternyata benar, Clarisa memang memiliki kepribadian yang menarik seperti yang disebutkan ayahnya.Selama di markas, Revan terbiasa memperhatikannya diam-diam. Dalam pengamatannya itu, Revan mulai perlahan-lahan jatuh hatinya.Revan tahu bahwa Clarisa memiliki suami dan anak. Sebelumnya dia juga pernah dengar dari ayahnya bahwa keluarga mereka sangat bahagia. Oleh karena itulah, dia tidak berencana untuk mengungkapkan perasaannya dan membuat Clarisa kesulitan.Karena itu juga, Revan merasa sangat penasaran. Apa yang membuat Cl

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 19

    "Jangan panggil aku Mama. Aku bersedia membayar nafkah untukmu murni karena kewajiban, moral, dan nurani. Pekerjaanku sangat padat, tapi dulu semua waktu luangku aku habiskan untuk menemanimu.""Jadi, Kaeso, kamu harus paham. Selama hubungan ibu dan anak kita, aku nggak pernah berbuat salah padamu. Bukan aku yang meninggalkanmu, tapi kamulah yang lebih dulu meninggalkanku. Saat kamu memilih Jaslyn, saat itulah hubungan ibu dan anak kita berakhir."Clarisa menatap mata Kaeso dan melihat cahaya di matanya padam perlahan-lahan. Anak itu memeluk kucing kecilnya erat-erat dan berdiri terpaku di tempat dengan kebingungan.Zayn merasa jantungnya mencelos. Wanita ini bahkan bisa bersikap sedingin ini kepada anaknya sendiri. Pantas saja waktu mereka bertemu lagi pertama kali, Clarisa bahkan tidak sudi mengakui keberadaannya.Yang selama ini dianggap Zayn adalah "senjata pemungkas", ternyata tidak ada artinya sama sekali di hadapan Clarisa."Clarisa ... kamu mau mengakui kami lagi?""Aku benar-b

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 18

    Karena tinggal dan bekerja di kantor, sejak makan malam bersama Revan hari itu, Clarisa belum pernah keluar dari gedung tempatnya bekerja.Hari ini pun, karena Revan kembali mengajaknya makan, barulah dia keluar.Saat merapikan berkas-berkas kasus minggu lalu, Clarisa menyadari ada beberapa poin dalam catatan rekan yang mewawancarai Revan yang kurang detail. Jadi, dia menelepon Revan dan memintanya datang ke kantor untuk membantu melengkapi keterangan.Sebagai bentuk terima kasih, Clarisa pun berinisiatif untuk mentraktir Revan makan malam. Tak disangka, Revan diam-diam lebih dulu membayar semuanya.Jadi kali ini, Clarisa harus memastikan bisa membayar duluan sebelum pria itu sempat bergerak. Sambil memikirkan hal itu, Clarisa berjalan ke arah gerbang utama.Baru saja melangkah ke luar, terdengar suara teriakan penuh emosi, "Mama, aku kangen banget sama Mama!"Dengan refleks, Clarisa mengelak ke samping dan Kaeso yang berlari ke arahnya malah terjatuh dengan menyedihkan.Kaeso tertegun

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 17

    Saat menunggu, Zayn terus-menerus berlatih dalam hati. Dia harus bereaksi seperti apa saat bertemu kembali dengan Jasmine, harus mengatakan apa untuk memohon pengampunan darinya. Dia menggenggam erat ujung bajunya, telapak tangannya sudah penuh keringat.Perasaannya saat ini bahkan lebih gugup daripada hari pernikahannya dulu.Jasmine pasti akan memaafkannya!Lagi pula, dia benar-benar tidak pernah melakukan hal yang menyakiti Jasmine. Semua ini hanyalah kesalahpahaman, semua masih bisa dijelaskan.Mereka dulu saling mencintai sedalam itu. Mereka bahkan punya seorang anak bersama. Pura-pura mati pasti hanya bagian dari tugas rahasianya. Jasmine tidak mungkin benar-benar meninggalkan dia dan anak mereka hanya karena sebuah kesalahpahaman seperti ini.Zayn memberi semangat untuk dirinya sendiri.Dalam kegugupan dan ketidakpastian itu, pukul sepuluh malam, mobil hitam yang membawa pergi Jasmine akhirnya kembali.Detak jantung Zayn langsung melonjak. Dia hampir berlari menghampiri mobil it

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 16

    Ada banyak kerangka yang ditemukan terkubur di halaman belakang. Lewat uji DNA, akhirnya jasad sang guru berhasil diidentifikasi.Hari ini adalah hari peringatan untuknya. Banyak orang yang datang menghadiri pemakaman. Clarisa berdiri memandangi foto di nisan sang guru. Air matanya mengalir tanpa henti.Tahun itu adalah tahun pertamanya bekerja. Dalam misi pertamanya, dia mengalami penyergapan dan nyaris kehilangan nyawa. Gurunyalah yang menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit.Gurunya berjaga di sisi ranjang rumah sakit hingga Clarisa sadar. Begitu sadar, hal pertama yang dia tanyakan adalah ... "Penjahatnya sudah ditangkap belum?"Begitu tahu semuanya sudah dibekuk, Claris langsung tertawa lepas.Gurunya juga ikut tertawa ... tapi karena kesal."Nyawamu hampir melayang, tapi kamu masih bisa ketawa? Dasar anak muda, bukannya cari kerja kantoran yang aman, malah masuk ke tim investigasi yang berbahaya. Ya sudah, mulai sekarang kamu muridku. Di luar sana, aku yang jagain kamu!"S

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 15

    Meskipun Revan tidak tinggal bersama ayahnya, mereka tetap menjalin kontak secara rutin. Ibunya juga tidak menolak jika mereka ingin mempererat hubungan antara ayah dan anak.Begitu tahu ayahnya menghilang, Revan langsung terbang pulang ke tanah air malam itu juga. Saat membantu sang kakak membereskan barang-barang peninggalan ayahnya, dia menemukan buku catatan kerja sang ayah yang disimpan di rumah.Berdasarkan catatan itu, selangkah demi selangkah dia menelusuri jejak dan akhirnya menemukan keberadaan sindikat penipuan ini. Setelah itu, dia pun memutuskan untuk menyamar sebagai pemuda naif yang terobsesi ingin cepat kaya dan "tertipu" hingga akhirnya berhasil masuk ke dalam organisasi tersebut.Saat dia masih dalam masa pelatihan, Kosandi sempat datang memberi ceramah. Namun, tiba-tiba penyakitnya kambuh. Tanpa ragu-ragu, Revan langsung melakukan tindakan pertolongan pertama. Sejak saat itu, dia pun dipercaya menjadi dokter pribadi Kosandi.Revan menghabiskan waktu tiga tahun untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status