Home / Rumah Tangga / Cinta yang dihutangkan / Chapter 1 - Pernikahan

Share

Cinta yang dihutangkan
Cinta yang dihutangkan
Author: Aerina No 7

Chapter 1 - Pernikahan

Author: Aerina No 7
last update Last Updated: 2025-07-22 15:15:50

DING! … DING!

Suara bel besar dari luar altar pernikahan menyapu perhatian dari tamu undangan, yang tengah menanti dengan rapi di masing-masing bangku sesuai nomor antrean.

Bunga lili putih dan pita-pita transparan yang menghiasi setiap sudut dinding tempat sakral ini sangat indah sekali.

Bak hamparan bunga dari surga, juga bak berada di negeri dongeng.

“Ekhem!”

Di tengah-tengah nuansa putih suci dan berseri itu, terdapatlah sesosok orang yang berpenampilan kontras dari semuanya.

Seorang pria berambut hitam keunguan, bersetelan jas hitam formal berpadu kemeja putih dan dasi kupu-kupu, berdiri dengan gagah di atas panggung yang sudah biasa menjadi tempat pertukaran janji suci dari orang-orang.

Dia berdehem pelan sewaktu membenarkan dasinya yang seperti mencekik jalur pernafasan, saking gugupnya ia terhadap situasi sekarang.

Kendati begitu ….

“Wah, Tuan Adijaya ganteng sekali ya?”

“Iyaaa ih! Rasa-rasanya gak rela lihat dia nikah di depan mata kepalaku sendiri!”

“Aku jadi penasaran dengan wanita macam apa yang akan dinikahi olehnya!”

… Di sela-sela kegugupannya itu, ia justru menyita banyak perhatian dari orang-orang.

Terutama, para tamu undangan berjenis kelamin wanita.

“Semuanya, dimohon untuk diam sejenak ya? Ini sudah waktunya pengantin perempuan untuk masuk,” ucap pembawa acara mengingatkan, saking banyaknya bisikan-bisikan para tetamu sehingga menjadi kebisingan besar.

“Penjaga gerbang, silakan buka pintunya dan persilakan bintang utama kita ….”

Alhasil, setelah keributan dadakan pun kembali hilang, segera saja pembawa acara mengemukakan tujuannya menggiring semua tatapan mata serta perhatian para tamu undangan.

“… Tuk segera menjadi milik Tuan Adijaya!” seru pembawa acara dengan heboh, memeriahkan acara pernikahan bagi pria bernama belakang Adijaya ini.

KRIETT~!

Pintu gerbang altar pernikahan dibuka secara perlahan, sedikit demi sedikit, seperti sengaja menambahkan kesan menegangkan bagi sang mempelai pria di dekat penghulu upacara sakral tersebut.

Berpuluh-puluh pasang mata memandang ke arah yang satu, yakni ke arah pintu.

"…."

Mereka menanti dengan hati yang tak sabar, mengira-ngira gerangan siapakah yang telah sukses besar menggaet hati sang Adijaya yang dikenal sebagai pria dingin nan tak peduli dengan godaan wanita.

Suara benturan pintu gerbang raksasa yang telah menyentuh ke tembok terdengar, tanda bahwa penutup tempat sakral dan dunia luar ini telah selesai dibukakan semua, menjadikan nafas dari semua orang seperti sengaja ditahan.

"Huft …!"

Terutama, nafas milik si pria yang memandang gugup arah sepatu hitam di bibir pintu, dengan mata ungu menawan miliknya yang seperti dapat membius siapa pun.

Setelah positif melihat ada sepasang kaki bersepatu hitam di sana, pandangan Adijaya pun mulai naik lagi sedikit lebih ke atas.

Kali ini ….

“Huh? M-mengapa pengantin wanitanya berpakaian seperti itu?”

"Iya, ya? Mengapa penampilannya seperti …?"

… Dia membeku begitu mendapati adanya betis kaki seorang wanita yang tak memiliki penghalang pasti.

Bukankah pengantin wanitanya sudah seharusnya mengenakan gaun pernikahan yang telah ia pesankan?

Lalu mengapa …?

DEG!

Jantung Adijaya serasa dihunjam benda tajam begitu rasa penasarannya, lekas mendorongnya tuk melihat langsung wajah dari orang yang ditaksir akan segera menjadi calon istrinya itu.

Namun, omong kosong macam apa yang ia hadapi sekarang?

“M—mohon maafkan kami, Tuan Adijaya!”

Wanita yang mengenakan rok sependek lutut, sepatu hak hitam, dan juga kemeja putih yang sudah menjelaskan dengan penampilannya kalau ia bukanlah bintang utama acara ini, membungkuk meminta maaf dengan bersungguh-sungguh.

“Itu …! K-kami …! P-pengantin wanitanya …!”

Wanita itu berusaha menjelaskan situasi penyebab mempelai wanita tidak hadir di altar pernikahan sini. 

Namun, karena ucapannya terbata-bata dan juga kurang jelas, … itu malah membuat urat-urat kemarahan merentang di leher Adijaya.

Terhadap si pria yang mengepalkan kedua tangannya erat-erat, di mana ia memiliki nama lengkap berupa ….

“Pengantin wanitanya telah melarikan diri!”

… Kenan Adijaya.

KEPAK~!

Burung merpati yang tadinya berjejer di hamparan rumput hijau pada taman di daerah bangunan bersejarah untuk mengikat janji suci setiap pasangan ini, … seketika langsung terbang berhamburan ke udara begitu seorang wanita berpakaian serba putih berlari seperti mempertaruhkan nyawanya, … walau harus menyeret rok gaun pernikahan yang berat karena menyapu permukaan bumi.

“Aku harus kabur, aku harus kabur, aku harus kabur!” gumam wanita itu mengulang ucapannya sendiri seperti burung beo, berusaha mengeratkan pegangan tangannya pada sisi-sisi gaun supaya ia tidak tersandung sewaktu berlari.

Keringat dingin membasahi pelipis wanita itu, dan rasa takut tidak ingin rencana kabur diam-diam sewaktu para pembantu pengantin lengah menjadi ketahuan … telah membuat wajah tegangnya berubah warna menjadi pucat.

"Aku mau pulang!"

Padahal, dia sudah didandani dengan cantik seperti ini.

Di mana penampilannya berupa rambut berwarna coklat hangat seperti kulit gandum yang baru matang itu disanggul indah sambil disemati oleh mahkota kecil serta tudung yang menjuntai ke belakang, dan gaun pengantin mewah yang berkilauan bagaikan dirinya telah dibubuhi mantra ibu perinya Cinderella.

Namun, hal itu tetap tak membuatnya menjadi goyah untuk pergi ke pelukan Kenan Adijaya secara sukarela.

“Aku harus perg—!”

—DUAK!

“Urshh?!”

Asyik memfokuskan diri untuk mengunci pandangannya pada gerbang pintu keluar halaman depan gedung altar pernikahan, wanita yang memiliki warna mata hijau indah sama seperti namanya itu, yakni Ayunira Larasti … berhenti berlari karena meringis kesakitan, sembari mengusap wajahnya yang menabrak sesuatu barusan.

Sesuatu yang terasa sangat keras dan ….

“Altar pernikahannya bukan ke arah sini ….”

… Mematikan.

“… Calon istri.”

DEG!

Betapa mengejutkannya suara itu.

Suara yang keluar dari mulut seseorang dengan nada dingin dan seperti menusuk ke dalam tulang, secara spontan langsung membuat Ayunira menengadahkan wajah, menatap paras orang di hadapan, lalu menjadi merinding sebadan-badan.

“Apa kamu sudah merasa puas bermain-mainnya?”

Kenan Adijaya, pria bermata ungu yang kini menatapnya tajam itu, membuat tubuh Ayunira tidak bisa digerakkan.

Hanya dengan kehadirannya, hanya dengan aura yang menguat dari tubuh proporsional miliknya, wanita yang hidungnya terlihat memerah karena benturan barusan itu, menggigil ketakutan.

“Sekarang, sudah saatnya untuk mengakhiri permainan.”

Dia berusaha menguatkan dirinya dengan mencengkeram gaunnya kembali dengan erat, serta memundurkan langkah perlahan-lahan, dengan sepasang mata hijau gemetaran miliknya tetap waspada memerhatikan gerak-gerik Kenan Adijaya. 

“Kalau begitu, mari.”

Namun, sepertinya sia-sia saja kewaspadaannya itu.

SRUAKK!

“Gyaaa?!”

Dalam sekejap mata, Kenan mencengkeram erat pergelangan tangan kanannya, seterusnya menarik dan mengangkat pinggangnya seolah-olah tidak berat, supaya dipanggul di bahu.

“Mari kita menikah.”

“Tidak!”

Mau seberapa kerasnya Ayunira meronta-ronta, Kenan tak memiliki niatan untuk melepaskan.

“Tidak mau! Lepaskan aku! Lepas …!”

Bahkan, saat mereka berdua berjalan di antara para tamu undangan yang melongo melihat aksi pengantin laki-laki yang membawa pengantin perempuan dengan cara tidak biasa itu, di mana Ayunira memanfaatkannya untuk memperlakukan Kenan supaya mereka tidak jadi menikah, tetap saja pria itu memasang wajah setebal tembok.

“Lepas … kan!”

Padahal, demi menghancurkan imaji keren Kenan Adijaya, Ayunira sudah memukul punggung, menjambak rambut, dan juga menendang-nendang pria itu … namun, sayangnya, semua caranya tidak ada yang berguna.

Sampai, Kenan pun memenuhi keinginan Ayunira yang ingin dilepaskan.

“Lihat, aku sudah melepaskanmu, tapi ….”

Dilepaskan sih, dilepaskan.

Akan tetapi, mengapa …?

“… Kenapa kamu malah menangis?”

… Mengapa harus dilepaskan tepat di atas panggung pertukaran janji suci, serta di antara penghulu upacara pernikahan yang telah lama menunggu kehadirannya sedari tadi?

“Jangan menangis, Ayunira,” bisik Kenan lembut sambil menyunggingkan senyuman samar, disertai mengusap pelan pipi Ayunira tuk menghapus jejak air mata.

“Aku berjanji, aku akan membahagiakanmu selalu,” lanjutnya kemudian dengan senyuman semakin diperlebar, yang entah kenapa di mata Ayunira justru terlihat menakutkan.

Oleh sebab itu, wanita yang tak sadar sudah berapa butir air mata ia jatuhkan di hari yang sakral ini, hanya bisa menunduk lemah.

“Penghulu, kami sudah siap untuk janji suci.”

“Ekhem! Kita mulai ya!”

“….”

Mau berapa kali pun ia mencoba melarikan diri bajak sebelum hari ini terjadi, Kenan tetap saja selalu tahu ke mana ia pergi.

Kenan selalu mengejar, dan membawanya kembali.

Tidak ada celah untuknya berhasil melarikan diri.

“Pengantin pria, apakah Anda bersedia menerima Ayunira Larasti untuk menjadi istri Anda, mencintainya dalam suka maupun duka, dan berjanji setia untuk senantiasa bersama dengannya?

“Saya bersedia.”

Dia sangat menakutkan.

Tidak, tunggu.

“Pengantin wanita.”

Sedari awal kemunculannya untuk membawanya pergi dari rumah mantan suaminya, Kenan sudah benar-benar menakutkan!

“Apakah Anda bersedia menerima Kenan Adijaya sebagai suami Anda, menemani dan mencintainya dalam keadaan susah mau pun senang, dan berjanji setia untuk senantiasa bersama dengannya?”

“….”

Lagian, orang waras macam apa yang menerima tawaran gila dari mantan suaminya yang bajingan itu, ….

“Pengantin wanita?”

… Untuk menerima dan menjadikannya sebagai alat gadai hutang?!

DRIP! … DRIP!

Air mata Ayunira semakin berjatuhan dengan deras bagaikan hujan pertama di musim kemarau, seiring diulangnya pertanyaan dari penghulu pernikahan.

Kenan terdiam memasang ekspresi mukayang ketus dan juga sedikit merasa kesal, melihat wajah yang seharusnya berseri-seri karena menikah dengannya “pria pujaan seluruh wanita” ini, … justru diban

jiri air mata kesedihan begitu.

Setidaknya sampai bibir Ayunira yang gemetar hebat itu terbuka secara perlahan … untuk mengucapkan sesuatu.

“… S-Saya …."

Sesuatu yang membuat Kenan Adijaya … melebarkan pupil mata ungu indah miliknya, sembari terpaku seperti orang bisu. 

"… Saya bersedia."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 5 - Lain Kali

    Menikah?Menikah … dengannya?PLAKK!Rentangan jejak cap lima jari yang berwarna merah menyala, mendarat dengan kuat dan sepenuh tenaga di pipi pria yang wajah pemilik rahang tegas tersebut, dengan tanpa peringatan dan juga aba-aba sebelumnya.Saking kerasnya dampratan yang mengeluarkan bentuk kekesalan memuncak itu, tangan ramping wanita bermanik mata hijau menyala tajam tersebut mampu membalikkan wajah sang tuan rumah kediaman besar ini, supaya menyamping.“Lancang sekali!” hardik wanita itu, yang tak lain adalah Ayunira Larasati, dengan bersuara tegas.Raut muka yang dipancarkan oleh wajah cantiknya tampak dipenuhi oleh kerutan emosi.Alisnya menekuk, netranya menajam, rona merah menghias, disertai dengan urat leher yang menegang, semakin memperjelas situasi Ayunira saat ini.Ya. Wanita itu merasa murka.“Apa kamu tengah mengejekku sekarang?!”Belum juga genap satu hari semenjak orang yang selama ini ia cinta, tiba-tiba menceraikannya.Dan kini, apa …? Ada seseorang yang memanfaatk

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 4 - Ultimatum

    “Kamu … aku dengar namamu, Ayunira Larasti, kan?”“….”“Semoga bisa bertahan denganku selama enam bulan ke depan, ya?”“….”“Aku mengharapkan kerja sama darimu dengan tulus.”Kerja sama apanya?! Ayunira menggemeretukkan giginya kesal.Dia yang memilih menolehkan kepalanya ke arah luar jendela mobil, meremas erat kain daster kumalnya yang melekat di badan.Air matanya sudah mulai mengering, dan rasa takutnya pun mulai digantikan oleh rasa kesal.“Aku Kenan.”Sedari tadi, semenjak mereka pergi dari halaman depan rumah Ayunira, Kenan terus saja merecoki suasana.Dia cerewet sekali, layaknya burung beo yang mengulang-ulang ucapan.Ucapannya yang melantur ke sana kemari pun, terasa begitu menyebalkan.“Kenan Adijaya.”Dia seolah-olah sengaja melakukannya, untuk mengejek kehidupan rumah tangganya bersama Arkan baru saja berakhir.Perilakunya benar-benar ….“Oh? Ada apa dengan pelipismu? Apa kamu terluk—!”… Sangat memuakkan!—PLAKK!“JANGAN SENTUH AKU!” pekik Ayunira lantang, segera setelah

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 3 - Jaminan

    Mengambil … apa yang seharusnya menjadi miliknya sedari … dulu?“….”Pernyataan itu sangat mencolok sekali, sampai-sampai menjadikan sang suami, sang mertua, dan Ayunira sendiri, terbungkam dengan pikiran yang melayang-layang.Apa yang sebenarnya pria tak diundang ini bicarakan? Ayunira tak paham.“Nak, apa yang dia maksud?” Tanya ibu mertua Ayunira pada akhirnya kepada putranya, mewakili pertanyaan yang ingin sekali ia kemukakan.Namun, yang ditanyai, yakni Arkan, dia malah tak menjawab, dan lebih memilih untuk mendekati pria misterius tersebut sambil berkata, “K-Kenan. L-lama tidak berjumpa,” sapanya, bersikap sok kenal dan sok dekat sampai membuat orang yang dipanggilnya tersebut mengernyit heran.“Soal hutang setahun yang lalu itu ya? Ahaha~! Aku memang ingin melunasinya sekarang,” tukas Arkan sambil menepuk-nepuk bahu Kenan dan tertawa hampa.Pria itu tidak menyadari kalau ucapannya barusan bahkan berhasil membuat kedua orang tuanya kaget.Terlebih-lebih lagi Ayunira, yang baru t

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 2 - Milikku

    “Kedua mempelai telah bersedia berjanji setia. Mereka berdua juga sudah memasang cincin di jari manis satu sama lain. Sebagai bentuk pengesahan terakhir dari upacara ini, silakan berciuman di depan semuanya.”DUG!Ayunira terbelalak lebar.Sudah cukup dengan ia menyetujui paksa ucap janji suci pernikahan itu, kini haruskah ia membiarkan dirinya dicium oleh Kenan?!Semua omong kosong ini benar-benar, sangat memuakkan!“Ayu.” Kenan memanggil pelan.Pria bertubuh jangkung itu melangkahkan kakinya tuk mendekat, lalu sedikit membungkuk dan menelengkan kepalanya melihat Ayunira yang masih menunduk menatap lantai altar.“Izin untuk mencium kamu ya?” Tanyanya entah pada siapa, karena orang yang dimaksudkan sengaja pura-pura tidak dengar.“….”Tak kunjung mendapatkan respons yang diinginkan, sementara berpuluh-puluh pasang mata telah berpusat kepada mereka seperti ingin menelanjangi, Kenan mengangkat telapak tangan, menangkup tulang rahang Ayunira, lalu mengarahkan wajah lembap istrinya itu su

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 1 - Pernikahan

    DING! … DING!Suara bel besar dari luar altar pernikahan menyapu perhatian dari tamu undangan, yang tengah menanti dengan rapi di masing-masing bangku sesuai nomor antrean.Bunga lili putih dan pita-pita transparan yang menghiasi setiap sudut dinding tempat sakral ini sangat indah sekali.Bak hamparan bunga dari surga, juga bak berada di negeri dongeng.“Ekhem!”Di tengah-tengah nuansa putih suci dan berseri itu, terdapatlah sesosok orang yang berpenampilan kontras dari semuanya.Seorang pria berambut hitam keunguan, bersetelan jas hitam formal berpadu kemeja putih dan dasi kupu-kupu, berdiri dengan gagah di atas panggung yang sudah biasa menjadi tempat pertukaran janji suci dari orang-orang.Dia berdehem pelan sewaktu membenarkan dasinya yang seperti mencekik jalur pernafasan, saking gugupnya ia terhadap situasi sekarang.Kendati begitu ….“Wah, Tuan Adijaya ganteng sekali ya?”“Iyaaa ih! Rasa-rasanya gak rela lihat dia nikah di depan mata kepalaku sendiri!”“Aku jadi penasaran denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status