Share

Bab 7

Author: Bertha
Tamara mendongak menatapnya, mengepalkan tangan. Heh .... Demi memastikan wanita yang dicintainya bisa makan, pria ini malah memaksa dirinya yang terluka parah untuk masuk dapur. Dia benar-benar meremehkan Carlos. Pria ini bahkan tidak memiliki hati nurani.

"Kalian nggak bisa pesan makanan dari luar? Restoran juga bisa antar makanan, 'kan? Toh kamu juga nggak kekurangan uang," balas Tamara dengan dingin.

Carlos menggigit bibirnya, pandangannya turun ke kaki Tamara sebelum dia mengambil ponselnya. Namun, saat itu Verona menyela, "Aku datang ke sini untuk jenguk Tamara dan masak untuknya. Kalau cuma pesan dari restoran, rasanya kurang tulus, 'kan?"

"Kalau begitu, kamu yang masak dong?" sahut Tamara dengan tidak acuh.

"Aku nggak terbiasa dengan dapur di sini. Aku baru saja menjatuhkan piring dan membuat Carlos khawatir." Verona berkedip dengan ekspresi polos.

"Begini saja, Rara, aku akan membantumu. Aku bisa mengantarkan hidangan, anggap saja aku ikut masak ya?"

Senyuman Verona tampak cerah, tetapi bagi Tamara, itu semua hanya kepalsuan. Sepertinya, hari ini wanita ini memang ingin menyiksanya. Dia ingin memaksanya yang terluka untuk turun ke dapur.

"Nggak perlu, aku akan masak untuk kalian," ujar Tamara. Makanlah cepat dan segera pergi. Akan lebih baik kalau kedua orang ini keluar dari rumah ini. Dia tidak ingin terus berurusan dengan mereka.

"Jangan begitu, aku akan bantu. Kita kerjakan bersama!" ucap Verona, lalu menginstruksi Carlos, "Carlos, kamu siapkan piring dan tuangkan jus ya."

Dia memberi perintah dengan jelas, seolah-olah dialah nyonya rumah di sini dan Tamara hanyalah pembantu yang bertugas memasak.

Dulu Tamara mungkin akan merasa sedih dan cemburu, tetapi sekarang tidak lagi. Ekspresinya tetap datar.

Sejak Verona kembali ke negara ini dan Carlos langsung mencarinya, hati Tamara sudah benar-benar mati.

Di belakangnya, terdengar percakapan mesra mereka, tetapi Tamara tidak menoleh sedikit pun. Carlos benar-benar mengikuti semua perintah Verona, menata meja dengan penuh perhatian.

Verona semakin manja, melingkarkan lengannya di lengan Carlos, seolah-olah ingin menunjukkan kepada Tamara bahwa pria itu hanya mencintainya.

Namun, Carlos menarik lengannya dengan tenang, melepaskan diri dari Verona dengan ekspresi datar.

"Maaf ya, Carlos. Setiap kali aku ada di dekatmu, aku selalu teringat masa-masa kita dulu. Aku nggak sadar ingin menggandengmu lagi ...." Verona menggigit bibirnya, meminta maaf dengan nada lembut.

"Nggak apa-apa," jawab Carlos singkat. Dia melirik ke arah dapur dan melihat Tamara bahkan tidak menoleh sedikit pun, seolah-olah dia sama sekali tidak mendengar percakapan mereka.

Verona pun masuk ke dapur, mencuci sayuran sambil terus mengoceh, memberi tahu Tamara selera makanan Carlos dan hal-hal yang disukainya.

Bagi Tamara, ini terdengar seperti perintah untuk belajar bagaimana menyenangkan Carlos. Rasa jengkel mulai muncul di hatinya.

"Nggak perlu memberitahuku. Aku sudah masak untuknya selama dua tahun." Akhirnya, Tamara membalas dengan nada dingin.

Memangnya dia tidak tahu selera Carlos? Apa perlu Verona yang menjelaskannya? Di balik sikap manis dan polosnya, wanita itu sebenarnya sedang memamerkan tiga tahun hubungan mereka.

Setelah mendengar ucapan itu, Verona langsung menunjukkan ekspresi terluka dan menatap Carlos dengan wajah sedih. "Maaf, aku lupa kalau Carlos sudah terbiasa dengan masakanmu ...."

"Mana mungkin!" sela Carlos langsung, suaranya terdengar keras dan penuh penolakan. "Makanan yang dia buat cuma nggak membuatku mati, rasanya hambar!"

Tamara menggenggam erat spatula di tangan. Hambar? Dua tahun dia melayani pria ini, memasak untuknya setiap hari, tetapi seperti ini balasannya?

Dia tidak ingin berdebat atau membela diri. Biarlah, anggap saja selama dua tahun ini dia masak untuk anjing.

Mendengar perkataan Carlos, Verona yang awalnya tampak sedih langsung berseri-seri kembali. Dia mulai mengoceh panjang lebar lagi.

Carlos mengerutkan kening. "Ngapain kamu bicara sebanyak itu? Dia nggak pantas tahu semua itu."

"Aku cuma ingin memastikan Tamara merawatmu dengan baik," jawab Verona sambil menjulurkan lidah. Kemudian, dia memasang ekspresi sedih. "Aku dan kamu sudah nggak mungkin bersama lagi. Siapa pun yang menemanimu, aku cuma ingin kamu bahagia."

Carlos menatapnya, perasaan tidak nyaman mulai tumbuh di hatinya. Wanita yang pernah paling dicintainya kini berdiri di hadapannya, tetapi kenyataannya dia sudah menikah dengan wanita lain.

"Ceraikan saja aku." Tiba-tiba, suara Tamara terdengar.

Carlos tertegun dan langsung menatapnya.

"Kita cerai saja. Setelah itu, kamu dan Tamara bisa kembali bersama, hidup bahagia selamanya," tambah Tamara sambil menatap Carlos lekat-lekat.

Nada suaranya datar, ekspresinya dingin, seolah-olah Carlos hanyalah orang asing baginya. Dulu, di mata wanita ini hanya ada dirinya. Mata itu selalu dipenuhi dengan cinta. Tidak peduli seberapa sering Carlos menghina atau membentaknya, Tamara hanya akan berusaha lebih keras untuk menyenangkan dirinya. Namun, sekarang ....

"Cerai? Bukannya dulu kamu merencanakan segalanya agar bisa menikah denganku? Sekarang kamu ingin pergi begitu saja? Kamu pikir aku bisa kamu panggil dan tinggalkan semaumu?" hardik Carlos. Suaranya mengandung kemarahan yang tak dia sadari ... dan juga sedikit kepanikan.

Tamara menatap pria yang kini tampak marah, lalu berkata lagi, "Kamu mencintai Verona, 'kan? Kalau kita cerai, kamu bisa menikah dengannya."

Awalnya, dia ingin menunggu sampai kontrak pernikahan mereka selesai. Namun, karena topik ini sudah muncul hari ini, tidak ada salahnya membahas lebih awal. Jika diurus lebih cepat, itu akan menghemat waktu, 'kan?

Namun, reaksi Carlos benar-benar di luar dugaannya. Pria itu bukan hanya menolak, tetapi juga marah. Tamara tidak mengerti.

"Jangan mimpi! Asal kamu tahu, sekalipun kamu mati, kamu nggak akan pernah mendapatkan kebebasan!" bentak Carlos dengan galak, matanya berkilat dingin.

Tamara menggigit bibirnya, hatinya dipenuhi rasa sakit. Jadi, ini alasannya. Carlos tidak mau menceraikannya karena ingin menyiksanya seumur hidup, menjadikannya tahanan, memaksanya bekerja seperti budak, sementara dia berselingkuh dengan Verona.

Tamara berbalik. Air mata menggenang di matanya, tetapi dia menahannya. Seberapa besar kebencian Carlos terhadapnya hingga ingin menghancurkannya seperti ini? Dua tahun ini, kalaupun dia tidak pernah memberikan kontribusi, setidaknya dia sudah berusaha. Namun, Carlos malah begitu membencinya.

Di samping mereka, Verona menyaksikan semuanya. Dia tidak menyangka Carlos akan menolak perceraian. Meskipun kata-katanya terdengar kejam, reaksinya justru seperti seseorang yang tidak ingin melepaskan Tamara.

Tubuh Verona menegang. Kemarahan dan ketakutan menyelimuti dirinya. Dia takut Carlos benar-benar telah jatuh cinta pada Tamara.

"Carlos, jangan marah. Ini salahku, aku bicara terlalu banyak. Aku nggak bermaksud memisahkan kalian," kata Verona sambil terisak-isak dan menatap Carlos.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Heni Hariyani
kenapa ya.. kok sampai segitunya tu carlos
goodnovel comment avatar
Muliahati Ziliwu
Carlos saat kebenaean terungkap matilah dlm penyesalan
goodnovel comment avatar
Marni Dako
knpa TDK bisa membuka bab selanjutnya yaa??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 136

    Tamara menoleh dan berkata, "Maaf, Kak Jacob. Nanti aku akan jelaskan semuanya padamu."Saat itu, Arham menatap pemuda di samping Tamara. Wajahnya penuh lebam dan memar. Arham mengerutkan dahi dan berkata, "Ini ... bekas pukulan Carlos?"Jacob menatap pria tua itu, lalu mengangguk dan memberi salam, "Halo, Pak Arham. Namaku Jacob. Dulu kita pernah bertemu saat kompetisi Universitas Asahi, Anda saat itu menjadi sponsor dan juri."Arham mengamati wajah pemuda itu. Dia merasa wajah Jacob tampak tidak asing dan berkata, "Aku ingat kamu. Anak muda yang sangat berbakat.""Maafkan aku, cucuku sampai berani memukulmu. Kalau kamu butuh ganti rugi atau kompensasi lainnya, bilang saja.""Nggak perlu, ini cuma kesalahpahaman. Satpam datang tepat waktu, aku juga nggak mengalami luka serius," jawab Jacob tenang. "Selain itu, aku akan membuat surat pernyataan damai, jadi Bapak nggak perlu khawatir," tambahnya.Mendengar hal itu, Arham memandangi pemuda ini lebih saksama. Kemudian, dia bersiap melangk

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 135

    Tamara hanya berkata, "Dia ingin memperbaiki hubungan hanya untuk balas dendam. Waktu aku mengajukan cerai sebelumnya, dia menolak. Katanya dia akan menyiksaku seumur hidup dan nggak akan memberiku kebebasan.""Bukan begitu, aku nggak ...." Carlos buru-buru menggeleng, menatap Tamara."Itu kata-katamu sendiri, sekarang kamu nggak mau mengaku? Mau kupanggil Verona sebagai saksinya?" sindir Tamara."Aku ... aku cuma sekadar ngomong dulu, tapi sekarang aku benar-benar nggak bermaksud begitu! Aku bukan ingin balas dendam padamu, aku ...." Carlos mencoba membela diri, tetapi kedua tangannya sudah diborgol oleh polisi."Aku menyukaimu ...."Akhirnya, kata-kata yang menyatakan isi hatinya itu pun keluar dari mulutnya. Carlos dibawa pergi oleh polisi, tetapi dia masih menoleh memandang Tamara.Sayangnya, Tamara bahkan tidak menoleh sedikit pun, seolah-olah tidak mendengar apa-apa.Saat Carlos sudah naik ke mobil polisi, Tamara hanya berdiri terpaku di tempat. Kedua tangannya mengepal kuat agar

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 134

    Jacob berdiri dengan dipapah oleh satpam. Dia memandang Tamara yang menatapnya cemas, lalu berkata dengan suara terengah-engah, "Nggak apa-apa, aku baik-baik saja. Aku masih sanggup menahannya."Tamara mendekati Jacob, bahkan menyentuh lengannya untuk membantunya berdiri. Semua ini membuat Carlos kembali marah dan berusaha mendorong satpam agar bisa mendekati mereka. Dia ingin menghancurkan pria sialan itu. Dia ingin membunuhnya!Ketiga pria berbadan kekar itu menghalanginya. Sementara itu, Tamara berbalik perlahan dan menatap Carlos, lalu melangkah mendekat."Dia pria yang kamu sukai selama ini, bukan? Pria yang kamu telepon waktu itu!" teriak Carlos penuh kemarahan dan cemburu.Tamara bahkan membawa-bawa buku harian itu setelah menikah. Orang yang dicintainya diam-diam selama SMA ... apakah pria ini orangnya?"Tamara, apa kamu pernah menyukaiku sedikit saja? Sedikit saja!" teriak Carlos. Suaranya serak dan bergetar."Aku sudah bilang sejak awal, nggak pernah," jawab Tamara dengan dat

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 133

    Begitu mendengar panggilan itu, rasanya kemarahan dalam diri Carlos langsung meledak. Dia langsung menjadi tegang. Bahkan tidak sempat mengaitkan sabuk pengaman, dia hanya menutup pintu mobil dengan keras dan menguncinya. Dia memutar badan dengan cepat, lalu menatap tajam ke arah sosok yang mendekat.Pria yang sedang berlari ke arah mereka itu, baru saja ditemuinya pagi ini. Kini, saat dia memperhatikan wajah pria itu lebih saksama, Carlos tiba-tiba menyadari sesuatu.Pantas saja wajah itu terasa tidak asing. Ternyata bukan mitra bisnis, melainkan pria yang sering muncul saat Tamara mengikuti lomba waktu berkuliah dulu.Kak Jacob .... Haha, ternyata pria ini. Hari ini benar-benar sial!"Pak Carlos, kenapa kamu ...." Jacob yang sudah sampai di depan mereka mengernyit. Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, mendadak sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya. Lantaran tidak sempat menghindar, Jacob terkena pukulan telak. Tubuhnya langsung limbung dan nyaris terjatuh.Di dalam mobil,

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 132

    Carlos hanya ingin secepatnya membawa Tamara masuk ke mobil. Setelah sampai di rumah, dia bisa bicara apa pun yang perlu dibicarakan. Dia tidak akan membiarkan Tamara bersembunyi lagi."Lepaskan aku! Cepat lepaskan aku!" teriak Tamara sambil berusaha keras melepaskan tangannya. Tubuhnya ditarik hingga terhuyung-huyung. Namun, bahkan setelah dicubit atau dicakar Tamara hingga punggung tangannya meninggalkan bekas kuku, Carlos tetap tidak bergerak sedikit pun."Gila! Sebenarnya kamu mau apa? Lepaskan atau aku teriak minta tolong!" Tamara mulai terdesak hingga panik melihat sekelilingnya untuk mencari bantuan."Teriak saja, aku cuma bawa istriku pulang ke rumah, siapa yang berani melarang?" Carlos membalas dengan galak.Mendengar sebutan itu, Tamara merasa muak dan kulit kepalanya seakan-akan merinding. Dia pun mengangkat kaki dan menendang betis pria itu. Namun, dengan satu kaki yang melangkah dan satu kaki lainnya berusaha menendang, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan nyaris jatuh ke

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 131

    Sudah larut malam, tapi si gila Carlos ini ternyata masih menunggunya! Telepon semalam benar-benar sia-sia. "Kamu salah orang," bisik Tamara dengan suara rendah, lalu berusaha menarik tangannya."Aku nggak akan salah orang! Mau kamu berubah jadi abu sekalipun, aku tetap bisa mengenalimu. Tunjukkan wajahmu kalau berani!" desis Carlos sambil menggertakkan gigi.Dari mencengkeram satu tangan, dia beralih mencengkeram kedua lengan gadis itu dengan kuat hingga membuat Tamara mengerutkan alis kesakitan.Tamara mencoba mencari cara untuk melepaskan diri, atau setidaknya menekan tombol panggilan darurat di ponsel. Namun, cengkeraman Carlos membuatnya mustahil melepaskan diri.Ditambah lagi, dia memakai sepatu hak tinggi. Karena ditarik-tarik begitu saja, tubuhnya oleng hingga terjatuh ke belakang.Punggungnya membentur dada pria itu. Carlos segera memanfaatkan kesempatan itu untuk merenggut kacamatanya. Begitu melihat tatapan gadis itu yang penuh kepanikan dan amarah, Carlos langsung yakin 100

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status