Share

5. Rencana Tersembunyi

“Mas, Ibu makin kekeh dengan keputusannya,” tulis Ayu melalui layanan pesan berlogo warna hijau.

Tadi hatinya sempat berbunga-bunga lantaran pertemuan dengan Danang yang begitu sederhana. Namun kedatangan Budhe Ning telah merubah semuanya. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajah kalemnya.

“Kamu kok belum tidur to Yu? Mikirin Mas ya?” balas Danang tanpa perlu menunggu lama.

Melihat sang kekasih masih terjaga, Ayu pun langsung menceritakan kejadian yang baru saja dialami olehnya saat kedatangan Budhe Ning.

“Ibumu tetap bersikeras Yu, sampai meminta Budhemu untuk menasihati?” tulis Danang tidak percaya.

“Iya Mas.”

Sementara itu di kamar Danang ….

Lelaki muda itu duduk di tepi ranjangnya sambil memegangi kepala. Kabar yang baru saja diterima dari Ayu benar-benar mengacak-ngacak perasaannya saat ini.

“Ya Tuhan, bagaimana caranya agar hubungan kami ini mendapatkan restu dari keluarga Ayu. Kenapa semakin kesini keluarganya semakin bersikeras untuk menolak hubungan ini,” Danang bergumam sendirian.

Lelaki 29 tahun ini kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dengan tangan masih memegang ponsel dan ditempelkan pada dagu. Pandangan matanya menatap ke atas dan menatap ke langit-langit kamarnya memikirkan masa depan impian bersama Ayu. Mungkinkah hal ini akan terlaksana atau tidak.

“Sepertinya aku harus mencoba lagi untuk mendatangi keluarga Ayu, siapa tahu mereka berubah pikiran,” gumam Danang kemudian membalas pesan Ayu dan mengabarkan kalau besok ia akan berkunjung ke rumahnya lagi.

“Sepertinya aku terlalu lama melamun,” gumam Danang yang mendapati Ayu sudah tidak online lagi.

                          ***

“Tumben kamu kelihatan rapi, mau kemana?” tanya Bu Ratmi yang tengah menonton TV ditemani oleh kakaknya.

“Nggak kemana-mana Bu, Ayu mmm,—” Ayu tak melanjutkan kalimatnya, ia justru menunduk sembari memainkan jemarinya.

Tentunya hal ini menimbulkan kecurigaan bagi dua wanita paruh baya yang ada di sana.

“Ayu, Ibumu nanya, kenapa kamu diam saja?” tambah Budhe Ning.

Sebenarnya Ayu merasa khawatir kali ini. Bukannya ia tak senang karena akan bertemu dengan Danang kembali, tapi ia khawatir kalau nanti kedatangannya akan ditolak lagi dan membuat Ibunya marah. Namun di sisi lain ia juga ingin bertemu dengan kekasihnya dan mereka berdua layak untuk memperjuangkan hubungan mereka.

“Mmmm anu Bu mmm Mas Danang mau datang ke rumah kali ini,” kata ayu sedikit takut-takut.

Bu Ratmi langsung mengecilkan volume televisi dan berdiri menghampiri putrinya.

“Danang mau ke sini?” tanya Bu Ratmi kemudian menggelengkan kepala.

Ayu kembali menunduk dan membatin, “Bener kan, pasti Ibu marah karena Mas Danang akan datang kemari.”

Danang kuwi sopo Mi (Danang itu siapa Mi)?” tanya Budhe Ning yang juga menghentikan aktivitas menontonnya.

“Itu Mbak, laki-laki yang saya ceritakan kemarin, yang dulu datang untuk meminang Ayu, yang wetonnya temu selawe (Ketemu angka 25),” jelas Bu Ratmi.

“Oh ternyata dia, buat apa kamu suruh dia datang kemari Yu? Apa kamu mau mempercepat malapetaka dalam kehidupanmu nanti? Kalian itu kan sudah tidak berjodoh, buat apa terus berhubungan?”

Ayu hanya menunduk lesu, ia semakin ciut saat mendengar ucapan Budhenya. Seperti yang sudah-sudah kalau setiap kali bercakap-cakap dirinya selalu dianggap salah. Sama seperti kejadian kemarin, ketika ia membela Danang justru dianggap tidak sopan dan berani melawan orang tua.

“Mmm itu Bu, Mas Danang ingin bersilaturahmi kemari,” jawab Ayu mencoba untuk menutupi alasan kedatangan Danang yang sebenarnya.

Bu Ratmi menurunkan kacamatanya, kemudian mengangguk-angguk, “Kalau silaturahmi Ibu mengijinkan, tapi kalau datang untuk meminang kamu lagi jawaban Ibu tidak akan berubah!” seru bu Ratmi.

Dengan berat hati Ayu pun mengangguk, kemudian buru-buru ke luar rumah karena mendapat pesan dari Danang kalau dirinya telah berada di depan rumah.

Budhe Ning langsung menjajari adiknya begitu Ayu pergi meninggalkan ruangan.

Piye to, kok diolehi dolan rene (Bagaimana ini, kenapa diperbolehkan main ke sini)?”

Mbakyu, nopo panjenengan kesupen to (Mbak, apa Anda sudah lupa) bukannya kemarin kita sudah membahas sesuatu untuk masa depan Ayu?” jelas Bu Ratmi dibalas dengan senyum kakaknya.

“Bener, kita sudah bahas itu, dan mumpung laki-laki yang mau meminang Ayu datang, lebih baik kita beritahu sekalian saja.”

Maksud kula nggih ngoten (Maksudku memang seperti itu).”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status