Sudah hampir 6 bulan Michell tinggal di rumah samuel, selama itu juga Nayla mulai jarang ikut sarapan atau makan malam bersama. Nayla selalu berangkat pagi pagi sekali dan akan tidur sebelum jam makan malam. Selama itu juga Nayla semakin penasaran dengan sosok Adit, Adit sering sekali membantu nya setiap berada dalam bahaya, tidak ada percakapan antara keduanya karena pria itu akan langsung pergi setelah menolongnya.
Dan hari ini Nayla kembali datang ke sekolah lebih awal dari biasanya jadi benar benar belum ada satu pun murid yang datang termasuk Adit. Biasanya pria itu lebih dulu datang dari nya tapi hari ini kebalikannya.
Jam terus berputar hingga matahari mulai naik menampakkan dirinya, beberapa murid mulai berdatangan namun sosok yang Nayla tunggu masih belum memunculkan wajahnya sejak tadi. Ini sangat aneh, biasanya Adit selalu datang walupun akhirnya akan membolos setelah bel masuk berbunyi .
"Selamat pagi anak anak."
"Apa dia tidak masuk? Ckk kenapa aku begitu peduli dengannya?" batin Nayla mengalihkan pandangannya dari bangku kosong Adit.
*****
Sepulang sekolah Nayla memutuskan untuk pergi ke tempat tempat biasa dia tidak sengaja bertemu Adit. Mulai dari gang kecil waktu itu saat dia hampir dilecehkan oleh pria mabuk, terus mini market, lampu merah tempat dia bertemu pria itu saat menjual koran nya dan tempat lainnya namun nyatanya dia sama sekali tidak menemukannya."Ckk apa dia hilang ditelan bumi?"
Nayla menyerah, dia kembali ke sekolah dan berdiam diri di atap sekolah. Hari sudah mulai sore dan dia masih enggan pulang sekarang.
"Hufff," Nayla mendudukkan dirinya dilantai atap sekolah tanpa alas apapun. Duduk memeluk lututnya sambil melihat pemandangan kota jakarta di sore hari, rambut nya terus beterbangan karena angin yang lumayan kencang.
"Kenapa mencari ku?"
Gadis itu menoleh kaget melihat sosok orang yang sejak tadi dia cari kini duduk disebelahnya. Ya, saat ini Adit duduk disamping nya, wajahnya menatap lurus melihat pemandangan kota jakarta didepannya.
"Eh s-sejak kapan kamu disini?"
Adit tdak menjawab pertanyaannya membuat Nayla menghembuskan nafasnya panjang lalu memilih untuk kembali menatap lurus didepannya.
"Aku mengikutimu sejak tadi."
Siapa sangka sebenarnya Adit sudah mengikuti Nayla sejak tadi. Tadi saat di gerbang sekolah dia tidak sengaja melihat Nayla dan akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti gadis itu.
"Ckk kenapa kamu tidak bilang?" tanya Nayla pelan, sangat pelan seperti gumaman.
"Kenapa? Kamu merindukanku?"
"Apa?! M-me apa tadi?"
"Lupakan," sahut Adit dengan suara datar nya.
Keduanya mulai diam, terlena dengan pikiran masing masing. Hingga bunyi getaran dari ponsel Nayla membuyarkan lamunan keduanya.
Nayla berdecih membaca pesan dari kakak tiri nya itu "Sejak kapan dia peduli denganku," gumamnya sambil menyimpan kembali ponselnya kedalam saku seragam nya. Baru saja Samuel mengiriminya pesan dan menanyakan dimana keberadaannya.
"Sudah disuruh pulang?" tanya Adit.
"Eh kenapa kamu tahu? Kamu cenayang?""Tidak. Sudah dapat ditebak, kamu memiliki keluarga sudah pasti mereka mengkhawatirkan mu karena belum pulang."
"Mereka tidak akan peduli . kamu sendiri kenapa juga belum pulang? Ah kamu Cowok jadi orang tua mu tidak akan mengkhawatirkanmu,." tanya Nayla pelan, entah kenapa mereka mendadak seolah olah sudah berteman karena mulai saling melayangkan pertanyaan .
"Tidak akan ada yang mengkhawatirkan ku. Mereka bahkan tidak akan menungguku dirumah."
"Kenapa? Mereka bekerja? Keluar kota? Atau..."
"Diatas sana." sahut Adit sambil menunjuk kearah langit yang mulai berubah warna.
"Apa? Mereka sedang pergi keluar kota menggunakan pesawat?" tanya Nayla dengan polos nya.
"Tidak, mereka tidak perlu menaiki pesawat karena mereka memiliki sayap."
"Apa maksudnya?" batin Nayla masih belum mengerti dengan maksud ucapan pria disamping nya itu.
"Mereka sudah meninggal. Saat aku masih kecil."
Seketika Nayla langsung menutup mulutnya kaget "Eh, maaf aku tidak bermaksud. Aku benar benar tidak tahu," ucapnya merasa tak enak dengan Adit.
"Pulanglah, orang tuamu pasti mengkhawatirkan mu."
"Papahku juga sudah meninggal," lirih Nayla, kedua mata mereka bertemu saling pandang. Mata mereka sama sama menyiratkan rasa kepedihan.
Hingga tak lama kemudian Adit melepas kontak itu "Kamu sudah tidak memiliki keluarga?" tanyanya mencoba mencairkan suasana.
Nayla menggeleng "Aku masih mempunyai mamah. Setelah papah meninggal, mamah menikah lagi dan aku tidak suka keluarga ku yang sekarang. Aku membenci mereka."
"Kenapa?"
"Entahlah," jawab Nayla sekenanya, dia tidak ingin menceritakan tentang percintaannya yang menyedihkan.
"Apa karena ini kamu menjadi sosok yang introvert?" tebak Adit membuat Nayla langsung menoleh kearahnya.
"Apa karena ini juga kamu menjadi orang yang sangat dingin?" tanya gadis itu balik, keduanya kembali menatap satu sama lain. Mereka mempunyai masalah masing masing yang membuat sifat mereka berubah.
******
Sejak kejadian dimana mereka saling bertukar cerita, Adit jadi lebih sering masuk sekolah. Ah maksud nya mengikuti pelajaran, entah apa yang membuatnya seperti ini hanya saja dia tiba tiba ingin terus melihat Nayla.
"Loh Adit, kamu masuk?" tanya pak Hakim sedikit terkejut melihatnya mengikuti pelajarannya.
"Karena kamu jarang mengikuti pelajaran, jadi tolong majulah kedepan. Kerjakan semua soal di papan tulis."
Tanpa mengeluarkan suaranya Adit pun langsung maju kedepan. Menyelesaikan semua soal di papan tulis dengan cepat dan benar membuat seisi kelas menatapnya kagum tak terkecuali Nayla.
"Kamu murid pandai Adit. Bapak harap kamu akan terus mengikuti pelajaran."
Tak lama kemudian seorang staf sekolah datang memanggil Nayla untuk datang ke ruang BK sekarang.
"Nayla, kamu dipanggil bu dewi ke ruangan nya. Pergilah."
Nayla yang tidak tahu kenapa dipanggil pun hanya menurut dan langsung ikut staf Sekolah tadi.
"Oh Adit kamu bisa kembali ke bangkumu," ucap pak hakim karena Adit hanya berdiri diam menatap kepergian Nayla.
"Adit."
"Pak maaf saya izin ke toilet," ucap Adit dan langsung keluar dari kelas begitu saja untuk menyusul Nayla.
******"Permisi, bu dewi memanggil saya?" tanya Nayla saat sudah sampai diruang BK."Oh Nayla duduklah."
Didalam ruangan BK sudah ada salah satu murid yang sama sekali tidak Nayla kenali. Disana juga ada sepasang orang tua yang Nayla yakin orang tua murid itu.
"Jadi kamu yang namanya Nayla?"
"Iya tante, saya Nayla. Ada apa ya?"
"Jadi kamu yang membuat anak saya ketakutan sampai tidak ingin masuk sekolah?!!"
"Apa?"
"Maaf nyonya sebaiknya kita bicarakan baik baik. Nayla duduklah," sahut bu dewi.
"Nayla, apa kamu ada masalah dengan Nina? Beberapa hari yang lalu Nina mengadu jika dia tidak sengaja menabrak mu, dia sudah meminta maaf tapi kamu hanya diam dan berlalu pergi. Lalu setelah itu dia mengalami teror dan disurat teror itu ada inisial NP. Apa itu kamu? Nayla Putri?" tanya bu dewi membuat Nayla langsung terkejut.
"Saya tidak pernah melakukan itu bu."
"Cih mana ada penjahat mengaku !! Kamu tahu tidak gara gara kamu anak saya jadi tertekan. Mental nya down !!"
"Tapi saya benar benar tidak melakukan itu tante. Oh saya baru ingat, beberapa hari yang lalu memang ada yang menabrak saya tapi saya sama sekali tidak mempermasalahkan itu," Jelas Nayla.
"Bohong. Sudah jelas kamu yang melakukan itu semua!"
"Tante bisa tanyakan sendiri pada anak tante," kesal Nayla.
"Nina? Apa benar yang melakukan teror itu Nayla?" tanya u Dewi yang langsung mendapat anggukan dari Nina.
"Apa? Hei aku bahkan tidak mengenalmu!" teriak Nayla tak terima.
"Bu Dewi lihatlah dia bahkan berani meneriaki anak saya didepan orang tua nya!"
"Bu Dewi saya benar benar tidak tahu."
"Begini saja. Kita tidak bisa asal menuduh tanpa adanya bukti. Pihak sekolah akan mencari bukti pelaku dari teror itu jika benar Nayla pelakunya saya akan memberi hukuman yang setimpal."
"Baiklah. Kalau begitu kami permisi. Nina ayo," ucap orang tua nina yang langsung membawa anaknya untuk pergi.PLAK!! Nayla menyentuh pipi nya yang memerah akibat tamparan keras yang di layangkan ibunya tepat di wajah mulus nya. Beberapa jam yang lalu dirinya kembali dituduh melakukan pembullyan hingga membuat salah seorang siswa disekolah nya mengakhiri hidup nya. Kalian ingat dengan Nina kan? Yang tempo hari mengaku di teror oleh Nayla? Beberapa hari setelah pengakuan itu, tadi pagi sekolah digemparkan dengan kabar Nina yang melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di sungai. Semua orang menuduh Nayla sebagai penyebab kematian Nina karena mereka mengira Nima bunuh diri akibat tidak tahan dengan teror dari Nayla. "Ibu benar-benar tidak menyangka kamu seperti ini nay, Ibu kecewa denganmu!" Detik berikutnya tamparan kedua kembali melayang di wajah mulus Nayla membuat dirinya sekarang mejadi pusat perhatian seisi sekolah, banyak siswa yang mengintip dari jendela ruangan bu Dewi. "Apa salah Ibu Na
Selama beberapa hari ini Nayla tinggal dirumah lama nya, beruntung dia masih menyimpan kunci rumah lamanya jadi setidaknya dia tidak akan luntang-lantung di jalanan. Namun aneh nya saat dia pulang hari ini terlihat lampu dirumahnya menyala padahal setahunya dia tidak pernah menyalakan lampu. Karena takut jika itu maling gadis itu pun langsung berlari menuju rumah nya. "Oh anda siapa?" tanya nya pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah nya. "Saya pemilik rumah ini. kamu siapa?" "Apa? Tapi ini rumah saya Tante." "Pemilik rumah ini sudah menjual nya pada saya tadi siang." ,,,,,,,,,,,,, Nayla membuka pintu rumah ayah tirinya dengan sangat kencang, bahkan penghuni rumah yang sedang makan malam itipun langsung menoleh kearahnya. "Nay kamu pulang?" tanya tuan Wijaya dengan senyum senang nya Melihat putrinya k
Nayla mulai menggeliat dalam tidur nya, badannya terasa sangat sakit karena semalaman tidur diatas kasur lipat yang sangat tipis. Saat matanya terbuka, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Adit yang sedang bersiap-siap entah mau kemana karena ini hari minggu dan sekolah libur. "Kamu sudah bangun? Hmm aku harus pergi ada urusan mungkin pulang malam. Kalau kamu mau pergi sebaiknya nanti malam saja setelah aku pulang," Ujar Adit sambil memasukkan beberapa bungkus coklat kedalam tas nya. "Aku mau ke suatu tempat yang harus aku kunjungi. Jauh dari kota Jakarta," lanjut nya seolah tahu isi pikiran Nayla yang ingin bertanya namun ragu. "Aku boleh ikut?" ,,,,,,,,,,, "Kak, bukankah seharusnya aku pergi saja? Nayla pasti pergi karenaku sampai membuat Tante sakit," lirih Michelle saat melihat dokter pribadi keluarga Wijaya baru saja selesai memerik
"Kak, ayo kita makan malam bersama. Ibu panti dan yang lainnya sudah menunggu," Ujar Putri pada Nayla yang sedang duduk termenung sendirian di taman panti. "Putri, Ayo kita tinggalkan saja dia kalau tidak mau," suara teriakan Chiko membuat Nayla langsung menoleh kearah bocah kecil yang berdiri di teras panti itu. "Tidak usah didengar, Kak. dia memang suka begitu. Ayo." "Putri duluan saja. Kakak masih ingin disini , didalam sedikit gerah," Balas Nayla. "Yasudah kalau begitu aku masuk ya, Kak," Nayla sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Putri dan Chiko berjalan bersama masuk kedalam panti. Tadi siang mereka masih bertengkar tapi sekarang tiba tiba sudah akrab. "Putri yang introvert saja bisa berubah kenapa aku tidak ? Bahkan dia masih kecil, tapi sudah berani mengambil langkah lebih baik," gumam nya kembali mendongakkan kepalanya keatas. Mamandang bintang yang berlomba mengerlipkan cahayanya terangnya. Su
Nayla diam merenung memikirkan obrolannya dengan Bu Andara beberapa jam yang lalu. "Kamu tidak ingin kembali sekolah, Nay? Bukan maksud Ibu tidak suka kamu tinggal disini, Ibu sangat senang kamu tinggal disini. tapi keluargamu pasti khawatir mencarimu dan juga bukankah sebentar lagi ujian kelulusan sekolah ? Kamu tidak ingin lulus ?" Itulah kurang lebih yang Bu Andara tanyakan padanya tadi. Sudah hampir 1 minggu Nayla tinggal di panti asuhan ini. Gadis itu merasa sangat senang, semua yang tidak pernah dia dapatkan dikeluarganya dapat ia dapatkan disini, terutama kasih sayang. Bu Andara sangat menyayangi nya, bahkan Putri yang awalnya tertutup bisa sangat terbuka dan dekat dengannya apalagi Chiko. "Kak." Suara panggilan itu membuat Nayla langsung menoleh. Putri, Gadis kecil yang selama beberapa hari ini tidur dengannya terlihat mulai terbangun. "Kakak tidak tidur?" Tanya nya dengan mata yang m
Bruk !!! Tubuh Monika terdorong begitu keras hingga punggung nya membentur tembok. Dinda, Nanda dan putri menarik rambutnya secara bergantian, tak hanya itu tubuh nya bahkan sudah penuh dengan bau busuk akibat siraman air kotor. "Cihh anak koruptor sepertimu hanya akan mengotori sekolahan ini," ucap Dinda setelah menjambak rambut Monika hingga membuatnya meringis kesakitan. "Seharusnya kamu ikut menekam dipenjara bersama ayahmu. Benar benar memalukan!!" sahut putri. "Nanda mana gunting nya?" Nanda mengeluarkan gunting yang sudah ia bawa sejak tadi "Biar aku saja yang menggunting rambutnya," ucap nya dengan senyum seringai membuat Monika ketakutan. "Jadi, gaya rambut apa yang kamu inginkan Monika Bramanta?" "Tidak, aku mohon jangan," tangis Monika mulai pecah begitu Nanda mendekat kearahnya. "Sudah
Adit dan Nayla lengkap dengan pakaian serba hitamnya kembali menyelusup masuk kesekolah. Mereka akan mencari lagi bukti tentang kematian Nina.Adit menahan tangan Nayla yang sudah ingin masuk kedalam ruang guru "ada cctv," ucap pria itu pelan sambil melirik kearah cctv di atasnya."Tunggu disini, jangan kemana mana sampai aku kembali. Aku harus mematikan saluran listrik agar semua cctv mati."Setelah keadaan mulai aman, mereka berdua mulai masuk kedalam ruangan guru. Memeriksa satu persatu laci dengan dibantu senter yang sudah Adit bawa dari rumah nya tadi. Sejujurnya Nayla sedikit aneh dengan Adit, kenapa dia terkesan sangat ahli dalam hal semacam ini? Bahkan dia seakan sudah menyiapkan ini semua sebelum nya."Aku tidak menemukan apapun. Bagaimana denganmu?" tanya Adit menghampiri sosok Nayla yang berdiri didepan meja wali kelas nya."Tidak ada apa apa," j
Nayla dan Adit duduk saling diam dalam suasana canggung. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing atau hanya berpura pura sibuk? Entahlah yang jelas kejadian beberapa menit yang lalu benar benar membuat suasana sangat canggung.Keadaan yang benar benar memalukan bagi keduanya. Bagaimana tidak, tadi awalnya semuanya terlihat biasa saja. Mereka menonton acara tv bersama hingga acara tv itu selesai. Adit yang tidak menyukai acara tv setelahnya itu mencoba mengganti saluran tv namun sepertinya Nayla keberatan dengan acara tv yang Adit pilih hingga tanpa permisi Nayla mengganti saluran tv itu lagi membuat Adit kesal. Mereka terlihat adu rebut remot. Adit yang merasa lebih tinggi dari Nayla itu pun berdiri dan mengangkat remotnya setinggi mungkin agar Nayla tidak sampai meraihnya. Nayla tidak tinggal diam, dia terus berusaha merebut remot tv dari tangan Adit dengan cara menaiki meja kecil. Karena tidak memperhatikan pijakan kaki nya Nayla tergeli