Share

Aku Ini Bosmu

      "Apa? Ketiduran? Kau pikir aku membawamu ke rumahku dan memberikan kamu makan gratis hanya untuk santai-santai? Begitu?" bentak tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana sedang duduk santai di atas sofa dan tengah menonton televisi. 

    

          "Maaf, tuan. Saya tau tuan tidak memberikan saya makan dan tinggal disini hanya untuk tidur. Saya tau saya harus bekerja. Tapi, tubuh saya memang lemas. Jadi, bolehkah saya istirahat dulu. Siapa tau rasa lemasku bisa hilang, setelah istirahat. " pungkas Kirana dengan nada memohon. Meski, Kirana tau mata tuan Adam tengah menatap tajam Kirana. 

      "Ah, alasan saja kamu! Jangan-jangan, kamu cuma berpura-pura lemas, ya. Supaya saya tidak menyuruhmu bekerja, bukan? Supaya kamu bisa santai berbaring di tempat tidur seharian. Dan tidak aku ganggu, iya kan? Atau nanti setelah aku pergi. Kau malah ngobrol di telepon dengan pacarmu atau mungkin temanmu. Betul kan? " hardik tuan Adam kesal. Matanya melotot tajam menatap dalam ke arah Kirana. 

          Kirana hanya menunduk ketakutan. Ia tidak berani memandang tuan Adam. Mulutnya ingin mengutarakan protes pada tuan berhati iblis itu. Namun, mata tuan Adam yang tengah menatapnya tajam. Tak sedikitpun berpaling. Kirana jadi salah tingkah dibuatnya. 

            "Benar-benar bos yang tidak berkeprikemanusiaan!" batin Kirana dalam hati. "Masa pembantunya sakit saja tidak boleh istirahat meski hanya sebentar saja," gumam Kirana pelan. 

         "Eh, kamu itu kalo bicara jangan dibelakang orangnya. Bicara di depan. Kamu nggak senang aku marahin kamu dan juga larang kamu untuk santai. Hah?"maki tuan Adam kesal. Wajah tuan Adam memerah karena menahan amarah. 

           

      "Tapi, tuan aku benar sedang sakit. Aku tidak bohong, tuan" protes Kirana lagi pelan. Setengah memohon. Namun, tetap saja tuan Adam tak memberikan sedikit belas kasihan pada Kirana. Tidak peduli apapun yang Kirana alami. Kirana tetap harus bekerja. 

          

       "Aku tidak peduli apapun alasanmu. Kamu tetap harus bekerja! Dan, jangan berani membantahku! Aku ini bosmu! Atau kau mau kupecat dan membayar 2x lipat padaku! Kenapa kau yang mengaturku" hardik tuan Adam kesal.

         Sebenarnya, tuan Adam kasihan dengan Kirana. Tapi, tuan Adam tetap harus berlaku keras pada Kirana.  Semata-mata hanya supaya Kirana punya tanggung jawab. 

          "Apa? 2xlipat tuan? Itu namanya pemerasan tuan! Ini tidak ada di surat kontrak  yang kemarin aku stempel. Kenapa sekarang ada syarat seperti itu? Tuan sengaja ya, memeras aku supaya aku terus bekerja di rumah tuan sampai aku tua. "protes Kirana lagi, kesal. Kirana memasang wajah cemberut. 

"Jangan pasang wajah seperti itu, jelek tau! Kau lebih mirip makhluk hijau berlumut daripada seorang gadis kecil." ejek tuan Adam jengkel. 

       "Biar aja, wajahku ini. Bukan wajah tuan yang cemberut. Kalo wajah tuan mungkin....," Kirana memutus ucapannya sesaat karena ragu. 

    "Apa? Kalo wajahku mungkin apa? Kau ini memang ingin mengejekku saja kan?" sembur tuan Adam kesal. 

      "Aku tidak ingin mengejek tuan. Tuan saja yang menuduh aku. Aku ini tidak seperti tuan yang punya hobi marah-marah. Nanti, cepet tua loh tuan!" ujar Kirana kesal. 

      

       "Itu memang tidak ada disurat itu. Tapi, aku kan bosmu. Aku yang berhak menambahkan syarat-syarat itu. Aku hanya menambahkan yang menguntungkanku 

Bukan yang menguntungkan. Apa aku harus melapor padamu setiap aku menambahkan syarat-syarat itu? " pungkas tuan Adam semakin jengkel. 

      Tuan yang satu ini benar-benar menyebalkan. Seenaknya saja dia menambahkan syarat-syarat yang hanya menguntungkan dia. Dan merugikan aku. 

     "Dasar tuan curang! Mana bisa tuan seenaknya begitu menambahkan point yang hanya menguntungkan tuan dan merugikan aku." protes Kirana kesal. Rasanya, Kirana ingin merobek kertas itu menjadi seepihan kecil. Sampai tuan Adam tidak bisa mengambilnya kembali. 

        "Sudah sana kerja, itu piring belum kamu cuci. Pakaian juga belum kamu setrika!Mau sampai kapan kamu protes di depanku?" tanya tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana masih memasang wajah cemberut. 

        "Baik, tuan akan saya kerjakan." jawab Kirana pelan. Meski wajahnya masih di tekuk dan mulutnya masih komat-kamit menyuarakan protes sekaligus juga sumpah serapah untuk tuan Adam. 

        Baru saja ia berdiri tubuhnya sudah oleng dan ia terjatuh. Sekelilingnya menjadi gelap. Keringat dingin mengalir membasahi wajah Kirana. Dan Kirana pun tak sadarkan diri. Bahkan kakinya saja sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya. Kirana terjatuh ke lantai. Namun sebelum Kirana jatuh menyentuh lantai. Kedua tangan kekar milik tuan Adam dengan sigap menangkap tubuh kecil milik Kirana. Dan Kirana pun ada dalam dekapan tuan Adam. 

        "Tuan, sepertinya nona ini benar - benar sakit! Tubuhnya panas. Ia demam, tuan." ucap pria berotot itu. 

          Tuan Adam segera memegang kening Kirana. Rasa hangat berbaur dengan keringat dingin Kirana membasahi tangan tuan Adam. 

       Tuan Adam bergegas menggendong tubuh kecil Kirana masuk ke dalam kamar tidurnya. Di baringkannya tubuh Kirana di atasnya. Tuan Adam menyapu kening Kirana dengan sapu tangan miliknya. 

          "Cepat panggilkan dokter ke sini! Supaya dia bisa segera diperiksa." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. 

          "Baik, tuan. Segera saya panggilan dokter ke sini." sahut pria berotot itu segera bergegas keluar. "Sepertinya, tuan Adam suka dengan gadis itu. Cara tuan Adam memperlakukan gadis itu berbeda dari caranya memperlakukan gadis-gadis sebelumnya." batin pria berotot itu yang di panggil Alex. Sambil tersenyum manis. 

        "Huh! Menyusahkan sekali gadis ini!" tuan Adam segera mencuci tangannya yang lengket terkena keringat Kirana. 

        "Kecil tapi berat juga gadis kecil ini." batin tuan Adam dalam hati. Tubuh Kirana memang kecil tapi terasa berat ketika tuan Adam menggendongnya menuju ke kamarnya. 

          Tok! Tok! 

        "Tuan, ini saya Alex. Saya sudah membawa dr Andi bersama saya." ucap Alex, pria berotot itu pelan. "Apa saya boleh masuk?" tanya Alex lagi hati-hati. 

        "Silahkan masuk." sahut tuan Adam ketus. 

        Dokter Andi pun segera memeriksa  kondisi  Kirana dengan teliti. 

        "Bagaimana kondisinya?" tanya tuan Adam ketus sekaligus penasaran. Karena tuan Adam melihat Dokter Andi hanya menggunakan stetoskopnya. Tuan Adam curiga jangan-jangan dokter Andi tidak tahu Kirana menderita penyakit apa. 

          "Dasar tidak kompeten!" batin tuan Adam dalam hati. 

        "Tidak apa-apa. Tidak ada yang serius. Gadis ini hanya kelelahan. Hanya perlu istirahat saja, besok juga pulih. Ini saya kasih Vitamin saja. Kasih dia minum 3 x sehari agar cepat sembuh." ujar dr Andi panjang. Tuan Adam hanya mengangguk pelan. 

          "Tunggu! Tapi, kenapa tubuhnya panas? Apa dia demam? Kalo dia kelelahan saja tidak mungkin demam, kan?" tanya tuan Adam lagi. 

         "Oh, demam. Tapi, dari hasil pemeriksaan saya. Gadis ini tidak menderita penyakit apapun. Dia hanya kelelahan saja. Mungkin saja, dia tidak terbiasa bekerja keras. Dan, sekali dia bekerja keras maka akan jadi seperti ini. Tubuhnya ambruk." tutur dokter Andi panjang. 

          "Baik, saya mengerti. Kalau sudah selesai silahkan Anda pergi dokter." usir tuan Adam kesal. 

        "Baik, tuan. Kalo begitu saya permisi dulu." sahut dr Andi sopan. 

       "Apa karena aku gadis ini jatuh sakit? Apa aku terlalu memaksa gadis ini untuk terus bekerja? Kalau saja, tadi aku mendengar keluhannya. Kalau tubuhnya lemas mungkin tidak akan jadi seperti ini," gumam tuan Adam pelan. 

         Tuan Adam pun memijat pelipisnya. Pusing. Semalaman, tuan Adam berjaga di dalam kamar Kirana. Tuan Adam kuatir Kirana akan mengigau atau mungkin Kirana akan demam lagi dan semakin tinggi. 

       

        "Huh! Gadis ini benar-benar menyusahkan saja. Bukannya, dia yang mengurusku. Malah aku yang mengurus dia. Sekarang, sudah tampak aku yang pembantu dan dia bos nya. 

       Alex, tolong Ambil kan sedikit nasi beserta lauknya. Dan bawa ke sini. Gadis ini harus makan walau sedikit." perintah tuan Adam pada Alex anak buahnya. 

     " Tapi, tuan gadis ini kan, belum siluman? Bagaimana mungkin tuan mau memberinya makan? Apa tuan akan memaksa gadis ini untuk makan. Meskipun, dia belum siluman. Sebaiknya, tuan jangan coba-coba menyuapi gadis ini saat dia belum siuman seperti ini. Nanti dia bisa tewas karena tersedak. "ujar Alex panjang. 

     " Kau bisa diam atau tidak? Atau aku perlu menutup mulutmu dengan kain kotor supaya kau diam. Atau kau yang mau kubuat tewas tersedak? Atau mungkin kau sudah bosan bekerja denganku dan minta di pecat? Baik, aku dengan senang hati akan memecatmu sekarang juga! hardik tuan Adam jengkel. 

       "Tidak, tuan! Maafkan, saya. Baiklah, saya akan bawakan nasi ya. Tapi, tolong jangan pecat saya, ya? Bukankah saya ini pengawal tuan yang paling bisa di andalkan daripada yang lain?" rayu Alex manis. 

        "Oh, ternyata kau takut juga yah  dengan ancamanku. Ya, sudah kali ini aku ampun kau. Sudah sana, cepat ambil kan nasi beserta lauknya itu." perintah tuan Adam tak sabar. 

      "Baik, tuan. Akan segera saya ambilkan."sahut Alex anak buah andalannya itu. Segera bergegas menuju meja makan sebelum tuan Adam marah-marah lagi. 

          "Tuan, sepertinya kuatir sekali dengan gadis ini. Sampai semalaman tuan Adam menjaga gadis itu. Tuan takut gadis itu demam atau mengigau. Cara tuan memperlakukan gadis ini meski kesal tapi berbeda. Tuan kini penuh cinta. Itu tak bisa di sembunyikan lagi. Meskipun Tuan berusaha menyembunyikannya dari gadis itu juga dariku. 

     

        "Hmm..gadis ini sangat cantik kalo diperhatikan dari dekat. Bibirnya yang mungil, kulitnya juga putih bersih."batin tuan Adam dalam hati. 

      "Eh, apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa aku malah melantur. Memikirkan sesuatu yang tidak penting." batin tuan Adam dalam hati. 

        Tok! Tok! 

      

       "Tuan ini saya Alex. Ini saya sudah membawa  makanannya." ujar Alex sambil menyerahkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya. 

        "Baik, terima kasih." sahut tuan Adam lagi. "Letakkan saja diatas meja itu! Dan, kau boleh pergi." usir tuan Adam kesal. 

          "Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Alex pada tuan Adam dengan sopan. Sambil sesekali melirik tuan Adam dan gadis itu bergantian. 

          "Tidak!" jawab tuan Adam singkat. "Tunggu saja diluar! Nanti, kalau aku butuh bantuanmu baru akan kupanggil kau." ujar tuan Adam kesal. 

      "Baik, kalau begitu saya permisi dulu tuan Adam," pamit Alex pada tuan Adam. Alex pun mundur ke belakang dan menutup pintu kamar Kirana dengan pelan 

      Tuan Adam hanya mengangguk pelan. 

      

      "Astaga! Apa yang aku pikirkan sebenarnya? Aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Dia hanya pembantuku bukan kekasihku. Kekasihku hanya satu Vania. 

      Vania, dimana kamu sebenarnya? Kenapa kamu pergi meninggalkanku? Karena kamu, aku jadi pria berhati iblis. Apa aku tidak cukup tampan untuk menjadi kekasihku? Aku menutup pintu hatiku selama 4 tahun untuk semua cinta. Tidak sedikit gadis-gadis diluar sana yang menyatakan cinta padaku namun pada akhirnya mereka lari ketakutan karena hati iblisku. Rumor itu menyebar begitu saja."batin tuan Adam dalam hati. 

        "Apa kau masih mengingatku Vania? Aku sungguh kehilangan dirimu," gumam tuan Adam pelan. 

       

       Tuan Adam pun menyendok satu suapan nasi dan menyuapi gadis itu sedikit demi sedikit. 

        "Aku tidak ingin makan, tuan. Mulutku pahit. Sayur nya jadi terasa hambar." tolak Kirana. 

        "Tapi, kau tetap harus makan. Karena kau harus minum vitamin. Tadi, aku sudah memanggil dokter dan memeriksamu. Kata dokter, kau kelelahan. Jadi, cepat makan jangan cerewet kau!" bentak tuan Adam kesal. Ia segera menyuapi nasi itu ke dalam mulut kecil Kirana. 

      "Pelan-pelan, tuan. Sedikit saja. Mulutku kecil tidak bisa menampung nasi dan sayur itu dalam jumlah yang banyak. Bisa-bisa, aku mati tersedak nantinya." sungut Kirana kesal. 

      "Dasar cerewet kamu! Sudah bagus aku suapi kamu." maki tuan Adam kesal. 

        "Tidak ada meminta pada tuan untuk menyuapiku. Sini aku yang makan sendiri saja!" ucap Kirana kesal. 

Kirana segera merebut piring itu dari tangan tuan Adam. 

        Mata tuan Adam melotot tajam ke arah Kirana. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk menarik piring itu dari tangan tuan Adam. 

          "Baiklah tuan saja yang menyuapiku." ujar Kirana pelan. 

        "Oh, jadi sekarang kau sudah berani memerintahku? Aku ini bosmu! Bukan kau tapi aku!" ucap tuan Adam dengan nada menyindir. 

      "Maaf, tuan saya tidak mungkin berani memerintah tuan. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Hanya itu tuan. Benar, saya tidak ada maksud untuk memerintah tuan kok." pungkas Kirana. 

        

          ".Sudah! Sudah! Cepat kau habiskan saja makanmu. Aku masih banyak pekerjaan. Pekerjaanku  bukan hanya untuk mengurusmu saja." ujar tuan Adam tak sabar. 

      "Baik, tuan ini juga sudah cepat. Aku tidak bisa makan lebih cepat lagi. Nanti tersedak." ucap Kirana kesal. 

       

        Tiba-tiba rasa mual menderanya. Dan, parahnya Kirana tidak sempat lari ke toilet. 

         Huek! 

          Kirana mengeluarkan semua isi perutnya bahkan menyemburkan makanan dari mulutnya itu tepat ke baju tuan Adam. Sontak tuan Adam marah dan menutup hidungnya dengan kedua tangannya. 

        Tuan Adam segera berlari keluar dan menuju kamar mandi di kamarnya. Dan mandi. 

      "Dasar brengsek! Beraninya gadis kecil ini menyemburkan isi mulutnya ke bajuku yang mahal ini! Awas saja dia! Akan ku potong gajinya." maki tuan Adam kesal. 

      Setelah selesai membersihkan seluruh tubuhnya. Tuan Adam pun kembali ke kamar Kirana. 

                         

    "Hei, gadis kecil! Cepat bersihkan lantai itu. Bau sekali disini! Awas kalau tidak bersih akan kupotong gajimu 2x lipat." hardik tuan Adam kesal. 

         "Baik, tuan. Akan segera saya bersihkan." sahut Kirana pelan. Memang, sulit bekerja dengan pria kaya seperti tuan Adam suka memerintahkan seenaknya saja. 

                   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status