Share

Contract With The Devil's man
Contract With The Devil's man
Penulis: Veera

Mimpi Kirana

        Brukk!!

      "Aduh, sakit!" jerit Kirana sambil meringis kesakitan.Kirana mengusap sikutnya yang memerah. 

      "Hei, kalo jalan lihat ke depan, dong!" sembur Kirana kesal. Ia meniup pelan luka di sikutnya itu. Kirana tidak tahu siapa yang telah menabraknya. Kirana terlalu fokus pada luka di sikutnya. Tiba-tiba, di hadapannya ada sebuah bayangan gelap menutupi tubuh mungilnya. Kirana ketakutan. Dan terkejut. Dengan ketakutan yang tidak ada duanya Kirana memberanikan diri untuk menatap siapa gerangan orang yang tengah berdiri di hadapannya. 

         "Apa dia itu hantu atau orang? Tapi, kenapa tinggi besar?" batin Kirana dalam hati. 

       "Hei, anak kecil! Beraninya kamu memakiku? Apa kamu tidak tau siapa aku? Selama ini belum pernah ada orang yang berani memarahiku. Apalagi anak kecil sepertimu!" hardik pria tampan itu tak mau kalah. Sambil memasang wajah kesal. 

       Baru saja, Kirana ingin membuka mulutnya dan memaki kembali pria itu.

     "Heh, kau ini pria yang tidak sopan yah? Sudah nabrak orang bukannya minta maaf malah marah-marah. Harusnya aku yang marah karena aku yang terluka. Aku tidak peduli siapa kamu. Mau kamu itu tuan muda atau presiden sekalipun aku tidak peduli! Salah tetap saja salah. Dan harus minta maaf! "maki Kirana kesal. 

Namun, pria itu sudah menghilang dari hadapannya. Hilang lenyap seperti di telan angin. Kirana hanya bisa bengong, tidak percaya. Kirana pun mencari, menatap sekelilingnya untuk mencari dimana pria itu bersembunyi. Namun, nihil. Mata Kirana sudah lelah dan lehernya sudah pegal karena beberapa kali menoleh, mencari sosok pria tinggi yang bahkan tidak jelas wajahnya. 

       "Ah, dasar brengsek! Kemana pria itu pergi? Apa dia takut aku minta uang ganti rugi karena sudah membuat sikutku yang putih mulus ini jadi terluka? Lalu, diam-diam dia menghilang. Lari, bersembunyi sebelum aku menyadarinya. Dasar cowok licik!" batin Kirana dalam hati. 

      Kirana pun sangat kesal dan hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya di tanah." Dasar cowok brengsek! Kalo sampai ketemu lagi aku tidak akan memaafkannya. Aku akan menuntut ganti rugi padanya. Ke ujung dunia pun akan ku kejar pria itu," gumam Kirana kesal. 

      "Awas, saja kalau ketemu lagi pria itu! Aku akan membuat perhitungan padanya." pungkas Kirana geram. 

      "Hei! Kenapa kau masih pagi sudah marah-marah begitu? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Edward tiba-tiba. 

       "Ah, kau ini bikin aku kaget saja! Kupikir pria yang tadi. Baru saja akan ku hajar kau. Untung kau belum kuhajar. Kalau tidak wajah tampanmu itu aku jamin pasti akan babak belur tidak tampan lagi." ucap Kirana kesal. 

          "Ah, kau ini Kirana kau kesal dengan pria lain tapi jangan wajahku kau jadikan taruhan, dong!" ujar Edward sambil mengusap wajah tampannya. Edward pun bergidik ngeri membayangkan wajah tampannya akan babak belur di tangan Kirana. 

         "Sudah, aku lebih baik pulang saja. Terlalu lama mengobrol denganmu, nanti kedua orangtuaku akan bingung mencariku." ujar Kirana sambil berjalan pulang menuju rumahnya. 

        

       Kirana pun, berjalan pulang dengan wajah cemberut. Dan, mendapati semua anggota keluarganya  tengah berkumpul di meja makan. Tepat sekali, waktunya karena cacing di perut Kirana sudah demo dari sejak tadi. Menuntut minta diisi sesuatu yang mengenyangkan. 

       "Astaga! Kirana kotor sekali kau. Apa kau habis berkelahi dengan orang? Bajumu kotor. Dan, coba lihat itu sikutmu! Sikutmu berdarah. Pasti tidak salah lagi kau tadi berkelahi dengan orang kan? Sampai kapan kau akan terus berkelahi? Kirana, kau ini anak perempuan bukan laki-laki. Jadi, tidak perlu berkelahi dengan orang.Pergi mandi sana! Lalu, baru makan. "perintah ibu Kirana jengkel. Kedua saudaranya pun memandang Kirana dengan tatapan jijik sekaligus juga merendahkan. 

     Bau harum  masakan membuat Kirana tidak tahan untuk tidak ikut duduk di meja makan. Baru saja, Kirana menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi makan. Tapi, tiba-tiba ibunya menjewer telinga Kirana dengan keras. 

      "Mandi dulu sana! Tubuhku kotor dan bau. Kamu membuat selera makan kami hilang." perintah ibu jengkel. 

          "Auww! Sakit bu! Tolong lepaskan dulu telingaku. Iya, aku akan pergi mandi." sahut Kirana sambil meringis kesakitan. Dan, mengusap telinganya yang meninggalkan bekas kemerahan. 

        "Makanya, kamu itu nurut kalo dikasih tau orang dewasa. Kalo ibu suruh mandi ya, mandi sana! Terus, jangan lupa cuci tanganmu yang bersih. Setelah itu, baru kamu boleh duduk di sini untuk makan bersama kami. Kalo tidak bersih, kau akan makan di gudang bersama para tikus kotor itu. "hardik ibu kesal. 

     "Iya, iya, iya, aku akan mandi dan mencuci tanganku hingga tidak ada lagi noda tanah yang ibu temukan." sungut Kirana kesal. Sambil memasang wajah cemberut. 

     "Sudah sana, mandi dan cuci tanganmu dulu! Tanganmu itu kotor. Berdarah lagi. Cepat, bersihkan dulu sana!" perintah ibu pada Kirana. 

       "Anak itu, ibu benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengasuhnya. Kirana sangat sulit di atur. Kirana lebih suka kebebasan dan Kirana itu tomboy seperti laki-laki. Dan, Kirana juga punya hobi yang tidak biasa yaitu, berkelahi." tutur ibu sambil menarik napas pendek. 

      Dengan kesal, Kirana pun segera membersihkan luka sekaligus tangannya dan mandi sampai bersih. . Kirana meringis kesakitan saat butiran air beradu pada kulit sikutnya yang tergores. Rasanya sangat perih. 

        "Aduh, sakit banget! Padahal, luka ini hanya goresan aspal saja. Tapi, kenapa bisa sangat sakit?" batin Kirana dalam hati. 

       Siraman air demi air. Membuat semua beban di pundak Kirana terasa lebih ringan. Kirana kembali teringat mimpinya untuk menikah dengan pria kaya. Kirana harus mewujudkannya. Kalo perlu, Kirana akan keliling dunia mencari pria tampan dan kaya yang akan Kirana jadikan suaminya nanti. Kirana tersenyum sendiri. Hanya membayangkannya saja sudah sangat membuatnya senang. Apalagi kalau mimpi itu menjadi kenyataan. Mungkin Kirana akan menjadi wanita paling beruntung. 

     Tok! Tok! 

     "Kirana! Kirana! Apa kau belum selesai mandinya? Ibu menunggu kau di meja makan. Cepatlah, Kirana! Kami sudah lapar. Gara-gara, kau kami tidak boleh makan lebih dulu. Kami harus menunggumu. Memangnya, kau ini siapa? Kau hanya adik yang selalu menyusahkan."maki Violet, kakak tertua Kirana yang memang sejak lama sudah membenci Kirana. 

       "Sudah, bersih.",ucap Kirana singkat. "Sebentar, kak. Aku hampir selesai." sahut Kirana pelan. 

       Kirana pun cepat-cepat mengeringkan tubuhnya dan memakai bajunya. Lalu, keluar kamarnya. Di depan pintu kamarnya, Violet sedang berdiri dengan wajah kesal. 

       "Kau ini, mandi atau tidur sih? Aku sudah daritadi teriak memanggilmu sampai suaraku serak dan tenggorokanku sakit. Kau tidak mendengar juga. Baru aku akan melapor pada ayah kalau kau tidak mendengarku. Dan aku, akan meminta ayah untuk mendobrak pintu kamarmu jika kau tidak menjawab lagi. "maki Violet jengkel. 

        "Maafkan, aku kak. Tadi, aku terlalu asik mandi. Sampai aku tidak mendengar teriakanmu. Sekarang, ayo kita makan. Katanya, kakak sudah lapar." sindir ku jengkel. 

     "Kau ini, memang yang paling pintar merusak suasana hati orang lain." sindir Violet. Kirana hanya Dian membisu. Kirana tak pernah ambil pusing dengan perkataan kasar yang kerap dilontarkan Violet, pada dirinya. Tak terasa, mereka pun tiba di meja makan. 

      "Menu hari ini, sayur kacang lagi? Setiap hari sayur kacang terus. Apa tidak ada yang lain? Apa kalian tidak bosan?" gerutu Kirana bosan. Melihat sayur kacang dengan semangkok nasi yang tersaji di depannya. Rasanya perut Kirana enggan untuk menampung sayur kacang itu lagi. 

      "Sudah bagus masih bisa makan, kamu! Kalau kamu mau makan enak menikahlah dengan pria kaya, sana!" sahut ibu kesal. 

      "Baik, aku akan menikah dengan pria kaya yang hartanya tidak akan habis untuk tujuh turunan. Jadi, aku tidak akan makan nasi dan sayur kacang lagi." pungkas Kirana santai sambil memasukkan suapan demi suapan nasi ke dalam mulutnya yang kecil. Meskipun begitu, Kirana tetap memakannya karena perutnya yang menuntutnya minta diisi atau Kirana tidak bisa tidur nantinya. 

        "Dasar pemimpi!" ejek Violet sambil tertawa mengejek. Menurut, Violet mimpi itu tidak masuk diakal. 

        "Mana mungkin gadis miskin seperti dia akan menikahi pria kaya. Kalo pun iya, itu hanya seorang pria bodoh. Aku jamin, pria itu pasti akan pergi meninggalkanmu Kirana jala pria itu tau kau ini berasal dari keluarga seperti apa?" batin Violet dalam hati. 

. "Biar saja, daripada kau pemalas." balas Kirana. 

        "Sudah, sudah kalian berdua ini bertengkar terus! Habiskan makanan kamu, Kirana dan langsung mandi sana. Tubuhmu sudah bau busuk itu. Membuat ibu mual jadinya." ujar ibu sambil menutup hidungnya dengan kedua jarinya. 

      Tanpa bicara lagi, Kirana pun menghabiskan makanannya dengan cepat. Lalu, menuju kamarnya. 

        ****

  " Cepat, kau cari gadis kecil itu! Aku tidak akan pernah memaafkan gadis kecil yang telah menabrak ku itu. Aku harus memberinya pelajaran padanya supaya dia tahu siapa pria yang sudah ditabrak dan di makinya itu."perintah pria tampan itu yang dikenal sebagai tuan Adam. 

        "Baik, tuan kami akan segera mencarinya." jawab salah satu pria berotot itu. 

    "Cari sampai ketemu dan bawa kehadapanku! Meski harus ke ujung dunia sekalipun aku tidak peduli. Aku ingin kalian temukan gadis itu!" perintah Adam dengan wajah dingin seperti bukit es. 

      Tuan Adam adalah pria tampan dan kaya raya. Namun, dibalik wajah tampannya hatinya seperti iblis. Tuan Adam tidak akan pernah memaafkan orang yang bersalah padanya. 

       ****

    " Hei, kamu tau tidak kalo pacarku kemarin Memberikanku hadiah kalung mahal ini. Katanya pacarku membelinya di luar negeri. Kalung dengan hiasan butiran berlian." ujar Esti sombong. 

        "Pacarku juga mengajak aku naik kapal pesiarnya kemarin. Wah, asik deh!" sahut Catrine tak mau kalah.

      "Kalo kau Kirana gimana?" tanya Catrine lagi. 

        Ah, kau ini. Kalo Kirana tidak usah ditanya. Sudah pasti jawabannya belum punya pacar. Lagi pula, mana ada cowok yang mau mempunyai pacar seperti dia. Seorang

gadis miskin." ejek Esti. 

        "Nanti, aku akan mempunyai pacar yang lebih tampan dan kaya daripada kalian. Lihat saja, nanti!" pungkas Kirana dengan mimpinya di siang bolong. 

          "Ah, kau ini Kirana. Sepertinya, kau terlalu banyak berkhayal, ya. Mana mungkin, ada pria yang bersedia menjadi pacarmu. Kau hanya gadis miskin yang terlalu banyak berkhayal." ejek Esti lagi. 

       

      "Sepertinya, otakmu perlu diperiksa ke dokter, Kirana. Mungkin ada saraf yang tidak pada tempatnya. Jadi, kau tidak waras. Atau kau terlalu banyak baca buku dongeng. 

     

        Bermimpi suatu saat ada pangeran tampan berkuda putih yang suatu hari nanti akan datang menolongmu keluar dari kemiskinan. "sindir Catrine dengan sinis. 

      "Aku lelah. Sangat lelah hari ini. Aku mau pulang dulu, ya. Aku sibuk dan tidak ada waktu untuk mendengarkan ejekan dan sindiran kalian." sahut Kirana kesal. 

      Kirana pun keluar dari rumah makan murah milik Catrine itu dengan wajah cemberut. 

        Brukk! 

      "Auww!" jerit Kirana yang terjerembap ditanah. 

      Kirana pun berusaha bangkit dari posisinya semula. 

       "Dasar brengsek! Apa kau tidak punya mata kalo jalan?" maki Kirana jengkel. "Malang benar nasibku, hari ini." batin Kirana dalam hati. 

      Kirana mengangkat wajahnya memberanikan diri untuk menatap orang yang telah menabraknya itu. 

      "Kamu..?" sahut keduanya secara bersamaan. 

      "Kebetulan kita bertemu disini. Waktu itu, kamu juga menabrakku. Dan pergi begitu saja sebelum aku sempat membalas perbuatanmu. 

      Sekarang saatnya, aku membalas perbuatanmu." ujar Kirana kesal. 

        "Membalas dendam? Jangan mimpi kamu! Hei, kamu kesini! Bawa wanita ini ke rumahku. Kalau dia menolak untuk ikut, seret saja dia!"perintah tuan Adam pada beberapa pria berotot itu. 

      " Baik, tuan. "sahut para pria berotot itu. 

      Para pria berotot itu lalu menarik Kirana secara paksa. 

      " Lepaskan, tangan kalian! Aku tidak mau ikut dengan kalian. Aku tidak salah. Tuan kalian yang salah bukan aku. "jerit Kirana kesal. 

        Tangannya terus meraih dan mencakar para pria berotot itu. Sehingga mereka kewalahan dibuatnya. 

        Tuan Adam yang melihatnya tampak tidak sabar. Ia pun segera menyeret Kirana dengan kejamnya. Ia tak menggubris teriakan Kirana yang terus menjerit minta untuk dilepaskan. 

      Kirana tiba disebuah rumah mewah bergaya milenial dan megah. Mata Kirana melotot. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling rumah itu. 

        Isi rumah itu benar-benar dipenuhi barang mewah. Seperti yang diimpikan Kirana selama ini. 

        

       Wajah Kirana berubah ceria. 

"Sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padaku." batin Kirana dalam hati.

          Kirana penasaran dengan sebuah patung kuda berwarna kuning keemasan. Tangan Kirana sedikit lagi akan berhasil menggapai patung itu. 

      "Berhenti! Jangan pernah berani menyentuh barang-barang disini! Awas, kalau ada yang pecah akan ku suruh kau ganti berkali lipat." sahut tuan Adam sambil menepis tangan Kirana.

        "Auww! Dasar pelit!" cibir Kirana sambil memasang wajah cemberut. 

      

      "Duduk disana!" perintah tuan Adam lagi sambil menunjuk kursi kosong di hadapannya.

        "Tidak mau! Cepat, lepaskan aku! Aku mau pulang. Orangtuaku nanti akan kuatir karena aku belum pulang. Mereka akan mencari ku." protes Kirana jengkel.

        "Pulang? Kau pikir akan semudah itu aku melepaskanmu? Apalagi setelah aku dengan susah payah menyeretmu ke rumahku." pungkas tuan Adam sambil menyeringai seram. 

        "Apa kau tidak takut dipenjara karena telah menculik seorang gadis?" tanyaku penasaran. 

        "Masuk penjara? Dengan uangku yang banyak itu hal yang mudah untuk membungkam banyak orang termasuk keluargamu itu." ejek tuan Adam lagi dengan tatapan sinis. 

      Tuan Adam berusaha menahan sebisa mungkin tawanya agar tidak meledak. Apalagi setelah melihat Kirana yang tampak gemetar dan ketakutan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status