Share

Pesona Kiara

Dengan dua buku ditangannya, Kiara mulai menimang mana yang akan dibeli dan diberikan kepada Elena. Sejujurnya buku utama yang ingin diberikan Kiara kepada gadis kecil itu sudah ada, hanya saja ketika melewati rak buku lain ia jadi ingin membelikan buku yang lainnya. 

Hari ini gadis itu memakai kemeja putih casual dipadankan dengan celana jeans panjang. Lengan panjang kemeja itu digulungnya sedikit diatas pergelangan tangan lalu diberikan sentuhan jam tangan silver yang sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih bak porselen.

Sudah banyak yang tahu bahwa cara Kiara berpakaian menjadi salah satu kelebihannya, ia selalu berhasil mengenakan apapun outfit sesuai dengan kegiatan yang akan ia datangi. Dan dengan kemampuannya memilih itu ditambah parasnya yang cantik nan tampak tangguh, terlihat menonjol diantara orang-orang sekitarnya sudah jadi makanan sehari-hari baginya.

"Sudah ini saja," Kiara menjawab sambil tersenyum ketika ditanya oleh kasir apakah ada lagi yang dibutuhkan selain buku yang diberikannya. 

Setelah membayar buku, Kiara mengutak-atik isi dompetnya dan menaruh kembali kartu yang sebelumnya ia keluarkan. Ketika sedang sibuk memasukkan dompet kedalam tasnya, tak sengaja ia menjatuhkan kunci mobilnya. 

"Ini..." Suara berat itu terdengar sembari mengulurkan jari-jari tangan yang memegang kunci mobil.

Kiara menatap laki-laki itu dengan tatapan tak percaya. Marven Hadinata, apa yang sedang laki-laki itu lakukan disini? Marven yang tak bergeming juga sepertinya tidak percaya siapa yang berdiri dihadapannya saat ini. 

Hari libur memang biasa digunakan Marven untuk berjalan-jalan sendirian pergi ke toko buku untuk membelikan Elena beberapa bahan bacaan. Ia senang bereksplorasi dan mencoba sesuatu yang baru karena dengan begitu ia bisa dengan pasti memastikan tren yang saat ini ada di masyarakat.

Memang ia bisa saja membayar lembaga survey untuk memperoleh data yang sedang tren di masyarakat. Namun tetap saja variabel itu kurang cukup bisa memuaskan Marven. 

"Apa yang kau lakukan disini?" Kiara tak pernah sedikitpun menaruh minat pada pertemuannya dengan Marven. 

"Memangnya toko buku ini punyamu?" Uluran tangan berisi kunci mobil dari Marven tak kunjung disambut oleh Kiara.

Kiara terdiam menyadari sepertinya ia yang terlalu berlebihan saat menuduh laki-laki itu. Sekarang ia jadi tak enak hati namun tak ingin menampakkan hal itu kepada Marven.

"Syukurlah kalau kau tidak mengikuti-" ucapan Kiara terhenti saat menyadari seseorang yang berjalan dibelakang Marven.

Pria paruh baya bertopi hitam itu menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. Namun dari sorot mata dan rambut setengah beruban itu mampu langsung dikenali Kiara dengan sekali lewat. Ia begitu yakin karena sempat beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai pria itu dengan jarak begitu dekat. 

"Oh shit?!" Kiara berseru dengan setengah berbisik tanpa sadar.

Kiara melewati Marven begitu saja dan membiarkan pria itu kini mengerutkan dahinya. Gadis itu baru saja menuduhnya dan sekarang mengumpat? Dan tidak juga mengambil kunci mobil yang sedari tadi sudah Marven sodorkan.

Jika saja tidak mengingat bahwa gadis itu adalah salah satu keluarga Atmaja yang merupakan rekan bisnis penting bagi Hadinata Group, maka sudah pasti Marven tidak peduli dengan kunci mobil yang ditinggalkan oleh gadis itu ditangannya. Akhirnya Marven memilih untuk mengalah dan mengikuti gadis yang setengah berlari itu.

Kiara tampak sedang mengikuti seseorang dan berlari menyusul dibelakangnya. Marven dengan langkah kakinya yang panjang tidak begitu sulit untuk menjangkau Kiara. Marven akhirnya menarik tangan gadis itu.

"Kenapa berlari? Kunci-" Belum selesai Marven menyelesaikan ucapannya, kini gadis itu langsung melenggang pergi dari hadapan Marven. Ia seakan tidak peduli pada pria yang sedang mengajaknya berbicara.

Dengan pasrahnya Marven mengikuti gadis itu begitu saja, misinya sekarang adalah memastikan gadis itu mengambil kunci mobilnya sendiri ditangan Marven. Setelah itu sudah, ia tidak perlu berurusan terlalu lama dengan gadis itu hari ini. 

Kiara akhirnya menyudahi langkahnya yang setengah berlari lalu memilih duduk disalah satu area makan dalam pusat perbelanjaan besar itu. Marven melihat gelagat yang sedikit aneh ketika Kiara memilih untuk duduk dipojok nyaris dekat pintu keluar.

Namun gelagat aneh dari Kiara tidak kunjung membuat Marven bersikap lebih hati-hati. Ia lebih memilih untuk duduk disamping Kiara dan bertanya langung pada wanita itu.

"Jadi apakah kau masih tidak mau mengambil kunci-" telunjuk Kiara menyentuh bibir Marven.

"Sst...Jangan berisik, bisa?" ujar Kiara mendengus pelan ketika Marven berbicara dengan volume suara normal.

Marven menghela nafas kasar, "Memangnya ada apa?" Pria itu kini tidak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya. Mengapa mereka harus memelankan suara dan mengintip seorang pria paruh baya sekarang. 

Marven memandangi Kiara yang mengambil ponsel dari dalam tasnya, lalu mengambil gambar pria yang sedang duduk diseberang sana. 

"Kau sedang mengincarnya? Aku tidak menyangka seleramu pria tua." Marven langsung saja tanpa basa-basi. Tentunya dengan memelankan suara karena ia tidak mau ucapannya kali ini harus dipotong lagi oleh wanita itu. 

Kiara melirik Marven dengan sinis, "Sembarangan! Dia ini harusnya dipenjara, kasus penyuapan saat menjadi Gubernur!"

Meski sikapnya cenderung dingin bahkan saat disaat-saat tertentu, namun kali ini ia benar-benar terkejut.

"Kau yakin tidak salah orang?" Marven bertanya memastikan. Setahu dia untuk melakukan kecurangan terutama pada kasus yang besar dan diawasi oleh berbagai pers sangatlah sulit. Dan tidak banyak orang yang bisa melakukan itu.

Kiara menggeleng, "Tidak, kali ini benar. Tunggu sampai dia harus lepas masker karena mau makan."

Sementara itu Marven mengamati pria itu diam-diam dan mengikuti apa yang telah dilakukan Kiara sebelumnya. Namun perbedaannya Marven sembari berselancar melalui smartphonenya. Ia mencari berita terkini mengenai gubernur yang terkena kasus suap akhir-akhir ini.

"Klik yang kedua dari atas, Broto Sutjipto namanya." Kiara menangkap apa yang sedang dilakukan oleh Marven dari sudut matanya. Akhirnya ia buka suara saat Marven terus menerus melakukan pencarian dengan kata kunci berbeda.

Marven yang mendapat instruksi dari Kiara langsung memilih laman yang dikatakan gadis itu. Seorang pria paruh baya dalam foto berita itu mengenakan pakaian batik, tampaknya sedang ada dalam persidangan. Namun Marven tampak meragukan foto itu sama dengan pria yang sedang mereka amati.

Postur tubuh yang sedikit berbeda dan tampak matanya juga berbeda. Entah darimana Kiara bisa memiliki keberanian untuk langsung mengatakan bahwa mereka adalah orang sama. 

Mereka menunggu beberapa menit hingga makanan datang ke meja pria itu. Akhirnya ia membuka masker dan hendak memakan makanannya. Marven terkesiap, ternyata Kiara benar. Itu adalah orang yang sama namun dengan postur tubuh yang sedikit berbeda. Luar biasa jeli sekali mata gadis itu. 

"See?" ucap Kiara tersenyum penuh kemenangan. Ia kemudian mengambil gambar pria itu lebih banyak lagi.

Kiara tersenyum puas melihat beberapa gambar itu di ponselnya. Ia mengirimkan gambar-gambar yang telah didapatkannya lalu mengirimkan ke email seniornya di kantor.  Disaat itu juga Marven juga menambahkan pandangan barunya tentang Kiara. Gadis itu adalah orang yang cekatan dan jeli dalam pekerjaannya.

Marven menyadari tindakan Kiara yang tiba-tiba mengambil kunci mobil dari tangannya.

"Terimakasih, Tuan Marven." Kiara bangun dari bangkunya lalu berjalan menjauh meninggalkan Marven yang kini dibuat terheran-heran dengan tingkah gadis itu.

Memang gadis itu sudah mengucapkan terimakasih, hanya saja ucapan itu terlalu sederhana dan Marven bisa tahu hal itu hanya sekedar basa-basi. Entah mengapa, tanpa disadari sejak saat itu Marven mulai mengharapkan bisa mendengarkan kata-kata lebih banyak dari gadis itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status