“Aku sudah curiga kalau pria yang menyelamatkanku dari trolley waktu itu adalah kau. Aku sangat mengenalimu dengan baik!” bangga Feli pada diri sendiri setelah Eric menceritakan semuanya.
Ternyata selama ini sang daddy masih selalu mengawasinya melalui Eric. Pria yang duduk tegap di depannya ini sudah berada di negara ini sejak ia menginjakkan kaki di sini.
“Santailah sedikit, Eric. Cara dudukmu membuatku pegal sendiri melihatnya.” Feli mendengus geli dengan tangan bersedekap.
Sejak beberapa menit yang lalu, ia berada di dalam kedai es krim yang letaknya tak jauh dari kafe kopi tempatnya memesankan sang majikan kopi. Feli duduk menghadap ke luar kedai, sementara Eric menghadap meja kasir yang tak jauh berada di depan mereka.
“Maaf, Nona, tapi pekerjaan saya mengharuskan saya selalu waspada.”
“Tapi kau tidak perlu terlih
Feli urung menyuap es krim ke dalam mulut saat ponselnya berdering. Ia melirik ponsel yang berada di dekat gelas es krim yang akan ia nikmati.Matanya memicing curiga melihat deretan angka di layar ponsel itu. Ia mengetukkan jemarinya beberapa kali di atas meja pantri apartemen sang majikan.
“Hasil keputusan rapat tadi, segera kau rapikan dan segera beri padaku, Eloy.”“Baik, Tuan.”“Bagaimana dengan proses launching Mendez Executive M190 Jet?” tanya Jerrald kembali. Mengingat jika tidak lebih dari setengah bulan lagi, perusahaannya akan launching private jet keluaran terbaru yang hanya bisa dimiliki oleh tiga orang di dunia.Perusahaannya sudah bertahun-tahun memproduksi pesawat serta jet pribadi, dan selalu tak habis peminat.Untuk produksi jet pribadi, MENDEZ AERO CORP selalu hanya memproduksi minimal 3-5 private jet setiap model yang dikeluarkan, dan tak pernah gagal memberikan yang terbaik bagi para pelanggannya. Baik dari segi mesin, serta interior mewah yang dirancang luar biasa nyaman. Kabin sekelas hotel bintang lima, selalu jadi andalan jet pribadi MENDEZ AERO CORP.Tentu hal itu membuat para pengusaha sukses sampai pejab
“Kita sudah sampai, Tuan, dan aku bisa jalan sendir—”“Diam.”Feli mendengus kasar. Akhirnya ia pasrah membiarkan Jerrald menggenggam jemarinya memasuki lobby apartemen, DENGAN-AMAT-SANGAT-TERPAKSA, LAGI!Wajah Feli terlihat gusar. Ia takut jika sang majikan mendengar jantungnya yang berdetak n4kal setiap kali berada di dekat pria ini.Pria ini semakin bersikap seenaknya, yang anehnya membuat Feli merasa nyaman, tapi tak nyaman secara bersamaan.Sudah beberapa hari ini Feli tidak dibiarkan berjalan sendiri tanpa dituntun.Feli jadi merasa seperti berjalan dengan daddy-nya, tapi ini berbeda. Ini Jerrald, bukan sang daddy.Pria yang berjalan di sampingnya ini adalah pria yang telah merenggut ciuman pertamanya.Diam-diam, Feli selalu mengingat rasa bibir sang majikan sampai detik ini. Namun
“Apakah ia akan baik-baik saja?” tanya Feli. Matanya terus memperhatikan sang majikan yang sedang berbaring lemah di atas tempat tidurnya.Pria itu masih belum sadar dari sejak mereka berhasil keluar dari lift satu jam yang lalu. Sebelah tangan Jerrald sudah dipasangi alat infus. Sementara hidungnya dipasang alat bantu pernapasan (nasal kanul ). Di samping ranjang Jerrald, terdapat tabung oksigen berukuran sampai setinggi nakas.
WARNING!BAB INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN.MOHON BAGI YANG TIDAK KUAT HATI, JANGAN DIBACA YA.***“Kau berbohong padaku!”“Diamlah!”“Dia hanya anak kecil. Kau tidak bisa menyiksanya seperti itu!”“Aku tidak peduli! Ayahnya yang ber3ngsek itu sudah membuat adikku pergi!”“Kau memanfaatkanku, Hector!”“Lalu kenapa?”“Aku akan lapor poli—”BRAK!“AH!”“Jangan coba-coba! Aku bisa menyiksamu seperti anak si berengs3k itu!”BRAK!Tubuh Jerrald bergetar hebat saat mendengar suara isakan keluar dari mulut seorang wan
**“Tuan Mendez pernah mengalami kejadian tragis saat kecil yang membuatnya bisa trauma sampai menderita klaustrofobia. Aku tidak bisa mengatakan lebih jauh lagi selain itu.”“Kejadian tragis?” bisik Feli yang kembali mengingat pembicaraannya dengan Eloy semalam saat ia bertanya lebih lanjut mengapa sang majikan bisa seperti ini.
“Siapa?” tanya Jerrald sekali lagi. Ia memasang telinga baik-baik. Berharap sang sekretaris salah menyebut nama.“E-Eric. Floy menghubungi temannya yang bernama Eric itu untuk meminta bantuan saat Anda dan Floy terjebak di dalam lift.” Eloy kembali menjelaskan walaupun dengan keringat dingin yang sudah mengalir di punggungnya.Pria yang menyandar pada sandaran ranjang di depannya ini terlihat geram sejak Eloy menyebut nama pria yang sempat dihubungi Floy.Sebenarnya Eloy sudah menduga reaksi sang bos akan seperti ini.Namun, ia tak punya pilihan lain selain jujur menceritakan kronologi lengkap yang terjadi dua hari yang lalu karena Jerrald menuntutnya.Sebelah sudut mata Jerrald berkedut. Ia menatap Eloy tajam. Rahangnya mengeras. Kedua tangan mengepal kuat.Eloy sampai meringis membayangkan bagaimana nyerinya pergelangan tangan sang bos. Apalagi perg
“Ini mengesalkan sekali! Aku menyesal mengatakan itu padanya!” gerutu Feli di sela kegiatannya membersihkan lantai ruang tamu apartemen dengan mesin pembersih debu yang baru saja dia nyalakan.“Dia pikir siapa dia, bisa menuduhku seenaknya!”“Aku tidak punya banyak waktu untuk kasihan pada orang lain, sementara hidupku saja sedang tidak baik-baik saja—Ada apa dengan mesin ini?”Feli menghentikan kegiatannya, karena mesin yang sedang ia gunakan tiba-tiba saja tak berfungsi.Ia menekan tombol ‘off’ pada mesin, lalu kembali menyalakannya. Mesin masih tidak menyala. Feli melakukannya lagi beberapa kali. Namun hasilnya nihil. Mesin itu tetap pada pendiriannya untuk mati.“Beruntung sekali diriku hari ini.” Feli tertawa kesal. Sebelah tangannya berkacak pinggang. Sementara sebelah tangan lagi masih berada di peg